Friday 25 November 2016

5-5. Flying Ants (2)

Satou di sini. Game tembak-tembakan dulu memang populer, tapi aku tidak memainkannya. Tapi karena pekerjaanku berkaitan dengan FPS, aku memainkannya di pertunjukan game...






Flying Ant membuat grup berisi 8 semut dan mulai menuju ke kereta ini.

Aku berikan 4 crossbow ke setiap orang kecuali Lulu yang sedang mengendalikan keretanya, dan memberikan mereka ceramah pendek tentang cara menggunakannya.
Gunakan tuasnya untuk menarik tali busur, lalu letakkan boltnya di rel dan tarik pelatuknya. Kalau kamu tidak memikirkan bagian mengenai targetnya, sebenarnya itu cukup sederhana.

“Bidik... tembak!”

Mengikuti sinyalku, bolt-boltnya meluncur. Targetnya adalah gerombolan yang mendekat.

Tiga semut tertembak jatuh. Setelah memasang bolt berikutnya, kami tembak sekali lagi. Kali ini kami mengenai dua.

Kami tidak akan sempat untuk tembakan berikutnya, tapi Arisa menembakkan Shock Wave seperti yang sudah kami sepakati sebelumnya, dan menembak jatuh tiga sisanya.

Karena grup berikutnya lebih mendekat dari yang sebelumnya, setelah menembak satu salvo bolt, kami kurangi jumlah mereka dengan Shock Wave, lalu, dua sisanya jadi korban tombak Liza dan tembakan bolt point blank-ku. <TLN: Point Blank = Tembakan dari jarak sangat dekat. Di inggris mah pkenya zero-distance. Yaa, sama aja c...>

“Goshujin-sama, apa punya obat pemulih MP?”

Aku beri tiga pada Arisa. Setelah menerimanya, Arisa meletakkan satu tangan di pinggangnya dan menenggak minuman energinya dalam satu nafas.

“Yang berikutnya berbahaya.”

Iya, untuk gelombang berikutnya, ketiga grup menyerang bersamaan. Kami sudah menembak dengan bolt, tapi tidak terlihat kalau mereka telah berkurang. Satu-satunya hal yang membuat lega adalah masih ada jarak dengan mereka.

“Tolong beri izin untuk menggunakan Over Boost. Entah bagaimana aku bisa melakukan sesuatu pada setengah dari mereka.”

Saat jeda percakapan kami, Arisa menenggak obat lagi.

“Aku mengerti, aku izinkan.”
“Terima kasih, aku cinta kamu.”

Tolong jangan naikkan flag yang aneh.
Candaan ringan Arisa sedikit kaku.

“Over Boost!”

Menyesuaikan dengan kata komando Arisa, aura violet muda terpancar.
Dia memegang tongkat panjangnya, dan mulai chant dengan mulut.
Aura violet membentuk lingkaran magic dalam jumlah besar di tengah-tengah tongkat panjang.

"■■■ ■■■■■■■ ■■■ ■■■■■ Shock Wave"

Sebuah kejutan tak terlihat membantai kerumunan semutnya. Semut yang terkena langsung, berbeda dengan apa yang terjadi sampai sekarang, mati sambil mengeluarkan cairan tubuhnya dari kepala. Semut lain yang terkena buntut dari serangan itu juga berputar-putar sampai terjatuh.
Walaupun Arisa bilang setengah, sebenarnya, ketiga grup jadi tidak bisa bertarung. Seperti yang diduga dari unique skill.

Aku tangkap Arisa yang pingsan dengan perlahan.

“Mataku berputar~.”
“Berputar putar~ nanodesu.”
“Mungkin ini efek magicnya Arisa, aku merasa sedikit pusing.”

Mereka bertiga sepertinya tidak bisa berdiri karena after effectnya. Aku serahkan Arisa pada Liza, dan memutuskan untuk membersihkan lima semut sisanya yang terlambat.
Aku minta Lulu untuk menghentikan keretanya.

“Pochi, Tama, tarik tali crossbownya.”
“Aye.””Desu.”

Mereka berdua terlihat kelelahan, tapi mereka melakukan yang terbaik untuk memasang crossbownya.

Setiap saat aku menembak crossbownya, aku tukar dengan yang sudah terisi dari Pochi atau Tama.
Ini terasa seperti Nagashino.

Setelah membersihkan gerombolannya, aku menembak dengan sudut yang tinggi mengarah ke semut-semut yang pingsan dengan memeriksa posisi mereka di radar. Aku coba meniru protagonis dari sebuah manga yang aku baca dulu, tapi aku tidak berpikir bahwa aku benar-benar akan mengenainya.
Karena aku tidak punya teropong, aku tembak terus menerus ke posisi relatif di mana musuh-musuh berkumpul sambil mempelajari cara menyempurnakannya. Walaupun hit-ratenya tidak lebih dari 20%, seharusnya ini cukup.

Beberapa semut yang dijatuhkan di awal masih hidup, tapi mustahil untuk mengenai musuh yang berjarak dua kilometer. Boltnya tidak akan sampai.





Kami beristirahat sebentar untuk menghilangkan kehausan kami dan kuda kami.

“Itu melelahkan tapi baguslah semuanya selamat.”
“Le~””lah nodesu.”
“Arisa masih belum sadar, apa dia tidak apa-apa?”
“Dia akan baik-baik saja setelah tidur semalam.”

Dilihat dari AR, stamina dan MP Arisa yang jadi kosong mulai terisi pelahan.
Lulu mengelap keringatnya dengan handuk basah.

“Liza dan lainnya, tolong kumpulkan magic core, stinger, dan kantung racun.”
“Stingernya jelas, tapi aku tidak tahu yang mana kantung racun.”

Karena sulit untuk menjelaskannya, aku contohkan pada mereka dengan membedah seekor semut dan menunjukkan lokasi kantung racunnya.

“Letakkan stingernya di tas ini dan kantung racun di wadah ini. Satu orang cukup mengumpulkan 5. Tolong hati-hati agar tidak terkena racun saat melakukannya.”

Sisa semut yang jauh sepertinya mundur, titik-titiknya berkurang di peta.

Aku serahkan keretanya pada Lulu, sedangkan aku meracik beberapa [Antidote: Flying Ant] dari kantung racun sebagai bahan mentahnya. Satunya bisa dibuat menjadi lima antidot.

Aku turunkan sang “Putri” yang ditinggalkan si helm merah dari kereta, dan meletakkannya di sebelahku sambil aku meracik. Aku bisa meletakkannya di tanah, tapi aku merasa seperti memperlakukan anak-anak dengan kejam jadi aku gelar sebuah alas di tanah untuknya.

“Goshujin-sama, Arisa sudah bangun.”
“Tunggu, tidak~ Bukannya tadi aku bilang, kamu harusnya bilang 『Arisa tidak bangun-bangun.』ke goshujin-sama, dan membimbing dia untuk memberiku obat pemulih MP melalui mulut~.”

Itu benar-benar seperti Arisa, tapi sedang apa kamu membeberkan rencana jahatmu sendiri.
Karena dia melakukan yang terbaik hari ini, aku maafkan dia hanya dengan sentilan di dahi.

Arisa datang dari dalam kereta sambil meminjam pundak Lulu. Dia membuka tangannya dan berkata, “Bantu aku turun.”, jadi aku bantu dia turun.
Pastinya, dia memeluk leherku saat dia turun—Itu hanya pura-pura, tujuan aslinya adalah untuk menciumku.

Aku hampir gagal menghindari dia, dan memberi dia sentilan dahi α. α itu tidak ada maksudnya.

“Auu, cinta itu menyakitkan.”
“Iya iya, aku cinta kamu Arisa.”

Melihat ke kereta, Lulu juga menjulurkan tangannya dengan malu-malu. Dia mungkin terinspirasi oleh Arisa.
Untuk Lulu yang jarang menunjukkan sisi manjanya, aku pegang dia pelan-pelan untuk menurunkan dia. Tentu saja aku tidak peluk dia erat-erat.
Tetapi, aku ingin kamu berhenti memandangiku dengan malu-malu seperti itu. Aku merasa aku akan melupakan perbedaan umur kita.

“Omong-omong, apa ini? Apa dia sesuatu yang didapat dari Nezu-tan?”

Nezu-tan... maksud dia si helm merah kan. Itu nama yang cukup lucu.

“Si helm merah bilang kalau dia seorang putri.”
“Oh, putri ya! Walaupun sudah punya gadis-gadis cantik dari macam-macam ras menunggumu, sekarang malah ingin menambahkan putri tikus ke dalam harem! Inilah kenapa laki-laki itu sangat...!”

Kamu berbau akting.

“Go, goshujin-sama...”

Huh? Jangan-jangan, apa Lulu menanggapi kata-kata Arisa dengan serius?

“A, aku juga akan berusaha keras untuk disukai.”
“Iya, iya, kamu imut Lulu. Tapi mari berbicara tentang itu setelah 5 tahun sambil mengasah dirimu menjadi wanita.”

Tensi Lulu aneh, apa karena efek setelah pertarungan. Aku tanpa sengaja menjawabnya seperti menjawab Arisa.
Lulu meletakkan kedua tangannya di pipinya, dan dia memutar-mutar badannya. Itu imut, tapi aku harus apa sekarang.

“Kami~””Kembali~”
“Kami sudah kembali, goshujin-sama.”

Mereka bertiga datang di saat yang tepat. Ada 5 kantung racun di dalam wadah. Magic core ada banyak di dalam tas. Dan—

“Kenapa stringernya ada banyak?”
“Iya, goshujin-sama bilang cukup untuk mengumpulkan 5 saja, tapi aku berpikir apa mungkin untuk membuat tombak sekali pakai dari mereka jadi aku kumpulkan lebih.”
“Benar juga, ayo buat lain kali.”
“Iya! Terima kasih banyak.”

Aku mungkin akan lupa ini, jadi aku buat memo. Kalau aku lupa janji semacam ini, itu akan membuat hubungan kami jadi buruk perlahan-lahan.

Ditambah lagi, Pochi dan Tama menumpulkan beberapa bagian dari perlengkapan si helm merah dan kavaleri tikus. Tidak ada sisa mayatnya, dan armor yang dipakai kavaleri tikus selain helmnya sudah rusak jadi dibiarkan saja. Dan juga, aku lupa tentang pengumpulan boltnya, tapi sepertinya mereka sudah mengumpulkan boltnya selain yang sudah rusak.
Liza sangat menyesalkan fakta bahwa tidak ada daging tersisa dari Dash Boar.

Sang “Putri” yang dipercayakan oleh si helm merah masih belum bangun.

Karena monster mungkin akan berkumpul pada sisa-sisa semut, kami melaju beberapa kilometer dengan kereta.

Lahan kempingnya adalah tempat terbuka dengan kolam di dekatnya. Lulu sudah takut dengan tempat-tempat tanpa kolam. Itu mungkin semacam trauma.





Setelah aku selesai merawat kudanya, aku membaca buku sambil meminum teh yang dibawakan Lulu yang datang saat jeda memasak.

Aku membaca dengan sepintas jurnal perjalanan yang aku beli waktu itu dengan membukanya dalam menu. Karena aku tidak mau terlihat seperti aku sudah uzur, aku buka buku perkenalan life magic lebar-lebar dan membaliknya pelan-pelan.
Membaca buku biasa mungkin lebih baik, tapi lebih mudah dengan Menu karena aku bisa membuat memo dan mencari barang yang serupa.

Aku mulai mencium aroma yang lezat dari makan malam yang dimasak Liza dan Lulu. Mereka membuat sup kacang untuk makan malam hari ini berdasarkan permintaanku.

“Oo~i””Mangsa~””Kami menangkapnya nodesu~”

Ketiga gadis yang pergi berburu sudah kembali. Aku berharap mereka tidak membawa peri atau sesuatu~
Aku geser bukunya ke samping dan melihat ke suaranya. Dengan Arisa di depan, Tama dan Pochi memegang babi hutan—tentu saja yang berkaki empat—tinggi-tinggi.

Sepertinya mereka juga memburu semut-semut yang sudah pingsan dari Shock Wave di tempat sisa-sisa semut.

“Goshujin-sama, tolong cicipi ini.”

Lulu membawa mangkuk kecil dengan sup di dalamnya.
Arisa bilang “Kenapa cuma goshujin-sama, tidak adi~l”, tapi dia tidak tertarik lagi setelah diberi tahu bahwa itu sup kacang dan pergi memotong-motong babi hutan bersama Liza.

Aku mencicipinya. Yup, rasanya enak karena merica yang aku beli dari restoran kelas tinggi.

“Ini enak, aku akan menikmati makan malamnya.”
“Iya! Aku akan bekerja keras untuk membantu.”

Ekspresi Lulu jadi alami.
Aku merasa hangat dan fuwa-fuwa sekarang, tapi “putri” dari rat-men yang ada di sebelahku terbangun.
<TLN: Fuwa-fuwa, eng : fluffy, bingung apa terjemahannya. Ada saran?>