Friday 14 April 2017

6-27. Pertarungan Kota Muno (5)

Satou di sini. Palsu dan Asli, ada program TV tentang menemukan yang asli, tapi di dunia paralel, karena ada skill dan magic, sulit untuk peniru dan pengenalnya.



“Gjallarhorn dia bilang? Jangan-jangan, itu yang asli?”

Arisa terkejut.
Apa holly sword yang berputar itu terkenal. Aku akan tanyakan cerita tentang pedang itu lain kali.
Pedang si hero palsu juga bernama Gjallarhorn saat aku lihat dengan AR, tetapi tipenya bukan holly sword, tapi magic sword. Penjelasannya sama dengan yang aku punya walaupun itu hanya magic tool. Tidak perlu dikatakan lagi, itu tiruan. Pedang itu hanya sekuat pedang besi biasa, dan penampilannya juga hanya pedang lurus biasa.

“Hero, kamu berani menyerangku dengan pedang palsu yang kuberikan padamu! Bodoh.”
“Diam, iblis! Di mana kau sembunyikan konsul yang asli!”

Begitu, jadi mereka menganggapnya seperti itu.

Aku ingin menghentikan sandiwara ini dan mengatasinya sesegera mungkin, karena ada kemungkinan besar kalau bunshinnya (splitter) terhubung dengan badan aslinya. Kalau aku kalahkan dengan kekuatan besar, badan aslinya akan jadi waspada dan menyembunyikan diri di suatu tempat. Akan menyulitkan kalau itu terjadi.
Sepertinya Pochi tidak sabar dengan pertarungan hero palsu, dia menarik jubahku.

“Pochi boleh bertarung juga?”

Walaupun musuhnya iblis, itu hanya level 1. Dari situasinya, dia lebih kuat dari level 1 biasa, tapi Pochi seharusnya bisa mengalahkannya tanpa terluka.

“Baiklah. Hati-hati karena musuhnya bisa menggunakan magic.”

Si iblis berteriak walaupun dia seharusnya tidak mendengarku. Tetapi, efek magicnya tidak keluar.

“Tou! Nano desu.”

Pochi yang meneriakkan semangat bertarungnya menebas bunshin dengan daggernya. Dia mengarah pada pundak seperti yang dia selalu lakukan pada pencuri.
Lalu, tepat setelah HP bunshin (splitter) jadi 0, dia berubah jadi debu hitam dan menghilang.

Pochi memang kuat.

Atau malah, HP splitternya lebih sedikit dari pencuri jadi kalah dengan satu serangan.

“Hebat desuwa. Pochi-chan.”
“Ternyata dia sekuat ini walaupun dia sangat imut! Beastkin yang menyelamatkan Toruma itu Pochi-dono kan!”

Keluarga baron memuji Pochi.
Tetapi, telinga Pochi melemas. Dia datang kepadaku dengan langkah berat seakan dia sisa dari pasukan yang kalah. Lalu, dia melihatku dengan mata yang melirik ke atas. Sedikit air mata keluar dari sudut matanya.

“Maaf, nanodesu. Aku sudah membunuh orang hitam itu.”

Bukannya dia mirip dengan gargoyle yang kita kalahkan waktu itu?
Mungkin, dia mungkin berpikir kalau dia tidak boleh membunuh benda berwujud aneh.
Walaupun mungkin itu ambigu untukku. Aku tidak mau membunuh orang ataupun demi-human, tapi aku tidak apa membunuh iblis. Mungkin itu karena bagaimana rupa mereka?

Aku harusnya mengalahkan dia dengan Remote Arrow daripada membuat Pochi menunjukkan wajah itu.

“Tidak apa, Pochi. Terima kasih sudah melindungi semua orang.”

Aku peluk Pochi dan menenangkan dia.

Setelah gangguan ini selesai, aku akan buat dia makan steak yang sangat enak sampai dia menyerah makan, “Aku tidak bisa makan lagi nodesu~.”



“Benar, kita harus selamatkan konsul yang sebenarnya!”
“Itu benar desuwa, aku penasaran di mana konsul ditahan.”

Walaupun dia berubah tepat di depan mata mereka, anggapan mereka masih seperti ini. Bagaimana caraku meyakinkan mereka.

Aku bisikkan pada Arisa untuk memberi dia izin. Banyak catatan tentang mind magic yang berhasil digunakan muncul di log. Itu magic yang sama dengan yang digunakan iblis untuk membuat orang percaya dengan mudah. Mereka bilang lawan api dengan api.

“Iblis barusan itu konsul yang asli tahu.”
“Hal bodoh apa yang kamu katakan.
“Tidak mungkin itu benar.”
“Itu benar desuwa.”

Tidak ada yang percaya pada fakta yang dikatakan Arisa. Apa mereka melawannya?
Aku harus lanjutkan.

“Semuanya sudah dimanipulasi oleh magic si iblis. Sebagai bukti, tidak ada yang ingat nama konsulnya kan?”
“Itu benar, tapi.”
“Tapi, kalau shisseikan-sama tidak ada di sini.”
“Ternyata shisseikan-sama benar-benar seekor iblis. Walaupun dia orang pertama yang mengakuiku sebagai hero.”

Oh? Mereka menerima pendapatku walaupun mereka menolak kata-kata Arisa? Walaupun isi dari apa yang aku katakan tidak jauh berbeda. Apa ini karena efek dari skill Negotiation atau Persuasion?

“Kalau begitu, apa kamu ingat sejak kapan konsul itu menjabat?”
“Aku tidak ingat. Apa 10 tahun lalu? Tidak, ada kakek waktu itu. Kapan kakek menghilang ya?”
“Dia masih ada saat Karina jadi dewasa.” {TLN: ultah ke-15. Kalau di indo kan ultah ke-17.}
“Rondol-sama bukan satu-satunya butler. Sejak kapan ya, orang yang ada di sini sudah banyak yang hilang.”

Shitsuji-san juga ikut bingung bersama dengan sang baron. Sepertinya ingatan mereka yang dimanipulasi sudah dirusak oleh informasinya dan mulai kembali.

Aku menemukan anak buah duke di penjara, dan memastikan namanya pada baron.

“Baron-sama, apa Anda familiar dengan honor-viscount bernama Nina Rottol?”
“Umu, iya. Dia adalah kandidat konsul yang dikirim ke wilayah kami bersama dengan surat dari duke 5 tahun lalu.”

Dia menjawab dengan lancar. Lalu, ekspresi sang baron jadi kaku setelah dia selesai menjawab.

“Kenapa kandidat. Wilayah kami sudah punya konsul. Tapi, viscount Nina meninggal karena kecelakaan dan aku meminta konsul dari generasi sebelumnya untuk menggantikan dia...”
“Mungkin, si iblis memanfaatkan waktu saat Nina-sama akan dinobatkan sebagai konsul dan menggunakan mind magic untuk manipulasi.”

Tetapi, tidak ada pertanyaan kenapa aku punya informasi itu. Tanpa diduga, mereka mungkin berpikir kalau aku adalah anak buah duke. Mungkin ini efek dari skill Deception.

“Sejujurnya, aku mendapat informasi dari toko inteligen di dalam kota waktu itu, katanya Nina-sama dan priest-sama dimasukkan ke penjara oleh si iblis.”
“Itu mengerikan! Viscount Nina! Kita harus segera selamatkan dia.”

Baron-sama menyuruh shitsuji-san untuk menyelamatkan mereka.
Nah sekarang, masalah domestik wilayah ini harusnya selesai dengan ini. Aku harap orang yang bernama Nina-san itu orang yang mampu.



Lalu berikutnya, aku harus mengatasi banjir manusia yang menuju ke gerbang sekarang. Cara paling baik untuk melakukannya itu dengan meminta Arsia menggunakan mind magicnya, tapi pasti ada agitator yang ditanam oleh si iblis pada orang-orang. Sepertinya mereka tidak punya skill pembunuhan yang aneh, tapi aku takut mereka akan membuat panik ke kerumunan dan menginjak-injak Arisa sampai mati.

Tidak masalah kalau aku pergi dengan dia, tapi pasti si iblis akan dengan cepat mencoba kembali ke sini dari hutan setelah bunshinnya mati. Aku tidak mau meninggalkan tempat ini untuk mengatasi dia. Aku bisa membidik dia dari mana saja dengan Remote Arrow, tapi kalau dia bisa menahannya, akan sulit untuk menembak lagi, jadi aku tidak mau meninggalkan tempat ini untuk memastikan serangan berikutnya.

Tentu saja, aku tidak berencana untuk hanya mengirim Arisa dan/atau Pochi ke kerumunan sendirian. Aku kasihan pada penduduk, tapi aku lebih utamakan keselamatan Arisa dan Pochi daripada penduduk.

Aku akan minta si hero palsu menanggung semua tanggung jawabnya.
Itu awalnya memang peran dia juga, aku akan buat orang-orang dari pihak baron kerja keras untuk bagian ini.

“Hauto-dono, kalau kamu mau dipanggil hero dari sekarang, aku harus minta kau tunjukkan buktinya. Berikan keberanian pada orang-orang yang sudah dikejar oleh undead dan berkumpul di depan gerbang istana.”
“Aku mengerti. Aku tidak ada niat untuk dimanfaatkan oleh iblis sampai akhir. Aku akan menjadi hero dengan kekuatanku sendiri. Aku akan jadi pria yang pantas untuk Gjallarhorn ini.”

Si hero palsu menjawab kata-kata angkuhku dengan pidato yang bersemangat.

“Menakjubkan, hero-samaku.”
“Ah, cintaku. Kamu masih memanggilku hero.”
“Iya, sejak kamu menyelamatkanku dari kumpulan orang itu, kamu selalu menjadi heroku desuwa.”
“Kalau begitu, mari pergi bersama! Untuk menenangkan masyarakat!”

Lalu, mereka berdua pergi bersama, itu tidak apa? Membawa ojou-sama ke depan masyarakat yang liar.

“Satou-dono, masyarakat di depan istana sedang diatasi, tapi kita harus apa dengan monster di luar dinding?”

Kamu menanyakan itu pada orang luar, baron.

“Hatoko-dono, tidak mungkin kita bisa menang melawan pasukan sebanyak itu. Ayo kita kabur dengan kereta kecepatan tinggi yang dikatakan konsul, tidak, iblis tadi katakan.”
“Aku tidak bisa melakukan itu Toruma, walaupun aku disebut tidak berguna, aku masih pemimpin wilayah ini. Tidak mungkin aku kabur dan membiarkan masyarakat.”

Bahkan Hayuna-san tidak tahu harus apa, dia menggendong Mayuna-san dengan terlihat sangat cemas.
Yang dikatakan Ossan itu pandangan yang normal, tapi kereta itu sudah digunakan teman-teman hero untuk kabur. Sepertinya ada jalan rahasia untuk kabur. Ada banyak zombie di pintu keluar jalan itu, tapi aku biarkan mereka melakukan sesuatu tentang itu sendiri.

“Seharusnya ada senjata atau magic tool untuk pertahanan di istana sebesar ini kan?”
“Itu semua ada saat masa sang Marquis, tapi semuanya hancur saat insiden 20 tahun lalu. Saat wilayahnya jadi Baron, ada banyak rencana untuk memulihkannya, tapi semuanya ditunda karena kita tidak bertarung melawan negara lain.”
“Kalau begitu, apa kamu punya tactical scroll?”
“Kami mendapatkan mereka dari rumahnya Toruma, tapi dengan saran dari konsul, semuanya dijual untuk membeli makanan yang akan dibagikan pada masyarakat.”

Sial kau iblis, persiapannya matang sekali.
Tapi ada orang yang membeli tactical scroll yang harusnya untuk perang. Apa itu bangsawan lain?

“Kalau begitu, tolong beri tahu pasukan yang sudah pergi untuk mengalahkan pencuri untuk kembali bagaimanapun caranya. Kita akan tahan masyarakat di dalam istana sampai pasukannya kembali.”

Pasukannya sudah dibantai, tapi sang baron tidak tahu hal itu dan aku tidak berniat memberi tahu dia. Untuk sekarang, masyarakat harusnya jadi tidak terlalu cemas kalau mereka ada di dalam istana.

Sang baron menyuruh si maid tentang pemberitahuan para pasukan untuk kembali.

“Aku mengerti, bagian dalam benteng istana itu yang paling aman. Kita evakuasi masyarakat ke sana. Si hero seharusnya sudah menenangkan masyarakat di gerbang istana. Aku akan pergi ke sana dan memberi tahu orang-orang kalau aku mengizinkan mereka ke dalam istana. Orang harusnya merasa lega kalau melihat penakut sepertiku masih di sini kan?”
“Baiklah kalau begitu, hatoko-dono. Aku dengan keluargaku dan para pelayan akan pergi ke benteng lebih dulu dan membuat persiapan di sana.”
“Terima kasih, Toruma. Tolong bujuk orang yang sudah bebas dari penjara untuk tetap di dalam benteng.”
“Aku mengerti. Satou-dono, kalian ikut juga.”

Baron dan lainnya meninggalkan ruangan sambil bilang begitu. Aku bilang pada Ossan yang terlambat kalau kami akan tetap di sini.
Para maid membawa pelayan laki-laki untuk membawa ksatria Eral yang pingsan di pundak mereka.

“Lalu, mau bagaimana? Mustahil bahkan untuk magicmu karena musuhnya terlalu banyak kan? Aku tidak bisa menggunakan light magic jarak jauh, jadi abaikan musuhnya yang memang kuat, aku tidak punya kekuatan yang cukup untuk bertarung melawan musuh sebanyak itu tahu?”
“Tidak apa, bantuan sedang menuju ke sini.”

Aku bertahu Arisa yang berwajah penasaran kalau raksasa-raksasa dari kedalaman hutan sedang menuju ke sini.

“Sesuatu seperti raksasa, mereka muncul dari mana.”
“Mereka punya desa jauh di dalam hutan.”
“Bukan itu, bukannya mereka pasukannya iblis?”
“Mungkin berbeda, sepertinya anak kedua yang dicari ksatria Eral, meminta bantuan. Karena dia bersama dengan mereka.”

Aku menunjuk ke hutan sambil berkata begitu. Kalau kamu lihat dengan baik, pohon-pohonnya bergoyang.

Sepertinya para zombie sudah mencapai gerbang utama, dan kerumunannya berlari dari gerbang utama ke gerbang istana. Untungnya zombie itu pelan, jadi tidak ada masyarakat yang tertangkap dan terbunuh. Tolong maafkan aku, film nyata zombie. Aku lemah dengan hal yang menjijikkan.

Aku diam-diam mengatasi zombie cepat seperti monster atau burung yang tercampur dalam kerumunan zombie dengan Remote Arrow.

Karena pepohonan hutan bergoyang dengan hebat, aku periksa kondisi para raksasa yang sudah jadi [Confusion]. Tolong jangan ada berantem satu sama lain terjadi bahkan pada para raksasa.

Tetapi, ada yang lebih mendesak dari itu.

“Arisa, hal buruk terjadi.”
“Apa lagi sekarang, apa raja iblis menyerang juga?”

Yang itu mungkin lebih baik secara emosional untukku.

“Liza dan lainnya mendekat ke zombie-zombie yang ada di gerbang utama.”