Wednesday 23 November 2016

5-4. Flying Ants (1)

Satou di sini. Seorang anggota masyarakat dengan kecenderungan gila kerja, Satou.

Bukannya aku tidak bisa mengerti saat orang menyamakan pekerja keras dengan semut, tapi aku tidak mau berteman dengan semut sebesar anjing.






Aku tahu dari radar bahwa ada satu semut terbang datang ke sini. Karena ada perbedaan kecepatan yang cukup besar, hanya masalah waktu sebelum dia menyusul.

“Lulu, pindah dari kursi kusir. Arisa, apa kamu percaya diri dengan bidikanmu dengan stun magic yang kamu sebut tadi?”
“Selama jaraknya di bawah 20 meter, tidak apa.”

Aku keluarkan sebuah tongkat dari belakang kereta-sebenarnya aku kelarkan dari Storage- dan memberikannya pada Lulu yang lalu memberikannya pada Arisa.

“Eh~ polos, tapi tongkatnya bagus.”

Aku tidak akan membalasnya, soalnya tongkat itu lebih mahal dari Arisa.

“Tembak dua kali lalu mundur walaupun kamu meleset dan bertukar dengan Liza. Pochi dan Tama akan membantu Liza.”
“Kay~.”
“Aku mengerti, Goshujin-sama.”

Jawaban Pochi dan Tama agak terlambat.

“Nyu~?”
“Apa tidak apa-apa tidak melempari batu?”

Oh iya, aku lupa tentang batu lemparnya. Karena aku ingin mengkonfirmasi magic tipe stun untuk sekarang, itu dipakai untuk cadangan saja.

“Sekarang tidak apa untuk tidak melempari batu. Aku ingin kalian konsentrasi pada semut yang naik ke atas kereta.”
“Aye aye sir~.”
“Roger~ nanodesu.”

Jarak relatifnya di bawah 100 meter.
Semut lainnya mengejar kavaleri tikus yang pergi ke arah bukit.

50 meter. Lulu yang mungkin merasa gelisah memegangi bajuku.

30 meter. Suara sayapnya mendekat.

20 meter.

“Mind Shock Wave (Shock Wave).”
“Dia jatuh~?”
“Arisa, hebat nodesu.”

Semut yang terkena serangan Arisa sepertinya terjatuh ke tanah. Walaupun menurut peta, dia masih hidup. Seperti yang diduga dari serangga, mereka tidak begitu lemah untuk mati karena terjatuh.

“Magicnya membuat dia pingsan, tapi belum mati. Walaupun tidak apa kalau kita bisa membunuhnya sebelum dia bangun...”

Pastinya, dia mau kembali ke sarangnya saat dia bangun.

“Semut, ada banyak nanodesu!”
“Guh, mustahil kalau sebanyak itu~.”

Suara Pochi agak terlambat dibandingkan radar yang menunjukkan titik-titik merah berkerumun ke sini.
Mereka membuat grup dengan 8 monster di setiap 4 grup.

“Itu agak terlalu banyak.”
“Iya, kalaupun aku berhasil menggunakan Shock Wave, itu mungkin hanya akan mengenai 3 dari mereka.”
“Bisa kamu tembak terus menerus?”
“Tidak bisa, chantnya bisa tepat waktu, tapi aku tidak bisa membatalkannya sampai aku lepaskan MPnya.”
“Pochi, Tama, tahan musuhnya dengan melempar batu di kedua sisi. Kalau mereka masuk dalam jangkauan Arisa, tukar posisi dengan dia.”

Aku bisa menjadi penembaknya juga tapi mustahil untuk memberikan kendalinya ke Lulu, aku harus bagaimana ya.

“Ini giliran Tama~.”
“Aku tidak akan kalah nanodesu~.”

Aku melihat ke keadaan di kursi belakang sebentar. Tama dan Pochi sedang melempari batu. Liza membantu mereka untuk mengembalikan postur mereka setelah melempar batu.

“Apa itu kena~?”
“Mereka berjatuhan nodesu.”
“Yosh, kalian hebat, anak-anak! Shock Wave!”

Sepertinya mereka sudah menembak empat musuh pertama, dan radar menampilkan--- mengikuti mereka, musuhnya berkurang empat.
Ada dua musuh yang menyusul kereta dari belakang, tapi satu dari mereka ditusuk oleh tombaknya Liza dan satunya lagi yang melompat ke dalam dikalahkan dengan cekatan oleh Pochi dan Tama.
Aku menebak itu yang terjadi dari suara berisik dari belakang dan perubahan titik-titik bercahaya di radar.

Aku belum bisa melihat ke belakang.
Semut-semutnya mengerubungi dari kedua sisi kereta, aku tembak semut yang menyusul dari satu sisi dengan magic pistol sedangkan semut yang datang dari sisi lain aku tendang tanpa belas kasih.
Semut yang tertendang, menjadi bagian pemandangan sambil terpecah jadi potongan-potongan kecil.





Semut gelombang kedua juga diatasi dengan cara yang sama.
Tapi sepertinya semut-semut itu punya kecerdasan menengah, gelombang ketiga dan keempat menyerang dari bayangan semak-semak di sebelah kiri.

Semut-semutnya terbang paralel di kedua sisi semak 300 meter dari kami, sepertinya mereka menunggu kesempatan. Jangkauan tidak cukup untuk magic pistol.
Aku kurangi kecepatan keretanya dan memberikan kendalinya pada Lulu.

Aku ambil crossbow yang disandarkan pada tempat kusir, aku letakkan bolt pada tali busurnya.
Aku bisa melihat badan-badan semutnya melalui celah di antara pepohonan. Aku membidik ke semut yang ada di belakang barisan.

Aku bidik ke arah di terbang---

Tembak.

“Bagaimanapun dilihatnya, ini hanya menghabiskan panah.”

Sebuah titik merah menghilang dari radar.

“Tidak apa walaupun hanya sebagai gertakan. Arisa, aku serahkan padamu untuk memperhatikan belakang.”
“Hoi!”

Sambil bicara, aku tembak semut berikutnya. Aku hampir tidak mempercayainya, tapi setelah ini, setiap panah mengenai targetnya. Sepanjang jalan, kami hampir keluar dari area hutan, tapi sudah terlambat. Setiap semut sudah tertembak sebelum kita melewati areanya.





“Lulu, tidak apa untuk mengurangi kecepatannya sekarang.”
“I, iya.”

Aku letakkan kembali crossbownya, dan mengambil kendalinya dari Lulu. Mungkin karena dia memegangnya dengan sekuat tenaga, tangannya tidak mau lepas, aku lepaskan jarinya dari kendali satu-persatu dengan perlahan.

“Pelecehan seksual?”
“Bukan.”

Aku sedang melihat ke tangan indah Lulu, tapi aku mengalihkan pandangan dan melihat ke dalam kereta.
Arisa sedang melihat ke sini lewat pundaknya dari bagian kereta paling belakang. Aku tidak melakukan apapun untuk membuatku merasa bersalah, gadis yang tidak sopan.
Aku harus bilang pada semuanya bahwa tahap pertama pertarungan sudah selesai.

“Semua, terima kasih untuk kerja kerasnya, kita sudah berhasil mengusir semut-semutnya sepertinya.”
“Bagaimana dengan yang sebelum area hutan ini?”
“Sepertinya mereka menyerah dan kembali.”

Aku melihat ke belakang dan berterima kasih pada semuanya. Tama dan Pochi berargumen tentang siapa yang mengalahkan musuh lebih banyak tapi Arisa menyombongkan diri dan berkata “Aku mengalahkan 7~”.

“U, um, goshujin-sama.... ta, tangannya.”

Aku melihat ke arah Lulu karena aku bisa mendengar suara kecilnya di sebelahku.
Oops, aku sudah memegangi tangannya. Ini benar-benar pelecehan seksual. Aku pisahkan tangan kami dan minta maaf pada Lulu.
Rasanya dia sepertinya malu tapi tidak membencinya, tapi itu pasti imajinasi saya. Aku bukan anak SMP, aku harus membatasi kesalahpahaman.

“Apa boleh kalau aku jadi kusirnya?”

Lulu bertanya dengan suara rendah, hasilnya, aku biarkan Lulu jadi kusirnya. Aku duduk di sebelah Lulu, membuka peta, dan memeriksa keadaan kavaleri tikus.

Ini buruk.

Pasukan tikusnya berkurang jadi tiga, tapi mereka masih kuat.
Sambil membawa Flying Ants, mereka berputar di bukit dengan membuat lengkungan besar.
Dan dengan jalur mereka sekarang, mereka pasti akan melewati kereta ini.
Aku bertukar tempat dengan Lulu. Aku tidak mau membiarkan Lulu duduk di arah di mana mereka akan muncul.

“Kavaleri tikus lainnya sepertinya datang ke sini dengan membawa Flying Ants. Maaf, tapi bersiap untuk bertarung sekali lagi.”
“Ada berapa banyak?”
“52 semut.”

Sepertinya kavaleri tikus sudah berhasil mengalahkan lima.
Para kavaleri tikus itu muncul di atas bukit. Aku merasa pandangan rat-man dengan helm merah bertemu dengan pandanganku. Dash Boar miliknya lebih besar dari yang lain. Cukup untuk membawa dua orang.

Kavaleri tikus itu mendekati kereta kami, dan mulai berlari paralel dengannya. Dua lainnya mengurangi kecepatan mereka, sepertinya untuk menarik perhatian semut.
Saat dia sampai di sebelah kereta, si rat-man merendahkan helmnya dan menunjukkan mukanya, walaupun dia punya wajah tikus, wajahnya tampan dan terlihat seperti dia mengatakan sesuatu.

"◆◆◆◆! ▼▼▼▼! ●●●●!"

>[Mendapatkan Skill Bahasa Suku Ash-Mouse]
>[Mendapatkan Skill Bahasa Suku Green Scale]
>[Mendapatkan Skill Bahasa Elf]

Entah mengapa, aku mendapat macam-macam skill bahasa.
Setelah memikirkan apa yang akan terjadi nanti, aku putuskan untuk mengambil skill [Bahasa Elf]. Aku naikkan jadi level 3 dan mengaktifkannya.

“Manusia, kata-kata, bisa mengerti!?”
“Maaf, tapi, bisakah kamu menjauh? Aku tidak mau terlibat.”

Walaupun aku sudah mempelajari bahasa lain, bahasa Shiga Kingdom keluar. Aku komplain balik dengan bahasa Elf, karena aku akan komplain juga walaupun aku pakai bahasa Shiga.
Mengabaikan aku, aku tidak akan membiarkan gadis-gadis kami dalam bahaya.

“Oh! Kamu mengerti bahasa Elf ya, kalau begitu aku ada permintaan.”

Oioi, kamu minta sekarang setelah membuat kami terlibat?

“Tolong jaga sang putri. Kalau bisa sampai dia pulang, tapi kalau kamu tidak bisa setidaknya sampai kamu memberikannya ke suku yang sama.”

Setelah mengatakan itu, si helm merah melempar seseorang yang terbungkus jubah tebal yang telah dia bawa ke sini.
Aku terima dengan buru-buru. Sepertinya dia pingsan.

Saat aku lihat ke belakang, si helm merah sudah pergi untuk membantu dua lainnya melawan semut.
Aku letakkan si gadis di kereta dan pergi ke tempat paling belakang di mana Arisa dan lainnya berada. Walaupun tanpa melihat pertarungan mereka, titik bersinar mereka sudah hilang dari radar.

Si helm merah sepertinya memilih mati terhormat. Gadis barusan mungkin sepenting itu.
Tetapi, kenyataan menginjak-injak pikiran semacam itu.

Seekor semut melompat ke Arisa dan gadis lainnya, dan satu lagi melompat ke atas kereta.