Monday 1 May 2017

6-34. Akhir Kekacauan (2)

Satou di sini. Di masa kecilku, kata “tunangan” muncul di banyak cerita. Kata itu jadi usang sebelum aku sadar, tapi aku sadar kalau itu tidak terlalu menyenangkan saat mengenaiku, Satou.



“Kamu tuan dari nee-san huh?”
“Senang bertemu denganmu. Aku Satou, pedagang.”

Si ksatria muda dengan tiga bekas luka di wajahnya bicara padaku. Dia adalah kapten dari pasukan ke-17 dari dukedom yang sudah mengikuti Liza. Walaupun mereka adalah ksatria dari dukedom, kaptennya tidak menyembunyikan status sosialnya, si wakil kapten memperkenalkan mereka. Mereka berdua adalah rakyat biasa. Mungkin karena itu, mereka terasa seperti tentara bayaran daripada ksatria. Aku pikir seorang ksatria pasti berpangkat bangsawan, tapi sepertinya tidak begitu.

Si wakil kapten di sebelahnya memakai helm, jadi wajahnya tidak bisa dilihat, tapi suku dia adalah klan kepala phanter yang langka. Tentu saja, aku tidak akan membicarakannya.

“Hoo, dia bukan pengawal bangsawan tapi pedagang huh. Bagaimanapun, kamu sudah memperkerjakan seseorang yang sangat mampu, dia bahkan bisa memakai magic blade. Kamu mungkin seorang pewaris dari keluarga pedagang besar kan.”
“Bukan, jauh dari besar, aku adalah pedagang yang bahkan tidak punya toko sendiri. Kali ini kami hanya berkesempatan untuk bertemu dengan baron-sama.”
“Maaf, kapten itu tipe orang yang bicara dahulu sebelum berpikir.”

Si wakil kapten menutupi bagian terakhir dari kata-kata si kapten, tapi aku mendengarnya. Si wakil kapten melindungi kaptennya, tapi aku sama sekali tidak berpikir itu adalah sesuatu yang harus disembunyikan.

Sambil berbincang-bincang, maid yang tadi kembali dan memandu kami ke dalam benteng.



“Aah! Beraninya kamu membohongiku tadi!”

Saat kami menuruni kuda di dalam benteng, sebuah suara tinggi terdengar. Itu adalah anak kedua dari baron (Karina) yang tadi.

“Dia muncul, wanita oppai itu.”
“Dia adalah musuh.”

Arisa dan Mia bicara kasar dengan suara rendah. Karena ada yang namanya lese majeste, bicaranya diam-diam oke? {TLN : lese majeste : tidak sopan pada bangsawan / keluarga raja}

*hyuun*, dengan suara angin yang terbelah, pukulan si reijou sudah menembus tempat di mana wajahku berada tadi.
Are~? Tiba-tiba bertarung huh. Apa ada alasan aku terlibat seperti ini?

Aku coba dengar alasannya sambil menghindar.

“Kenapa”

Aku menghindari sebuah jab.

“Aku”

Aku menepis hook dia.

“Diserang?”

Aku menangani rentetan serangan dari si reijou yang bergerak seakan dia seorang karakter game bertarung.
Kesadaranku mau tidak mau tertarik pada gunung bergoyang yang berguncang kapanpun dia bergerak, tapi aku coba terlihat panik saat menghindari serangan dia sebisa mungkin. Tetapi, apa tidak sakit saat benda itu bergerak sebanyak itu?

Aku sekilas melihat Liza dan Pochi yang akan menyerang dia. Sepertinya tiga orang lainnya menahan diri dari menyerang. Aku lambaikan tanganku saat mataku bertemu mata mereka.

“Ada apa dengan ketenangan itu desuno?”

Setelah sedikit jeda, dia mencoba menyerimpung kakiku dan aku melompat untuk menghindarinya.
Oh iya, kita sedang bertarung.

“Kurang ajar desuwa.”
“Aku hanya bagus dalam menghindar.”

Kalau dipikir, karena aku sejak tadi hanya melihat pada dadanya, aku tidak sadar, dia tidak menggunakan gaun tapi semacam celana untuk mengendarai kuda. Rambutnya punya banyak kepangan juga, kalau hanya dari penampilannya, dia adalah ojou-sama elegan dari klub penunggang kuda yang sedang menikmati liburannya.

“Mou, plin-plan sekali! Bertarung dengan benar kalau kamu adalah hero.”
“Si hero-sama ada di sana. Dia berdiri di dekat Soruna-sama kan?”

Aku bicara sambil menghindari serangan dia, ini bisa membuatku menggigit lidahku sendiri.
Kakak dia, Soruna-jou datang bersama dengan si hero palsu. Daripada terlihat terkejut dengan tangan di mulutmu, aku ingin kamu menghentikan kuda liar ini.

“Bukan itu! Kamu orang yang mengalahkan si iblis kan!?”

Itu bahaya, kalau aku tidak punya skill Poker Face, itu pasti sudah muncul di wajahku.
Walaupun dia menyaksikan kehancuran si iblis, jarak di antara kami itu beberapa kilometer, walaupun organisme magic (Raka) punya skill untuk melihat status, aku tidak bisa percaya dia bisa melihatku.
Tetapi, berdasarkan obrolan dengan Arisa tadi, dia mungkin punya cara untuk membedakan kejujuran dengan kebohongan. Aku harus hati-hati agar akalku tidak kalah.

“Aku ingat kalau katanya tidak ada manusia biasa yang bisa mengalahkan iblis tingkat tinggi tapi?”
“Itu benar desuwa, karena itu kamu adalah yuusha-sama. Kalau itu tidak benar, bilang.”

Aku konfirmasi titel di statusku. Yup, aku sudah melepas titel hero. Tentu saja kolom titel di menu Exchange juga tidak masalah. Sekarang, aku bukan hero.

“Aku bukan hero.”

Setelah menerima jawabanku, tiara di dahi Karina-jou berkedip. Jadi ornamen perak yang dia pakai seperti tiara itu adalah wujud asli organisme magic (Raka) huh. Mereka terlihat seperti penguat lengan.

“Raka-san?”
“Jujur.”
“...Tidak mungkin.”

Si reijou terkejut setelah mendengar suara dari tiara.

“Tidak salah lagi Karina-dono, dia bukan hero.”
“Kalau begitu, di mana hero asli dengan pedang emas itu pergi!?”

Karena dia mengamuk, aku menjauh.
Sepertinya dia tidak terlalu berpendidikan. Mempertimbangkan baron, dia mungkin dibesarkan dengan dimanja.

“Karina, orang dengan topeng perak dan pedang emas muncul dari lantai atas mansion dan menghilang ke arah kota tahu?”
“Apa itu benar, onee-sama?”
“Itu benar Karina-sama, aku juga melihatnya.”
“Aku tidak bertanya padamu.”

Dia percaya dengan kata-kata kakaknya, Soruna-jou. Dia dingin terhadap si hero palsu. Hiduplah dengan kuat.
Sepertinya Karina-jou tidak akan mengejarnya ke kota.
Dia meminta maaf karena salah menyerangku, walaupun itu sebagian karena kakaknya mengomeli dia. Sikap dia sangat anggun hingga membuatku berpikir kalau battle-junkie yang tadi itu hanya ilusi. {TLN : battle-junkie = gila bertarung}

Karena aku sudah menikmati guncangan menakjubkan dari jarak dekat, dan kerumunan di belakang kami juga seharusnya sudah menikmatinya, aku terima permintaan maafnya tanpa komplain.



Kami dipandu ke aula pertemuan di dalam benteng oleh Soruna-jou. Entah kenapa, Karina-jou yang berwajah cemberut juga mengikuti kami. Tentu saja, kapten pasukan duke juga ikut.
Tidak apa kalau mereka ikut tapi—

“Bahkan Zotor-kyou tidak bisa menahan setengah dari seranganku, aku tidak percaya dia bisa menghindari serangan kejutanku.”
Tetapi, dia bukan hero, tidak salah lagi.”
“Tapi, gerakan itu tidak terlihat seperti pemula.”
“Gerakan-gerakan itu memang hebat. Aku ingin diajari walaupun hanya sekali.”
“Seseorang sepertimu tidak akan bertahan satu pertarungan pun. Tidak usah ikut campur.”
“Karina!”
“Tapi, Soruna ane-sama.”

Tidak hanya si reijou komplain sambil menggerutu, bahkan si hero memintaku untuk mengajarinya. Aku akan bicara pada si hero palsu, jadi si reijou tidak menggangguku.

Aku hanya pandai dalam menghindar. Omong-omong yuusha-sama, ada apa dengan wajah itu?”
“Ha ha, tolong berhenti memanggilku hero. Aku hanya dijebak dan digunakan oleh si iblis untuk jadi hero, aku tidak pantas menjadi hero. Memar di wajahku ini buktinya. Ada orang yang dibayar oleh konsul, bukan, si iblis, tercampur dengan orang yang masuk ke gerbang istana. Aku terpukul saat aku melindungi baron-sama.”
“Begitu, itu luka yang bisa dibanggakan ya.”
“Itu benar, alasan kenapa aku mau jadi hero adalah untuk melindungi seseorang. Si iblis menggunakan perasaan itu, tetapi keinginanku untuk melindungi belum berubah.”

Hero palsu, kamu bicara apa sih?

“Aku akan jadi ksatria dari Soruna-sama.”
“Ufufufu, itu menakjubkan desuwa. Karena gelar keluargaku akan diwarisi oleh adik laki-lakiku, aku bisa menikah kapan saja tahu?”
“Soruna-sama, aku akan jadi ksatriamu tanpa gagal!”

Karena mereka berdua mulai asyik berdua tanpa peduli tempat, kami tinggalkan mereka sendiri. Seorang maid melangkah ke depan sebagai pemandu pengganti.



Di aula pertemuan, ada wanita yang berumur sekitar 30 tahun terbaring di kasur sederhana dan juga baron-san, Hayuna-san dan keluarganya. Si wanita adalah Nina Rottol, seorang viscount. Pipinya kurus, tapi semangat di matanya kuat. Dari cerita sebelumnya, dia seharusnya dikunci di penjara selama lebih dari setahun, dia mungkin orang yang sangat kuat hatinya.
Aku tidak tahu kenapa si iblis tidak membunuhnya, tapi itu mungkin bukan hal yang baik.

“Aku minta maaf karena penampilan ini. Aku adalah konsul yang baru, Nina.”

Suaranya kuat dan serak.
Si ksatria kapten dari duke dan aku menjawab sapaannya.

“Sepertinya kamu bisa mengetahui wujud asli si iblis.”
“Iya, aku mendapat banyak informasi dari tema-teman pedagangku, lalu aku memastikannya lewat kristal pemahaman.”

Hari ini, skill Deception mendapat hari kerjanya juga.
Raka yang bisa mengetahui kebohongan sedang bersama Karina yang sedang melakukan reuni dengan baron, jadi dia tidak memperhatikan ke sini.

“Apalagi, selain memusnahkan si iblis, kamu juga membasmi monster-monster yang berhasil masuk ke alam kota kan.”
“Itu teman-temanku yang melakukannya. Apalagi, menurut cerita Karina-jou, badan asli si iblis dimusnahkan oleh hero bertopeng perak.”
“Teman-teman? Ah, prestasi budak-budakmu adalah prestasimu juga tahu?”

Alasan macam apa itu?
Ditambah lagi, taichou-san juga memuji Liza dan lainnya.

“Nina-dono, teman-temannya juga melakukan tindakan lain. Mereka melindungi orang-orang yang berlari dari kerumunan iblis di jalan besar di luar kota, dan tidak ada yang terluka. Kami juga membantu mereka, tapi tanpa kepemimpinan mereka, kami tidak akan bisa mencegah beberapa kematian.”

Karena ini pertama kali aku mendengarnya, aku dengarkan cerita dia dengan saksama.

Mereka bertiga sudah melakukannya dengan sangat baik.

Bahkan baron-san yang mulai mendengar ceritanya dari tengah mengeluarkan rasa terkejut yang berlebihan. Rasanya seperti mendengar penyair daripada kapten ksatria.
Setelah si kapten selesai menceritakan kesuksesan Liza dan lainnya, Nina-san membisikkan sesuatu pada baron-san. Baron mengangguk-angguk. Entah kenapa, Nina-san terlihat seperti atasannya di sini.

“Majutsushi Satou-dono, apa kamu punya seseorang yang kamu layani?”
“Tidak, tidak ada.”

Aku tanpa sengaja menjawab dengan jujur, tapi aku mendapat firasat buruk dari alur ini.

“Kalau begitu, apa kamu mau melayani baron wilayah ini? Kamu hanya akan diberi titel ksatria honorer pada awalnya, tapi tidak ada yang seperti itu di antara generasi pengikut Muno-sama. Dia memang seorang baron sekarang, tapi dia adalah pemimpin yang dihormati. Sudah dipastikan dia akan diangkat sebagai earl sebelum dia mendapat cucu. Tergantung pekerjaanmu, kamu bisa meningkatkan pangkatmu sesukamu tahu?”
“Aku minta maaf tapi—“

Tentu saja, aku tolak tawaran Nina-san. Tujuanku adalah untuk bertamasya, bukan jadi bangsawan dan sukses dalam hidup. Setelah itu, Nina-san terus membujukku dengan agresif selama sekitar setengah jam.

Sambil menghindari dia, cerita tentang musnahnya pasukan baron dan pembersihan iblis di luar kota oleh para raksasa tercampur.

“Rupanya, kamu sudah benar-benar membantu wilayah baron ini yang sudah hampir hancur untuk tetap hidup. Mungkin lebih baik kalau kamu menikahi anak perempuan baron-sama dan bergabung dengan keluarga ini.”
“Anda menilaiku berlebihan.”

Anak perempuan kedua di sebelah sana datang dengan pernyataan yang eksplosif.

“Kalau begitu tidak apa dia menjadi tunanganku. Dengan begitu prestasi dia akan jadi prestasi keluarga baron juga kan?”

Wanita ini! Dia pasti bicara begitu hanya untuk menggangguku.

“Bagaimana? Apa kamu akan jadi tunangan seorang wanita cantik atau seorang ksatria honorer, kamu juga bisa pilih keduanya tahu?”
“Umu, mungkin tidak apa memberikan Karina pada Satou-dono.”

Bahkan baron-san menyetujui sambil mengangguk. Aku punya perasaan kalau aku menikahi Karina-jou, dia pikir Pochi dan Tama akan ikut juga.
Aku suka penampilannya, tapi berdasarkan tingkah dan kata-katanya, aku tidak berpikir kami akan menjalani hidup yang memuaskan.

“Ti, tidak, sesuatu seperti tunangan.”
“Tidak.”

Setelah mendengar kata-kata bermasalah dari Karina-jou, Arisa dan Mia yang menyengir dan melihat seperti penonton ikut bicara.

Liza sudah menyebarkan aura yang mengancam ke sekelilingnya di belakangku sejak tadi.
Aku tidak tahu sejak kapan, tapi Pochi dan Tama sedang diberi makan oleh para maid dengan kue panggang di sudut ruangan.

Akhirnya aku kalah pada paksaan mereka, dan mengambil rute menjadi ksatria honorer. Aku tidak akan punya tugas tapi sebagai gantinya, aku tidak akan mendapat gaji atau dana pensiun.
Walaupun aku akan jadi bangsawan, walaupun tingkat paling rendah, Arisa tidak membantuku seakan menyetujuinya. Sepertinya langkah dia adalah ‘selama dia tidak jadi tunangan Karina-jou’.

Saat Liza, Pochi dan lainnya ditawari untuk menjadi pengikut baron untuk prestasi mereka, kami menolaknya tapi sebagai gantinya kami meminta orang-orang seperti Totona dan lainnya dan juga buruh yang sudah lari untuk dipromosikan untuk jadi rakyat biasa. Kami juga mendapat izin untuk pengembangan tanah yang diambil kembali diberikan pada penduduk desa. Tentu saja, Arisa yang bernegosiasi.

Pada akhirnya, kami harus memutuskan macam-macam urusan, dan kami baru bisa meninggalkan wilayah baron dua minggu kemudian.