Friday, 6 January 2017

5-12. Maze Trazayuya (3)

Satou di sini. Karena aku selalu hidup di Jepang yang banyak makan, aku tidak pernah kelaparan. Zaman peperangan di masa lalu yang dikatakan oleh nenek buyutku terasa seperti kejadian yang sangat lama sekali.





Aura ungu yang keluar dari si magician tidak hanya menyelimuti para wanita dan golem, tapi aku juga.

Aku periksa lognya, sepertinya berhasil ditahan. Aku tidak mendapatkan skill karena ini mungkin unique skill.

“Nah, aku mengharapkan perlawanan yang mati-matian.”

Sambil bilang begitu si magician menjalankan jari-jarinya di mesin operasi maze core yang terlihat seperti stand musik.
Dinding muncul untuk memisahkan ruangan singgasana dengan aula di ruangan master. Dari petanya, ini sepertinya bukan dinding sederhana, tapi blok-blok dari maze yang sudah dipindahkan ke sini.

Aku miringkan kepalaku untuk menghindari magic arrow yang datang lurus ke wajahku.
Aku melihat ke arah sumber panah itu terbang, wanita cantik yang sudah menjadi berpenampilan iblis ada di sana. Golem yang datang ke sini sambil mengayunkan tangan mereka punya atmosfer yang sama.
Aku bisa membunuh mereka dalam sekejap, tapi aku akan menggunakan golem-golemnya untuk mengerti cara kerja unique skill si magician.

Sambil menghindari satu, yang lainnya datang.
Sambil menjaga jarak kami, aku berkonsentrasi menembakkan magic gun secara beruntun pada kaki golem. Kakinya hancur setelah sekitar 10 tembakan.
Golem ketiga berhasil menabrakku. HPku hanya berkurang satu digit walaupun aku tidak tahu jumlah pastinya. Bukankah ini hampir sekuat wagahai-kun?
Levelnya masih 30, tapi apa dia bertambah kuat setara dengan dua kali levelnya? Aku mengalahkan si golem di ruangan besar dengan satu tembakan tadinya, jadi aku tidak bisa membandingkan ini semua dengan itu. Aku seharusnya melawan dia dengan benar.
Tapi, kalau unique skill hanya menguatkan penerimanya sampai 2 kali lipat levelnya maka ini bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Aku tepis serangan berikutnya dari golem ketiga dan membuatnya mengenai yang kedua. Kepala golem kedua hancur, tapi tangan golem ketiga yang digunakan untuk memukul golem lainnya juga hancur.
Begitu, [Limit Break] itu sesuai namanya.

Menggunakan kesempatan ini, eks-wanita cantik melepaskan magic arrow dalam tembakan yang beruntun. Magic Arrownya ditembakkan dari lingkaran magic yang muncul di depan dahi mereka.
Aku hindari mereka, tapi sepertinya mereka bisa mengejar targetnya. Aku tidak berpikir kalau aku bisa menghindari mereka semua selamanya jadi aku tembak mereka dengan rapid fire magic gun.

Mereka berlima menembak dalam jumlah banyak. Mereka benar-benar punya MP yang lumayan untuk melakukannya.

Golem kedua yang kepalanya hancur masih bisa bergerak. Lalu, dia mengarahkan kedua tangannya padaku.
Jangan-jangan.

Sedikit berbeda dengan tebakanku, si golem menembakkan kesepuluh jarinya seperti misil. Aku bisa menghindarinya dengan mudah, tapi mereka meledak saat dekat denganku.
Abaikan damage fisik ke badanku, bajuku jadi rombeng.

Magic arrow yang melayang dan membidik di udara menyerbu ke arahku, ditembakkan oleh eks-wanita-wanita cantik.

Si golem yang menyamakan waktunya dengan panah mendekatiku dengan tinjunya.
Yang pertama sampai adalah tinju.
Karena aku takut senjata apinya terpengaruh ledakan tadi, aku tidak akan menggunakannya.

Aku lompat ke atas tinju si golem dan membuatnya sebagai pijakan, tapi panah-panahnya akan mengenaiku.

Aku kendurkan mantelku dengan skill Quickdress, dan melemparnya ke pilar terdekat untuk mengubah arahnya—

--Aku berhasil menghindari panah dan tinjunya.

Panah-panahnya menusuk si golem tapi hanya mengurangi kurang dari 10% HPnya. Walaupun mereka mengenaiku, mereka hanya akan memberiku sedikit damage tapi aku tidak suka sakit.

Daripada itu, status eks-wanita-wanita cantik itu aneh. Bagaimana ya, gerakan mereka sekarang lebih terlihat seperti zombie daripada iblis. Mereka berkata sesuatu seperti “Uuu~”, atau “Aaa~”, seperti kesakitan tapi mereka terus menembakkan magic arrow.

Karena aku khawatir pada kondisi para wanita itu, aku putuskan untuk mengalahkan para golem dengan cepat.
Aku lemparkan serpihan yang jatuh dari golem dengan kecepatan super tinggi. Golemnya hancur berkeping-keping, huruf di dahinya tidak perlu disebut lagi.

Sambil melempar, aku melihat figur eks-wanita-wanita cantik hancur dengan cara yang tipikal.
Sambil berdarah dari mata dan pori-pori mereka, mereka mengeluarkan magic arrow raksasa, tidak, tombak dari lingkaran magic di depan seluruh badan mereka.
Kalau aku tidak membuat mereka pingsan dengan cepat, mereka benar-benar akan mati.

Aku perbaiki posturku dengan tidak sabar dan menghadap ke para wanita.
Tapi, sudah terlambat.

Saat magic spear dilemparkan ke arahku, nyawa para wanita itu juga menghilang. Saat HP mereka jadi nol, hidup mereka meledak seperti semacam karakter game.

Aku tidak menghindari kelima tombak dan membiarkan mereka menembus badanku.

Sakit.

“Kenapa kamu melakukannya sampai sejauh itu.”

Aku tidak tahu kalau gadis-gadis itu, yang merupakan kehidupan buatan, merasakan hidup sama sepertiku, tapi ini menyedihkan.
Kalau aku pikirkan tentang arti magic arrow yang terlalu banyak itu maka...

Aku hancurkan dua golem terakhir yang mendekatiku dengan serpihan golem pertama.
Golem dan homunculus sama-sama buatan, tapi karena golem terlihat seperti robot, aku tidak ragu-ragu untuk menghancurkan mereka. Jauh di dalam hati, aku mungkin menganggap golem sebagai mesin dan homunculus sebagai manusia.

Setelah semua musuh sudah dikalahkan, ruangannya dengan aku sendirian jadi terhubung lagi dengan singgasana di ruangan master.
Aku pasang titelnya seperti yang dia mau.





Tepuk tangan si magician bergema melalui aula.

“Itu hebat. Selamat datang, hero yang baru.”

Bayangan si magician membawakanku holy swordnya.
Aku tidak bisa melihat wajah si magician dengan punggung bungkuknya karena cahaya warna-warni yang keluar dari maze core di belakangnya.

“Apa tujuanmu seorang hero?”
“Benar.”
“Lalu, tidakkah kamu bisa pergi ke Saga Empire tanpa melakukan sandiwara yang berputar-putar ini?”

Aku bertanya dengan nada yang kasar. Aku sudah terkejut dengan kematian tragis dari para wanita itu, hatiku sudah jadi tidak tenang.

“Fumu, hero Parion eh. Saat aku pergi ke sana, si hero sudah dikirim pulang.”
“Kamu tidak tahu kalau ada generasi berikutnya?”
“Ah, jadi sekarang sudah musimnya eh. Tetapi, waktunya tidak tepat.”
“Maksudmu apa?”
“Kamu tidak akan mengerti kalaupun aku jelaskan.”

Sepertinya dia tidak akan menjawab.
Sambil berdialog, aku menenangkan hatiku.

“Hey magician, apa kamu benar-benar mau mati?”
“Jawaban yang benar untuk jawaban itu seharusnya tidak.”
“Aku tidak mau melakukan dialog Zen.” {TLN: http://www.ashidakim.com/zenkoans/89zendialogue.html }

Mendengar jawaban itu, si magician tertawa seperti orang gila.
Dua garis cahaya ungu menembus tudungnya.

“Kuhahaha, begitu, jadi kamu adalah kawan yang juga datang dari tanah dewa.”
“Aku tidak tahu negara semacam itu.”

Tunggu, aku pikir Jepang di masa lalu dipanggil seperti itu.

“Kakakaka, tidak ada gunanya pura-pura tidak tahu, apa yang kamu doakan, harapkan, dan inginkan dari dewa yang kejam?”

“Aku tidak mengharapkan apa-apa.”

Aku bahkan belum bertemu dewa.

“Kalau ada, maka aku akan berharap untuk istirahat mungkin?”

Aku sangat berharap untuk itu.

“Fuhahaha, benar-benar tidak pamrih. Benar-benar pantas untuk jadi seorang hero.”
“Kamu, apa yang kamu harapkan?”

Iya, kenapa rasmu bukan manusia.

“Tidakkah kamu tahu? Tidakkah kamu lihat? Ya, aku adalah king of night, keberadaan yang immortal. Apa yang aku minta dari dewa yang maha bisa adalah badan yang tidak bisa mati, hidup tanpa kelaparan, dan kekuatan untuk menyerang balik pada kekerasan yang tidak masuk akal.”
“Jadi itu sebabnya kamu terlahir dengan badan itu...”

Si magician menggelengkan kepalanya sambil melebarkan tangannya secara horizontal.

“Kamu membaca terlalu jauh. Sang dewa sudah membiarkanku bereinkarnasi dalam badan seorang bayi yang sehat. Dan mengaturku agar dirawat oleh orang tua yang baik dan bisa aku hormati, dan bertemu dengan istri yang cantik dan murni yang lebih dari yang pantas aku dapatkan.”

Lalu, kenapa?

“Aku jadi terlalu terbiasa dengan hidup baruku. Walaupun aku dirampok oleh kekerasan yang tidak masuk akal di kehidupanku sebelumnya, di hidup ini hal itu terjadi dengan cara yang berbeda.”

Si magician mengangkat tudungnya.

Aku dipenjara oleh seorang bangsawan yang jatuh cinta pada istriku dan dieksekusi dengan tuduhan palsu. Pemandangan pertama yang aku lihat saat aku dibangkitkan kembali dengan figur ini adalah kepala seluruh keluargaku dimulai dari orang tuaku di depan istana. Dan di bawah mereka adalah mayat istriku yang seperti boneka rusak...”

Air mata tidak menetes di pipi putihnya.
Api ungu berkobar dari rongga matanya.

“Belas kasihanmu tidak diperlukan. Aku mengubah mayat seluruh keluargaku menjadi undead, dan bersama dengan mayat orang-orang dengan situasi yang sama denganku, kami arahkan taring kami pada si bangsawan dan menghancurkan semuanya tanpa sisa.”

Tidak mungkin bagi dia untuk mengeluarkan air mata.
Karena penampilan dia berupa sebuah tengkorak putih.

“Aku, yang sudah menyelesaikan balas dendamku, bermaksud untuk pergi ke dunia berikutnya di mana istriku menunggu. Tetapi, berkah dari sang dewa tidak mengizinkannya. Walaupun dengan teknik purification (Turn Undead), atau dengan holy sword yang aku dapatkan dengan susah payah, aku tidak bisa mati.”

Dia bilang, “Benar-benar berkah dewa (kutukan).”

“Datanglah, hero. Aku sudah mengatakan semua yang perlu dikatakan. Tusuklah aku untuk mengakhiriku! Paling tidak, bunuh aku sebelum haiku pun berbuah menjadi raja iblis.”

Si magician Zen, tidak, Immortal King (No-Life King) Zen, berkata begitu.

Menerima kata-kata itu yang terisi dengan kegilaan, aku tarik pedang sucinya, Gjallarhorn. Itu adalah pedang yang aneh dengan pinggir yang berbentuk bor.

Aku angkat pedangnya seakan berdoa, lalu menusuk No-Life King Zen dengan sekuat tenagaku.

“Kuha, kuhahaha. Ena, separuh sayapku. Aku akan datang padamu sekarang...”

Badan Zen hancur menjadi debu.
Jubahnya jatuh dan tersebar di tanah.

Aku dengan samar mendengar, “Terima kasih”, di akhir.

>Mendapatkan titel [No-Life King Slayer]
>Mendapatkan titel [Penjelajah Maze]