Tuesday 11 April 2017

6-26. Pertarungan Kota Muno (4)

Satou di sini. Kalau kamu bepergian ke luar negeri tanpa mempelajari budaya di sana, kamu akan mendapat masalah.
Itu agak lebih parah di dunia paralel.



Aku mendengar Pochi bilang, “Tulang-tulang mengejar orang nanodesu.”, sambil masih dipeluk oleh si anak perempuan.

“Tulang? Apa ada skeleton di dalam kota?”
“Yeah, sepertinya ada beberapa orang yang bisa menggunakan ghost magic. Orang-orang tua mungkin ketakutan karena pengalaman mereka dengan kepungan pasukan No Life King saat dengan Marquis Muno.”
“Mau bagaimana lagi kalau begitu. Kita tidak bisa membantu mereka dari sini.”
“Karena hanya ada 20 skeleton di dalam kota, aku akan lakukan sesuatu pada mereka dengan Remote Arrow, walaupun mungkin tidak berguna. Aku tidak akan mengarah pada pengguna ghost magic karena dia mungkin akan mati kalau kena.”

Aku keluar ke balkon menggunakan pintu yang berbeda dengan yang digunakan oleh baron dan lainnya.

Magicnya, Magic Arrow yang menjadi asal dari Remote Arrow itu tertulis dalam buku magic untuk pemula yang aku beli.

Di situ disebutkan kalau [『Magic Arrow』 adalah dasar dan akhir dari magic. Semakin jauh kau menguasainya, semakin jauh magicnya bisa ditembakkan. Kalau kau menguasainya sampai batasnya, dan punya MP yang tidak terbatas, kamu bisa menghancurkan seluruh pasukan sebuah negara dengan 『Magic Arrow』]
Tentu saja, itu mungkin dilebih-lebihkan, tapi, saat aku, yang punya level skill 10, menggunakannya, aku bisa menggunakan map untuk mengunci musuh dan menembaknya. Karena kekuatan satu magic arrow itu jauh lebih lemah dari sebuah pukulan, satu arrow hanya bisa mengalahkan satu musuh paling tinggi level 5. Aku bisa menembak 1-125 arrow sekaligus. Itu menggunakan setidaknya 10 MP, dan konsumsinya meningkat saat jumlah arrownya meningkat dan melebihi jarak tertentu. Sejujurnya, ini terlihat lebih jelek dari sesuatu seperti magic Explosion atau Fireball sebagai magic anti-army.

“Tu, tunggu, jangan-jangan kamu mau pakai Remote Arrow?”
“Yeah, tentu saja aku akan tembak diam-diam.”

Aku julurkan tongkat pendek dari posisi di mana sang baron tidak bisa melihatnya dan membuat banyak magic arrow untuk membidik ke skeleton-skeletonnya. Arrownya terlihat seperti mereka terbuat dari kaca.

Tanda yang menunjukkan skeleton di peta diikuti oleh tanda lock-on yang terlihat seperti yang ada di simulator pesawat fighter.
Tanda lock-on itu bagus. Berapa kalipun aku melihatnya, itu menstimulasi insting priaku.

Aku atur jalur arrownya agar tidak memasuki pandangan sang baron dan lainnya, dan menembakkan mereka. Tak lama kemudian, skeleton-skeleton di map terbantai. Magic memang memudahkan huh.

“Ne, nee.”

Suara Arisa gemetar.
Sial, apa penembakan jarak jauh seperti ini biasanya mustahil?

“Jangan bilang kamu cuma bisa menembak 20 buah? Bagaimana kamu bisa berpikir untuk melawan musuh level 30 dengan itu? Tahu tempatmu.”

Cara dia bicara dengan tidak biasanya sinis mempertimbangkan ini Arisa.
Apa jumlah arrownya terlalu sedikit. Melihat kekuatan arrownya, aku bisa menang mudah hanya dengan menembakkan 20 arrow, tapi apa karena musuhnya iblis, dia akan menahan serangan magic dasar dengan mudah.

Jumlah arrownya tergantung pada level skillnya menurut buku, jadi apa aku beri tahu dia setengah levelku? Walaupun aku tidak harus merahasiakannya, aku bisa katakan pada Arisa untuk [Rahasiakan] kalau dia terlihat seperti akan menyebarkannya. Kalau level 10 bisa menghasilkan 125 arrow maka aku harus bilang pada dia kalau levelnya sama dengan level skill mind magic dia, tapi karena itu level seorang ahli, kalau aku katakan levelku adalah 4 maka bisa menghasilkan 50 arrow seharusnya tidak aneh. 10 arrow seharusnya juga cukup untuk mengalahkan musuh walaupun dia punya magic defense, jadi alasan ini cukup bagus mungkin?

“Aku bisa menembakkan 50 arrow paling banyak. Kalau aku menyerang sambil minum potion pemulih MP, aku mungkin bisa mengalahkannya dengan menembak 10 kali kan?”
“Begitu ya~ kalau kamu tembak sebanyak itu, tidak apa-apa huh.”

Arisa kembali ke ruangan tanpa mengatakan apa-apa, aku pura-pura tidak melihat dia menginjak-injak lantai, dan dia memelototiku dari dalam ruangan. Air mata keluar dari matanya yang bertekad kuat.
Baron dan lainnya masih melihat ke kota dari balkon. Sepertinya mereka tidak akan memperhatikan ke arah sini.

“Kamu, jangan-jangan, kamu menyembunyikan levelmu?”

Huh? Jadi itu pertanyaan jebakan?
Aku penasaran aku salah di mana, aku pikir tidak ada masalah karena menembak 50 arrow dengan masing-masing menggunakan 1 MP berarti aku punya 50 MP yang berarti cukup bagus untuk level 12.
Yaa, sepertinya ini waktu yang tepat.

“Iya, aku sembunyikan. Bukannya Arisa yang bilang untuk menyembunyikannya?”
“Benar, itu benar, tapi siapa sangka selain skill kamu juga bisa menyembunyikan level.”
“Tapi tebakanmu benar, aku hanya perlu 50 MP untuk 50 arrow, tidak ada yang aneh kan?”

Wajah Arisa membeku, dan dia mendesah sambil meletakkan tangannya di dahi. Dia terdiam sebentar, dan mengomeliku dengan bisikan yang sepertinya ditekan. Aku rasa aku selalu diomeli Arisa.

“Orang ceroboh ini! Pelajari akal sehat dunia ini lebih baik.”
“Aku mengerti aku gagal, tapi aku salah di mana? Bahkan buku magic bilang kalau arrow bisa ditembakkan terus menerus tahu?”
“Itu cuma 『Teori』. Sekarang magician terbaik yang juga pendiri negara ini hanya bisa menembakkan 49 paling banyak.”

“Sesedikit itu huh. Aku akan tembakkan 30 di depan orang dari sekarang.”

“Aku cukup bilang yang satu itu error.”
“Bukan cuma itu, mustahil menggunakan 1 MP untuk 1 arrow.”
“Sekali tembak butuh 10 MP. Hanya saja aku hanya butuh jumlah MP yang sama sampai jumlah arrownya 10.”
“Itu bagian yang aneh. Sebuah magic serangan dengan efisiensi yang sama dengan magic arrow di antara light magic membutuhkan setidaknya 15 MP setiap tembakan. Menurut Nana dan ilmuan magic art yang aku kenal, biasanya butuh 5-10 MP sekali tembak. Apalagi, kamu bahkan tidak memakai tongkat panjang, tapi tongkat pendek murah yang tidak punya efek penguat magic atau pengurang penggunaan MP, kalau ada yang bilang padaku tentang itu, aku hanya akan berpikir kalau dia hanya membual.”
“Kalau begitu, akan aku buat agar itu membutuhkan 10 MP sekali tembak.”

Ada banyak perbedaan huh. Kalau begitu aku harus pura-pura kelelahan setelah menembak 12 arrow di depang orang. Ini agak menyusahkan.
Sepertinya dia tidak suka jawabanku, dia menarik jubahku dan menggosok-gosokkan kepalanya di perutku sambil berkata, “Apa maksudmu ‘kalau begitu’~”. Tolong berhenti karena itu sakit.

“Dan juga! Jaraknya juga aneh! Magician yang bisa menembak 49 arrow itu bisa menembak musuh sejauh 2 kilometer, tapi itu hanya di padang rumput dengan pandangan yang bagus. Aku tidak pernah dengar hal seperti menembak jitu musuh dengan tepat sasaran di daerah perkotaan seperti ini.”
“Menembak jitunya bisa dilakukan bila digabungkan dengan Map.”
“Ceh, unique skill. Aku pikir kamu biasa saja, tapi kamu punya fitur tersembunyi macam itu. Aku memang tidak bisa menganggapmu remeh.”

Walaupun dia mengatakan kata-kata aneh, sepertinya dia sudah tahu kalau levelku tinggi, jadi tidak apa.

“Jadi, ya, seperti itu, aku juga menyembunyikan levelku, aku sebenarnya berlevel tinggi.”
“Aku mengerti, aku tidak akan tanya detailnya. Aku mengerti garis besarnya dari obrolan barusan.”

Dia mengerti huh, sasuga Arisa. Aku akan tanya lebih detail nanti. {TLN: sasuga = seperti yang diduga dari. Pake jepangnya aja ya, kepanjangan :P }
Tapi, baguslah aku tidak beri tahu dia kalau aku sebenarnya bisa menembak 125 arrow. Sepertinya dia akan merasa tidak enak di suatu tempat daripada lega. Dia akan berpikir kalau menembak 1 arrow lebih banyak dari rekornya itu margin of error. Orang yang dipindahkan itu umumnya cheat lagian.
Tetapi, aku dibuat untuk berjanji untuk tidur bersama dia selama 1 minggu sebagai kompensasi untuk semua kekhawatiran dia selama ini. Aku bilang dengan tegas, “Tidak ada ecchi.” untuk memastikan, tapi sepertinya akan sulit menahan itu selama 1 minggu.



Tetapi, masyarakat masih berkumpul dekat gerbang utama dan gerbang istana. Walaupun skeletonnya sudah dimusnahkan, apa penghasutnya masih ada di sana?

“I, ini mengerikan! Monster undead menyerang!”

Shitsuji-san yang tadi masuk ke ruangan dengan ekspresi yang berbeda di wajahnya.

“Tenang, Meyer. Kalau Skeleton-skeleton yang muncul di dalam kota, sepertinya sudah diberantas oleh penduduk kota.”
“Bukan, ini berbeda. Sekumpulan zombie muncul dari benteng raksasa.”
“Maa, seram desuwa.”

Apa kamu benar-benar takut, reijou-san?

“Tidak apa, Soruna-hime. Aku akan melindungimu.”
“Iya, yuusha-samaku.”

Aku biarkan bakaple ini sendirian. {TLN : baka+couple=pasangan bodoh.}

Sang baron dan lainnya pergi ke balkon yang menghadap hutan, dan memeriksa kondisi di seberang dinding.

“Mereka datang lebih cepat dari perkiraan huh. Ayo cepat kabur dari kota. Kita terlalu kalah jumlah. Magicmu bisa melakukan sesuatu pada ratusan zombie, tapi kalau ada ribuan, itu mustahil kan.”
“Bukannya mudah kalau kita serang mereka dari dalam dinding?”
“Tidak mungkin si iblis menunggu itu. Pasti ada pasukannya di antara orang yang akan memimpin mereka untuk membuka gerbang dari dalam, tidak salah lagi.”

Sepertinya prediksi Arisa benar. Orang-orang kabur dari gerbang utama. Sepertinya seseorang membukanya dari dalam. Aku beritahu Arisa tentang itu.

“Si iblis dan grupnya sedang menuju ke sini.”
“Benar, akhirnya pertarungan penentuan huh.”
“Sebelum itu, bunshinnya akan sampai sini lebih dulu. Ksatria Eral waktu itu juga bersama dengannya.”
“Siapa itu?”
“Itu ksatria yang akan membunuh Hayuna-san saat dia dijadikan sandera.”
“Uwah, orang itu huh. Kalau begitu dia akan menyerangmu kalau kamu menyerang bunshinnya?”
“Mungkin. Aku akan cegah.”
“Kita serahkan itu pada pochi. Kalau gadis itu, dia bisa mengatasi serangan dari ksatria selevel itu dengan mudah. Kamu akan mengawasi keluarga baron untuk kemungkinan sergapan.”
Bagaimana kalau aku netralkan bunshinnya dengan membuat dia pingsan?”
“Un, karena serangan fisik mungkin tidak bekerja pada samarannya, aku akan lakukan.”
“Baiklah.”

Aku panggil Pochi, beri dia sebuah dagger dari Item Box dan menjelaskan dia tentang situasinya. Dari situasinya, aku hanya bilang, “Kalau si ksatria menyerang, tepis dia.” Padanya.

Lalu, seakan menunggu persiapan kami selesai, pintunya terbuka tanpa ketukan.

“Baron! Shisseikan-sama datang.”
“Eral-kyou. Panggil baron-sama dengan benar, bukan padaku.”

Baron kembali dari balkon dan melihat dua orang yang baru masuk.

“Ah, kami sudah menunggumu konsul. Ini buruk, monster undead menyerang dari luar dinding. Mungkin No Life Kong sudah dibangkitkan?”
“Baron-sama, aku sudah siapkan kereta kecepatan tinggi. Tolong pergi dengan yuusha-sama keluar dari wilayah baron.”
“Tapi kalau begitu, oran-orang akan...”
“Tidak apa, aku akan tetap di sini dan melakukan seuatu tentang ini.”

Akan sulit kalau dia jadi terlalu dekat dengan sang baron. Aku harus segera mulai.

“Lalu, kamu akan membuat semua penduduk jadi monste undead pada akhirnya kan, iblis Short Horn Shisseikan-dono.”

Arisa menyerang si konsu (iblis) yang menengok dengan wajah kaget dengan Shock Wave.
Si konsul (demon) terjatuh ke lantai dengan tidak berdaya.
Sosoknya adalah kulit gelap dengan sayap kelelawar, benar-benar sosok seekor iblis.

Tapi, walaupun setelah melihat sosok itu, ksatria Eral berteriak.

“Brengsek kau! Apa yang kamu lakukan pada Shisseikan-sama!”

Ksatria Eral menarik pedangnya.

Si bunshin (Splitter) bangkit.

Si anak perempuan berteriak saat dia melihat bunshin.

Dan sang baron dan ossan tidak bisa berdiri.

Si hero palsu melindungi si anak di belakangnya dan menarik pedangnya dari sarung pedang biru.

Dan Pochi, dengan daggernya, dengan lihai menangkis great sword ksatria Eral yang diarahkan padaku.

Dengan skill Space Grasp, aku mengerti apa yang terjadi di ruangan ini.

Tepat saat great sword ksatria Eral tertancap di tanah, aku tendang pedangnya dan memecahkannya. Karena badan besar ksaria Eral itu mengganggu, aku buat dia pingsan.

Saat ini, sepertinya tidak ada sergapan dari keluarga baron.

Arisa sudah mengeluarkan tongkat panjak sebelum aku sadar dan mengarakannya pada si iblis.
Sepertinya dia tidak bisa menyerang karena si hero palsu bertarung melawan bunshin (splitter).

“Uuh~ karena mereka selalu bergerak, aku tidak bisa membidik dengan Light Dagger.”

Begitu ya? Mereka banyak berhenti tahu?

Si bunshin (splitter) menghentikan pedang si hero palsu dengan cakarnya. Dia kuat walaupun hanya level 1.

“O holy sword Gjallarhorn! Sekarang adalah waktunya untuk memberiku kekuatan untuk mengalahkan iblis ini!”

Aku hampir tertawa. Di antara semuanya, harus nama itu huh.
Si hero palsu memotong si bunshin (splitter) dengan magic swordnya yang mengeluarkan cahaya indigo. Dia berhasil memotong cakarnya, tapi si iblis masih tetap berdiri.