Friday 26 January 2018

7-2. Ke Kampung Halaman Para Dwarf (1)

Satou di sini. Aku ingat aku terkejut saat mengetahui bahwa wanita dwarf itu berjenggot juga di novel fantasi yang pertama kali aku baca.
Aku juga tidak yakin tentang dwarf loli dari cerita belakangan ini, tapi akan membingungkan kalau aku harus memilih antara loli atau wanita dwarf berjenggot.



Dwarf biasanya diceritakan hidup di dalam gua, tapi dari informasi yang aku dapat dari All Map Exploration, setengah dari mereka hidup dengan normal di dalam benteng. Setengah lainnya tepat seperti yang diceritakan, mereka tingal di dalam gua di sebelah kota.

Wilayah otonomi dwarf ini tidak begitu luas. Sebuah lembah dengan radius sekitar 20 kilometer. Di dalamnya, ada sebuah kota bernam Bolhart, dan dua desa. Populasi kotanya adalah 30 ribu orang, ada 20 ribu dwarf dengan level rata-rata 5-6, 4 ribu nezuminin-zoku {TLN : manusia tikus}, 2 ribu usaginin-zoku {TLN : manusia kelinci}, 2 ribu manusia, seribu itachinin-zoku {TLN : manusia musang}, dan 1000 lainnya ahito lain {TLN : demi-human}. Tidak ada elf di sini. Apa hubungan mereka buruk? Ada banyak pedagang itachinin-zoku dan manusia dari apa yang aku lihat dari pekerjaan dan skill mereka.

Ada sekitar 10 orang yang levelnya lebih dari 40 di antara para dwarf. Dwarf dengan level tertinggi adalah seorang dwarf bernama Dohar. Kalau tidak salah, dia adalah dwarf yang membuat dagger milik Toruma (Ossan). Level dia 51. Sasuga dwarf. Banyak veterannya.

Tidak ada iblis, orang yang dipanggil atau reinkarnasi. Sepertinya kali ini akan damai.

Ada ladang di sekitar kota, tapi orang-orang yang mencangkulnya bukan dwarf, tapi nezuminin-zoku, usaginin-zoku, dan macam-macam kemonohito {TLN : Beastmen} lainnya. Sepertinya mereka bukan budak.

Kami ikut berbaris untuk memasuki kota Bolhart di depan gerbang.
Aku hentikan keretanya di akhir barisan dan menunggu giliran kami.

“Sepertinya kita giliran ke-20? Banyak juga ya.”
“Iya benar.”

Arisa memanjat badanku dan melihat ke barisannya.
Seseorang menarik bajuku, saat aku lihat ke samping, Pochi, Tama dan bahkan Mia sedang menunggu giliran mereka. Karena bajuku akan kusut kalau mereka memanjatnya, aku letakkan mereka di pundakku. Karena Mia satu-satunya yang memakai rok, aku tidak meletakkan dia di pundakku, tapi, aku pegang pinggang dia dan mengangkatnya.

“Aku menentang diskriminasi.”
“Ini bukan diskriminasi, tapi membedakan. Kalau kamu pakai celana, aku akan letakkan kamu di pundakku.”
“Mwuu.”

Di antara kereta yang menunggu giliran, setengah dari mereka dikendarai oleh manusia.

“Pochi, Tama, perhatikan kalau ada pencuri di belakang.”
“A~ye.”
“Roger nanodesu.”

Liza yang baru kembali dari mengintai gerbang memberi perintah pada Pochi dan Tama.

“Goshujin-sama, itachinin-zoku sepertinya keluar masuk kota ini. Tolong hati-hati karena mereka orang-orang yang licik.”
“Iya, aku mengerti. Terima kasih Liza.”

Kalau tidak salah, itachinin-zoku itu suku yang menghancurkan desanya Liza.

“Onii-san, pengen beli kentang? Ini enak loh.”

Seorang wanita itachinin-zoku mencoba menjual kentang dengan kata-kata yang canggung. Sepertinya hartanya satu koin tembaga per buah. Tiga kali harga pasar. Kenapa ya aku mendengar dia seperti dia menggunakan logat cina palsu.

“Onii-sa, yakitori ini lebih enak daripada kentang dari gadis kentang itu. Aku sudah berikan banyak garam Bollhart, lihat? Harganya tiga koin tembaga per buah.”
“Danna-san, daging lebih enak, rasa daging Mother Frog bakar dari basement tambang pasti akan memuaskanmu.”

Apa daging Mother Frog itu aman dimakan?
Baunya enak, tapi kita baru makan jadi aku tolak tawaran mereka. Pochi dan Tama terlihat agak kecewa, tapi makan terlalu banyak itu tidak baik untuk kesehatanmu.

Orang-orang yang menjual barang-barang pada kami yang sedang mengantri bukan hanya itachinin-zoku, tapi juga nezuminin-zoku, usaginin-zoku, juga anak-anak, tetapi, aku hanya melihat harga pasar mereka tanpa membelinya.

Mia yang membeli sesuatu dari depan kembali ke sini. Dia memakan sesuatu.

“Satou”

Mia memberikan batangan kuning yang sedang dia makan ke depan mulutku, jadi aku makan.

Manis.
Rasanya seperti sari bunga daripada gula. Ini mengingatkanku saat aku menyedot sari bunga dari bunga di pinggir jalan waktu aku kecil. Aku merasa nostalgia.

“Aah!”
“Barusan, itu ciuman tidak langsung kan!? Kalau begitu, berikutnya, aku.”

Suara celaan datang dari Arisa di belakang, dan Lulu di sebelahnya.
Ciuman tidak langsung, kita bukan anak SMP. Sebentar, Lulu umurnya sekitar situ huh.

Arisa menjulurkan tangannya sambil mendekat ke sini, tapi sebelum dia berhasil, Mia menarik kembali batangannya. Dia dengan cepat memasukkannya ke mulut dia dan menunjukkan tanda V ke sini.
Karena Arisa bersuara, “Mukkii” di belakang, aku mau kamu berhenti menghasut dia. Lihat, bahkan mata Lulu jadi berkaca-kaca.

Tepat saat itu, seorang itachinin-zoku datang menjual batangan manis, jadi aku beli untuk semua orang.
Entah kenapa semuanya membuatku memasukkan batang itu ke dalam mulutku bergiliran, tapi aku pikir aku akan kalah kalau memikirkannya.



Pada akhirnya, kami berhasil masuk setelah 10 menit.

Kami mendapat pelayanan istimewa dari para prajurit dwarf yang datang memeriksa armor Liza yang sangat bagus.

Sepertinya bangsawan didahulukan. Walaupun aku hanya bangsawan honorer dengan tingkat terendah, itu masih berlaku. Saat kami masuk, hanya aku yang perlu menunjukkan ID, sedangkan teman-temanku tidak. Mereka hanya melihat isi keretanya sepintas, dan tidak memeriksa atau meminta pajak untuk memasuki kota.

Apa ini hak istimewa?
Tapi, kalau begini, beberapa oknum bangsawan bisa menyelundupkan barang.

Pertama kali aku melihat dwarf, mereka kecil, lebar, dan gemuk seperti yang aku bayangkan. Tinggi mereka sekitar 130 cm. Para wanita dwarf sama seperti yang pria tapi tanpa jenggot. Karena mereka tidak seperti legal loli yang ada di game-game belakangan, aku lega. Tidak ada lagi gadis kecil.



“Senang bertemu denganmu, Chevalier Pendragon. Aku sudah menerima surat dari Viscount Rottol. Apa wanita pemberani itu sehat?”
“Iya, dia memberi perintah dengan semangat. Anda bisa memanggilku Satou kalau Anda tidak keberatan.”

Aku sedang mengobrol dengan Driar-shi, sang mayor, setelah aku memberi dia surat dari Nina-san.
Liza dan lainnya sedang bersantai di ruangan lain, tapi Arisa entah kenapa ada di sini. Arisa itu sedang berbicara dengan sangat formal, jauh berbeda dengan dia yang biasa, dengan Driar-shi.

“Driar-sama, seperti yang sudah tertera di dalam surat, kami ingin mendapatkan izin untuk mengirim pelajar ke wilayah ini.”

Hoo, Arisa. Kok sekarang baru pertama kali aku mendengarnya ya? Arisa yang menyadari pandanganku melihat ke arahku dengan wajah yang seakan bilang, “Aku tidak bilang?”. Aku akan sodok dahinya nanti.

“Fumu, aku diurus oleh Viscount Rottol saat aku belajar di royal capital. Aku bisa menerima kalau hanya beberapa murid.”

Driar-shi menjawab sambil membuka suratnya. Pemimpin wilayah otonomi ini bukan dia, tapi ayahnya, Dohar-san, apa tidak apa-apa untuk setuju tanpa dia tahu?

“Tidak apa, ayahku mempercayakan kota ini padaku kecuali kalau ada hal yang serius.”

Sepertinya tidak apa. Baguslah.
Tetapi, aku pikir teknologi di wilayah ini adalah hal yang cukup penting, atau mungkin mereka mengambil sikap “Kalau bisa mencuri teknologi kami, silahkan”?

“Menurut suratnya, Satou-dono bisa mengolah logam, apa Anda mau melihat tempat kerja kami kalau Anda tertarik?”
“Boleh!”

Ooh, beruntung sekali.
Nina-san melakukan kerja yang bagus.



“Ini adalah Blast Furnace terbesar di kota ini.”

Sebuah gedung dengan tinggi 20 meter.
Ada juga jendela untuk memasukkan bahan bakar batu bara ke bawah perapiannya, dwarf setengah telanjang dan kemonohito melemparkan batu bara ke dalamnya dan membuat mereka jadi hitam. Aku hanya bisa melihat asap putih dari luar, bagaimana cara mereka mengatasi asap kotornya? Yaa, pasti ada semacam hal gila (fantasi) yang berjalan di sana.

“Ini fasilitas yang menakjubkan.”

Kata-kataku bukan hanya pujian. Skala fasilitas ini tidak kalah dengan tempat pembuatan besi yang ada di duniaku yang sebelumnya.
Orang yang ada di sini adalah aku, Driar-shi, dan seorang wanita dwarf yang terlihat seperti seorang sekretaris. Dia adalah Jojori-san, anak perempuan Driar-shi. Arisa dan lainnya pergi ke kota setelah menerima surat untuk Nina-san. Mereka mencari pedagang yang akan pergi ke kota Muno untuk mengantarkan suratnya.

Kami mengawasi dari tempat yang terlihat seperti kursi VIP, agak jauh dari perapiannya. Di sini lumayan panas, tapi sepertinya di sini lebih baik dibandingkan tempat di mana magic isolasi diterapkan. Akan lebih panas kalau kita keluar.

Menurut penjelasan Driar-shi, sekitar 30% ingot besi yang digunakan di Shiga Kingdom berasal dari sini.

Berikutnya, kami mengunjungi fasilitas perubah dan penekan secara berurutan. Di fasilitas penekan, orang yang terlihat seperti magician memasukkan MP ke sebuah magic tool secara bergiliran. Mereka semua memiliki lingkaran hitam di bawah mata mereka, sepertinya itu pekerjaan yang cukup berat. Biasanya, sepertinya ada lebih banyak orang di sini, jadi sekarang mereka kekurangan orang. Yaa, Um. Ganbatte. Aku menyemangati para magician yang bekerja keras dalam hatiku.

Tidak ada mesin berat, tapi sebagai gantinya, orang dengan tinggi sekitar 3 meter dari suku bernama Little Giant membawa banyak ore, plat besi yang selesai dibuat dan material baja kesana-kemari.

Aku penasaran apa fasilitas untuk Mithril itu rahasia, mereka tidak menunjukkannya padaku. Sepertinya itu ada di gua bawah tanah.
Mungkin lebih baik aku tanya.

“Apa fasilitas yang berhubungan dengan Mithril ada di bawah tanah?”
“Ka, kamu mengerti itu. Apa kamu dengar dari Viscount Rottol?”
“Tidak, aku dengan dari pedagang kenalanku kalau produk Mithril dari kota ini sangat bagus.”
“Begitu ya, aku sangat ingin membawamu ke sana, tapi kita butuh izin dari ayahku kalau kita ingin mengunjungi fasilitas bawah tanah.”

Driar-shi melipat tangannya sambil mengerutkan dahi. Sepertinya tidak bisa melihat Driar-shi meringis, Jojori-san memberi saran.

“Ayah, kalau begitu, bukankah lebih baik kalau bertanya pada kakek? Walaupun itu kakek, dia tidak akan meminta orang yang baru dia temui untuk tiba-tiba membuat pedang.”
Jojori-san, aku pikir itu sebuah flag.







PREV | TOC | NEXT