Wednesday 3 May 2017

Selingan: Lulu

Aku selalu jadi anak yang tak diinginkan dari kecil.

Ibuku bekerja sebagai maid di istana, jadi sejak kecil, aku dirawat oleh bibiku yang tinggal di kota istana. Aku tidak punya ayah. Saat aku masih kecil, aku mendengar sesuatu tentang ayahku, tapi itu terabaikan.

“Kamu sangat jelek. Ambil air agar aku tidak melihat wajah itu.”

Sepertinya bibi membenci wajahku, aku sering disuruh untuk bekerja di luar rumah.
Bibiku dan suaminya punya dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan seumuran denganku. Mereka adalah Jido, Bado, dan Kuku.

Jido menggangguku dengan menendangku saat aku akan mengambil air dari sumur.
Bado menyerimpung kakiku saat aku membawa embernya.

Aku biasanya waspada terhadap mereka, tapi aku tidak melihat sosok mereka hari ini, ini adalah kegagalan.
Karena airnya tumpah ke tanah, aku jadi penuh lumpur.

“Yay, Lulu berlumpur.”
“Hehen, riasan lumpur terlihat lebih baik daripada wajahmu yang biasa tahu~”

Aku menangis lebih karena aku sakit hati karena tidak bisa menyangkal mereka daripada karena aku terlumur lumpur. Itu kenyataan kalau orang-orang akan lebih lembut padaku saat aku terlumur lumpur dan wajahku tidak bisa terlihat daripada saat aku hanya basah saja.

Saat aku membersihkan badanku dekat sumur, Kuku datang. Dia bersama dengan teman-teman kasarnya yang biasa.

“Ara? Sayang sekali riasan spesialmu itu.”
“Benar benar, bukannya akan lebih baik kalau dia memakai topeng?”
“Itu benar! Kuku, kamu jenius!”

Gadis-gadis itu tidak menggunakan kekerasan seperti Jido dan Bado, tapi kata-kata mereka tetap menyakitiku. Kalau saat seperti ini, bagaimana Arisa akan membalas ya? Kalau Tama-chan, dia pasti melempar bola lumpur ke gadis-gadis itu untuk riasan mereka sendiri.

Umumnya seperti itu saat masa kecilku.



Saat aku berumur 9 tahun, ibuku membawaku ke istana bersama dengan dia. Aku akan menjadi teman bermain sang putri. Sepertinya anak perempuan ratu keempat itu orang yang sakit-sakitan. Apalagi, dia orang yang sangat sulit dipuaskan, anak-anak perempuan bangsawan tidak bisa menemani dia lebih dari tiga hari, jadi mereka menyerahkannya padaku.

Biasanya, untuk rakyat biasa sepertiku untuk bertemu putri, aku harus mengambil pelajar etika selama setahun dulu, tapi sepertinya mereka menyerah dalam 2-3 hari, jadi pelajarannya disingkat.

“Sekarang anak perempuannya Lili? Mou, aku sudah bilang berkali-kali kalau aku tidak butuh teman bermain, kalau mereka memaksa, maka bawakan aku seorang sarjana atau pejabat.”

Apa yang aku dengar dari sisi lain pintu adalah suara anak kecil dengan kata-kata orang dewasa yang bangga dan lelah yang tidak cocok dengan suaranya. Aku tidak diterima juga di sini rupanya.
Sang putri yang aku temui pertama kali adalah seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut dan pupil violet yang misterius. Apalagi, matanya sangat tenang seperti orang dewasa.
Didorong oleh ibuku, aku memperkenalkan diriku dengan canggung, sang putri melirik ke arahku dan berjalan dengan cepat ke arahku dan mengangkat poni rambutku. Aku selalu menutupi wajah jelekku dengan poni agar tidak terlihat.
Aku mempersiapkan diri untuk hinaan yang akan diucapkan sang putri padaku. Tapi hinaannya berbeda dari yang aku kira.

“Cih, wajah riajuu ini, pemenang mendapatkan semuanya sejak lahir.”
“Arisa-sama, walaupun gadis ini tidak bisa dibilang berwajah cantik, dia gadis baik yang tenang untuk umurnya. Tolong jangan benci dia.”

Wajah riajuu? Aku tidak pernah dengar kata-kata itu.
Arisa-sama memiringkan lehernya ke samping setelah mendengar kata-kata ibuku dan berbisik, “wajah jelek?” Itu adalah kebaikan seorang ibu. Dia tidak benar-benar bisa bilang kalau anak perempuannya jelek.

“Kamu bilang apa? Lili. Kalau kamu bilang wajah bishoujo ini jelek, itu artinya tidak ada wanita cantik di negara ini tahu?” {TLN : Bishoujo = gadis cantik.}

Pada saat ini, aku berpikir kalau kata-kata Arisa itu adalah sindiran tidak langsung, tapi nantinya dia bilang padaku kalau dia serius.
Dan, aku jadi teman bermain sang putri.



Putri yang aku layani itu orang yang agak aneh.
Dia menyuruh para pelayan untuk mengolah lahan di kebun istana, dan dia pergi ke dalam perpustakaan dan tempat penyimpanan harta untuk membaca banyak buku yang sulit. Walaupun dia membuat baju yang tidak biasa sendiri, dia tidak bisa menyulam atau merajut, dia punya banyak ketidakseimbangan seperti itu. Apalagi, dia tidak bagus dengan dansa dan membaca puisi.

“Apa kamu lihat teman main baru si putri tabu?”
“Aku lihat aku lihat, dia gadis yang jelek.”
“Hey, mereka akan mengomelimu kalau kamu bilang begitu.”

Aku mendengar obrolan seperti itu dari ruangan maid. Sepertinya putri tabu itu tentang Arisa. Sepertinya, rambut dan pupil violet itu dianggap pertanda buruk.
Aku tidak bilang pada siapa-siapa tentang itu, tapi para wanita itu menghilang keesokan harinya. Sang putri berkata, “Fufun, mustahil bagi gosip buruk untuk menghindari telinga tajamku.” Sepertinya ada magic tool untuk mendengar suara yang jauh, namanya Voice Pipe.

Keesokan harinya, putri Arisa menceritakanku cerita anak-anak berjudul “Si Bebek Buruk Rupa.”
Putri Arisa sudah menceritakanku banyak cerita, tapi aku paling suka cerita ini.
Aku tidak terlalu naif untuk berpikir kalau aku akan jadi angsa di kehidupan nyata, tapi aku pikir aku boleh sedikit bermimpi.



Hari-hari yang sibuk terus berlanjut setelah itu.
Apa yang paling mengejutkanku adalah fakta bahwa aku adalah kakak dari putri Arisa dari ibu yang berbeda. Sepertinya dia mendengarnya dengan alat yang bernama Voice Pipe dari obrolan maid lain. Itu seharusnya rahasia, tapi putri Arisa sudah tahu tentang itu.

“Dengan ini, ada 12 bersaudara. Mungkin ada lagi kalau aku cari di kota kerajaan. Aku akan benci sebuah negara tanpa hiburan. Oh iya Lulu.”
“Iya, ada apa Arisa-sama?”
“Aku larang menggunakan ‘sama’.”
“Iya?”
“Da, ka, ra, saat hanya kita berdua, jangan pakai itu. Karena kita kakak-adik, aku larang bicara dengan hormat.”

Wajah sang pu—tidak, Arisa yang memalingkan wajahnya terlihat merah.
Pada hari ini, kami menjadi kakak-adik, bukan, teman yang terbaik.



Arisa ingin melakukan reformasi agrikultur untuk membuat negara ini subur.
Tetapi, aku khawatir. Anak sang menteri mendukung reformasi agrikulturnya Arisa, tapi dari gosip para maid, sepertinya dia bukan orang baik-baik.

“Tidak apa, laki-laki memang tidak bisa dipercaya sejak awal, tapi tipe pencari untung seperti dia itu cukup berguna. Ditambah lagi, negara ini hanya melihat wanita sebagai alat untuk melahirkan. Kalau aku tidak punya boneka maka aku tidak akan bisa terlibat dalam politik.”

Tetapi, setelah hari ini, roda-roda rencana kami mulai berjatuhan sedikit demi sedikit.

Gunungnya mati, monster keluar dari pupuk, dan panen ladangnya berkurang drastis.
Tapi, aku pribadi lebih khawatir tentang Arisa daripada negaranya. Walaupun dia disebut, “Putri Penyelamat yang Bijaksana” beberapa hari lalu, sekarang seakan membalikkan tangan, mereka memanggil dia, “Penyihir Penghancur Negara”, atau “Mad Princess”.
Lalu sang raja akhirnya mengurung dia di salah satu puncak menara istana. Sepertinya negara kami sudah dikuasai oleh negara lain, walaupun aku tidak tahu detailnya karena aku hanya merawat Arisa sambil dikurung bersama dia.

Sang raja dan kawan-kawannya dibunuh, dan kami menjadi budak.

Arisa terlihat seperti boneka dengan matanya yang kosong dan kondisi yang lesu. Dia tidak seperti Arisa yang kuat, tapi dia hanya gadis yang masih berumur 10 tahun. Itu masuk akal.

Kekuatan Arisa kembali setelah setahun, saat kami dipindahkan ke vila kerajaan dari istana, kekuatannya sedikit pulih. Pada malam bulan purnama, royal capital menjadi lautan api. Kami berdua lari ke dalam hutan. Kami bertahan hidup sambil ketakutan karena suara serigala, menahan lapar dengan memakan kacang, dan meminum air yang terkumpul di daun.
Saat kami kehabisan tenaga di jalan besar di tengah gunung, kami tertangkap oleh penjual budak yang lewat. Kalau kami tidak tertangkap saat itu, kami mungkin akan mati kelaparan atau jadi angsa serigala.



“Guhehehehe~.”

Aku merasa merinding saat aku mendengar suara mengerikan dari Arisa.
Aah! Sepertinya Arisa yang kuat akhirnya mencapai batas.

Walaupun aku ceroboh dan tidak bisa apa-apa, seorang kakak itu tetap seorang kakak.
Aku tidak tahu orang macam apa yang akan jadi tuan kami, tapi aku akan lindungi Arisa sampai akhir.

Walaupun aku memiliki tekad sekuat itu—

Arisa itu, dia hanya tertawa setelah melihat pria muda tipe favoritnya! Mou Arisa itu, mou!

Beberapa hari setelahnya pria muda itu jadi tuan kami.

Kesan pertamaku tentang orang itu adalah, “Dia terlihat sepertiku.”
Dia tidak jelek sepertiku, tapi fitur kami mirip. Dia ramping, warna dia juga bukan putih, tapi hitam sepertiku.

Tapi, aku tidak berpikir dia setampan yang dikatakan Arisa. Aku penasaran apa yang Arisa suka dari dia?



“Lumayan sulit.”
“Apanya?”

Aku terkejut mendengar cerita Arisa. Arisa itu! Dia menyelinap ke dalam kasur goshujin-sama sambil telanjang untuk mendapat kebaikan dia. Dia terlalu berani!

Tapi, goshujin-sama sepertinya tidak menyentuh Arisa. Goshujin-sama seharusnya hanya berbeda 2-3 tahun dari Arisa, aneh kalau dia tidak menyentuh dia saat seseorang secantik Arisa mendekatinya.

Apa goshujin-sama suka pria?



Hari ini, aku bicara banyak tentang Arisa dengan goshujin-sama.
Aku sadar kalau aku bicara terlalu banyak di tengah-tengah, tapi aku tidak bisa menahan diri karena aku tidak merasa tegang seperti saat aku bersama laki-laki lain.
Tapi, goshujin-sama mendengarkanku sampai akhir tanpa menunjukkan wajah tidak senang sekalipun.

Apalagi!.
Apalagi desu!

Dia tidak terlihat jijik saat melihat wajahku.
Ini mungkin pertama kalinya ini terjadi selain dengan Arisa.

Aku mungkin hanya salah paham, tapi aku merasa dia melihatku dengan pandangan lembut penuh rasa sayang. Kalaupun itu salah paham, tidak apa.

Karena yang bisa memasak hanya Liza, aku menawarkan diri untuk menolong dia. Aku juga mempunyai hal yang bisa aku lakukan. Aku akan kerja keras untuk menjadi sesuatu yang dibutuhkan, tidak hanya sebagai gratisan dari Arisa.

Ehehehe~
Aku membuat goshujin-sama memujiku, “Teh buatan Lulu rasanya enak.”
Ini mungkin pertama kalinya aku dipuji oleh seseorang.



“Iya, dengarkan suaranya dengan baik.”

Mustahil. Ini mustahil, goshujin-sama!
Ja, jangan berbisik sedekat itu ke telingaku.

Aah! Aku merasa sangat bahagia, aku mungkin akan mimisan. Sebagai gadis, aku tidak bisa hidup kalau situasi seperti itu terjadi. Aku akan tahan dengan semangat.

Tapi, ini bukan bisikan rasa sayang. Aku dengan sungguh-sungguh meminta rahasia steak yang sangat enak yang dibuat goshujin-sama kemarin.

Tapi ini sama sekali bukan waktunya mendengarkan minyak saat aku dipeluk dari belakang dengan tangan kami bersatu memegang wajan.

Walaupun begitu, aku berhasil membuatnya.
Saat aku cicipi dagingnya, walaupun itu sama sekali tidak sebanding dengan yang dibuat goshujin-sama, rasanya jauh lebih enak dari yang aku buat kemarin!

Sebagai bukti kalau aku tidak salah, piringnya jadi kosong dalam sekejap.



Aku ketahuan oleh Arisa.
Aku penasaran bagaimana dia tahu kalau aku tertarik pada goshujin-sama. Itu misterius.

Tapi, goshujin-sama itu sangat populer.
Bukan hanya Arisa, tapi Pochi-chan dan lainnya juga.

Apalagi, kali ini, bahkan putri elf!

“A, aku juga akan kerja keras untuk mendapat kebaikanmu.”
“Iya iya, kamu imut Lulu. Tetapi mari tunggu itu sampai kamu mengasah diri sebagai wanita dalam 5 tahun oke.”

Imut dia bilang!
Barusan, dia bilang aku imut kan!?

Ah, aku bisa mati bahagia.
Untuk hari di mana aku dipanggil seperti itu secara alami akan datang, itu pikiran yang sangat gila bahkan di dalam mimpi atau khayalan.

Walaupun saingannya meningkat, kami tidur bersama, kami bahkan melakukan “A~n” seperti sepasang kekasih, ini penuh kebahagiaan.

Menjadi istri atau selir goshujin-sama itu mimpi yang terlalu tidak realistis, tapi kalau semacam kesalahan terjadi, aku akan mengandung bayinya goshujin-sama.

Saat aku bicara tentang itu pada Arisa—

“Tenang saja Lulu! Saat aku jadi istri sah, aku pasti akan buat Lulu jadi istri kedua!”

Arisa sangat bisa diandalkan.
Tapi, aku tidak bisa terus bergantung pada Arisa.

Aku tidak bisa menang dengan wajahku bagaimanapun juga, tapi aku akan kerja keras setiap hari untuk memenuhi kesukaan goshujin-sama. Aku masih menjalankan [Bust-up Practice] saat Arisa dan Mia sudah menyerah dalam tiga hari.

Dan juga masakanku! Aku akan tingkatkan masakanku agar pantas berdiri sejajar degan goshujin-sama.

Lalu, dia akan bilang “Lulu, kamu imut.” Sekali lagi!
Itu adalah ambisi yang berani, tapi aku pasti akan buat itu jadi nyata.