Sunday 16 April 2017

6-28. Pertarungan Para Anak Perempuan

◇Lulu◇

Konnichiwa, Lulu di sini.
Aku harus bagaimana ini? Liza-san bertingkah aneh dari tadi.

“Panggil kepala desanya!”
“Apa kamu? Aku tidak mau diperintah sama beastkin.”

Liza-san mengentakkan tombaknya yang terbungkus kain ke tanah.
Bahkan cara dia mengendarai kereta ke desa ini kasar. Aku pikir dia memang sangat ingin pergi bersama dengan goshujin-sama?

Murabito-san dengan badan besar mencoba menentang Liza-san dengan seluruh kemampuannya, tapi sepertinya itu hanya omong besar tanpa keberanian. Kaki dan suaranya gemetar. {TLN: Murabito = penduduk desa}

Syukurnya, seorang anak laki-laki datang dengan pria berwajah lembut. Anak itu adalah anak yang berlari ke desa tadi. Sepertinya dia memanggil kepala desa.

“Baiklah, permintaanmu apa? Seperti yang kamu lihat, desa kami ini miskin, kami kekurangan makanan, apalagi harta.”

Tepat seperti yang sonchou-san bilang, anak-anak, dan pria yang tadi terlihat kurang gizi. {TLN: Sonchou = kepala desa}

“Kami tidak butuh harta atau makanan. Tuanku yang agung menginginkan batu yang terlihat seperti ini. Segera siapkan 100 buah.”

Mou, Liza-san, itu namanya bukan negosiasi lagi. Nana-san juga, tolong jangan cuma lihat dari samping dan lakukan sesuatu tentang itu.

Aku berusaha keras menyampaikan itu dengan mataku, tapi tidak sampai di Nana-san. Dia melihat ke sini dan memiringkan lehernya. Mou! Bertingkah imut ditambah wajah cantik itu, itu curang.

Aku menengok ke belakang untuk melihat pada Tama-chan dan Mia-san yang menjadi harapan terakhirku, tapi....

Mia-san! Tolong jangan bermain dengan Tama-chan! Apalagi, bukannya tali yang kamu gunakan untuk main itu tali yang berpasangan yang goshujin-sama beli! Ah, kukunya Tama-chan, aah, mou!

Saat aku kebingungan dengan itu, negosiasinya selesai. Sonchou-san memerintahkan anak-anak dan orang muda untuk membawa keranjang dan semacamnya ke arah sungai.

Membuat mereka mengumpulkan batu bahkan setelah kejadian tadi, magic macam apa yang Liza-san pakai?

◇Tama◇

Muu~n, Liza sedang gugup nyan.
Akhiran kalimat yang diajarkan Arisa sudah jadi kebiasaan. Bagaimana ini, kalau aku katakan dengan keras, goshujin-sama akan khawatir.

Sepertinya Liza khawatir pada goshujin-sama yang sudah pergi ke tempat monster yang bernama bangsawan atau semacamnya.

Liza dan Arisa terlalu khawatir.

Padahal tidak apa, karena goshujin-sama adalah yang terkuat di antara yang kuat. Tidak peduli monster macam apa yang muncul, *shupaa*, dia akan bergerak, *zudodon*, dia akan mengalahkannya.

*Goron*, aku berbaring dan Mia menggantungkan tali di depan mataku.

Chorochoro.

Piku.

Choro. Chorochoro.

Tahan. Aku adalah onee-san. Aku harus menahannya di sini.

Shururu~n.

Tou♪

Hah ah, aku terbelit talinya saat aku sadar.
Teknik tali Mia pasti ilmu rahasia para peri, tidak diragukan lagi.

◇Kepala Desa◇

Ya ampun, aku seharusnya tidak menikah ke rumah kepala desa.

Aku sudah terbiasa mengusir pencuri, membujuk para pemungut pajak, dan membiarkan kekerasan pasukan wilayah padahal.

Mata scalekin itu seperti taring. Aku pikir aku akan dimakan dari kepala.

Apalagi, saat dia mengentakkan tombaknya ke tanah tadi, kainnya jadi longgar. Jantungku berhenti sesaat waktu melihatnya. Itu adalah magic spear tidak salah lagi. Waktu itu, pedagang yang datang—aku tahu dia sebenarnya adalah pencuri yang menyamar, dan dia membiarkan semua orang kalau aku beri dia sumbangan—bilang.

Ada demi-human yang lebih seram dari monster memburu pencuri di jalan besar.

Dia adalah bangsa sisik yang menggunakan tombak yang menyala merah ditemani dengan dua anak buah beastkin. Sepertinya mereka bisa menembus jebakan macam apapun, dan menghancurkan sergapan tidak peduli di mana itu disembunyikan seakan mereka bisa melihatnya.

Aku gemetar ketakutan berpikir kalau dia akan menganggap desa ini yang melakukan transaksi dengan pencuri sama dengan pencuri, tapi sepertinya bukan itu.

Si gadis itu meminta kami untuk memberi dia 100 batu kecil.

“Walaupun kamu bilang kamu mau batu kecil, itu bukan produk lokal kami jadi...”
“Tidak ada pembicaraan lagi. Batu ini bisa dikumpulkan di sungai sana. Batu kecil yang sama. Aku akan tunggu sampai siang. Segera siapkan mereka.”

Aku tanya pada anak kecil yang melihat ke sini dengan penasaran, sepertinya batu-batu kecil ini bertebaran di pinggir atau dasar sungai. Itu bukan barang langka, ayo cepat kumpulkan 100 buah dan buat mereka pergi dari desa.

Aku perintahkan anak-anak dan pekerja untuk mengumpulkan batu-batu kecilnya di pinggir sungai. Ini mungkin bisa selesai dalam 1-2 jam kalau ada 20 orang.
Untuk mencegah kemarahan gadis-gadis pemarah itu, aku harus ada di sini sampai batunya terkumpul.

Aa, perutku sakit.

◇Lulu◇

“Okee. Bukan. Bukan. Okee...”

Tama memilih batunya di depanku.
Para penduduk desa sudah mengumpulkan lebih dari 100 batu setelah 1 jam, tapi mereka tidak hanya membawa yang benar, tapi ada juga batu merah yang hanya terlihat bagus tercampur di situ. Mereka hanya mengumpulkan sekitar 30-40% batu yang dimaksud.

“*Kushun*”

Aku menengok ke arah suara bersin, dan melihat seorang gadis dengan bibir berwarna ungu dan seluruh badannya gemetar. Saat aku lihat lebih baik, baju dan kakinya basah. Mereka mungkin memasuki sungai di cuaca dingin ini untuk mencari batunya.

Rupanya, mereka sudah memasuki sungai 2-3 kali untuk mengumpulkan batu untuk dilihat Tama-chan. Semuanya terlihat kurus dan tidak punya stamina. Aku khawatir mereka akan terkena pilek, menderita karena pneumonia dan mati.

Itu benar! Aku kan beri mereka risotto yang diajarkan goshujin-sama beberapa waktu lalu. Itu seharusnya bagus untuk menghangatkan dan mengisi perut mereka. Goshujin-sama bilang kalau kita bebas untuk menggunakan bahan makanan di dalam kereta, jadi tidak ada masalah.
Tetapi, pancinya mungkin terlalu kecil.

“Na, Oku-sama, Liza-san. Aku ingin memberi makan orang-orang desa dengan risotto, apa boleh?” {TLN : Oku-sama = nyonya}

Aku hampir bilang Nana-san seperti biasa karena kebiasaan. Aku ingin dipanggil Oku-sama juga suatu hari. Tentu saja suaminya adalah—

“Lulu? Kita tidak bisa menggunakan makanan tanpa izin dari goshujin-sama... Tidak, kita sudah diberi izin kan? Tapi, kalau kita yang makan itu tidak apa, tapi bukankah kamu menafsirkan izinnya terlalu luas dengan memberi makan orang lain?”
“Tidak, aku pikir tidak ada masalah kalau kita memberi makan orang-orang yang ikut mengumpulkan batu-batu kecil.”
“Aku mengerti. Na, bukan, oku-sama, bagaimana?”
“Pelaksanaan diizinkan.”

Sepertinya Liza-san juga hampir memanggil dia Nana. Mudah salah panggil di situ kan. Nana-san selalu sama seperti biasa.

Dengan bantuan Liza-san, kami membuat kompor dengan menjajarkan batu, dan meletakkan panci di atas apinya. Pada awalnya penduduk desa melihat kami dengan curiga, tapi setelah aroma sereal rebus tersebar di udara, mereka mulai berkerumun sambil menonton kami dari jauh. Aku letakkan susunan sereal dan sayuran, potongan kecil daging kering, dan terakhir potong keju dalam irisan panjang dan tipis dan lelehkan, selesai. {TLN : Oke, jadi laper.}

Aku letakkan risottonya di mangkuk yang Nana-san minta pada sonchou-san untuk disiapkan. Aku berikan mangkuknya pada anak-anak yang membawa batu-batu kecil, mereka terlihat terkejut.

Ara? Apa mereka tidak suka keju?

“Apa kamu tidak suka keju?”
“Aku tidak pernah makan keju.”
“Itu enak tahu? Makan dengan hati-hati karena masih panas.”

Saat aku bilang begitu, anak-anak berkali-kali melihat ke mangkuk dan wajahku dan akhirnya melihat ke sonchou-san untuk meminta keputusan.

“Walaupun kamu memberi kami makanan semewah itu...”
“Tidak ada masalah.”
“Ini sebagai terima kasih atas batu-batu merahnya.”

Nana-san dengan cepat menjawab pertanyaan sonchou-san. Setelah sonchou-san menyetujui, anak-anak mulai meminum dari mangkuknya. Aku lupa memberi sendok.

“Panas, enak.”
“Ini membuatku hangat.”
“Aku tidak mendapat makanan ini saat festival sekalipun.”
“Un, lezat.”

Anak-anak makan dengan lahap seakan mulut mereka terbakar.
Orang-orang dewasa juga berkumpul sebelum aku sadar. Ada juga seseorang yang berkata, “Oy, beri ayah juga.” di antara mereka. Itu tidak bagus tahu? Mengambil jatah anak-anak.

“Hey, jou-chan. Kalau aku kumpulkan batu-batu kecil juga, apa kamu akan beri aku bubur itu juga?”
“Iya, ini akan menghangatkanmu.”

Orang-orang dewasa mulai berlarian ke sungai setelah mendengarku. Melihat itu, anak-anak mengembalikan mangkuk yang sudah dijilat sampai bersih sambil berterima kasih, dan mulai berlari ke sungai.

E~tto, ada berapa orang ya.

Aku khawatir kami tidak bisa melakukannya, tapi Nana-san bernegosiasi dengan kepala desa untuk mengizinkan kami menggunakan dapur di rumahnya. Kami punya banyak bahan, dan sepertinya ibu-ibu di desa akan membantu juga.

Sekarang, ayo lakukan yang terbaik untuk membuat makanannya.