Monday 28 November 2016

5-6. Putri Tikus

Satou di sini. Putri sering hadir dalam dongeng. Tapi tidakkah kamu pikir ada banyak putri yang menderita?
Setidaknya, aku akan senang kalau mereka berakhir bahagia selamanya.






“Kamu sudah sadar?”

Aku bertanya dengan halus sambil merasa lega. Tetapi si gadis melompat ke belakang untuk membuat jarak denganku. Tidak, dia mencoba tapi karena anemia dia tersandung dan terjatuh.

“...Di mana Mize?”

Aku tidak tahu nama itu, tapi aku hanya bisa memikirkan satu orang.

“Apa itu si helm merah dari kavaleri tikus?”
“Iya.”

Walaupun dia benar untuk waspada, dia benar-benar gadis yang pendiam.

“Setelah mempercayakanmu pada kami, dia pergi bertarung dengan monster dengan berani... dan tewas.”
“Tidak mungkin...”

Aku ragu sebentar apa harus berbohong untuk mencegahnya jadi terkejut, tapi aku putuskan untuk memberi tahu dia yang sebenarnya.
Wajahnya jadi pucat, dia pasti terkejut.

“Aku Satou. Seorang pedagang yang bepergian. Bolehkah aku tanya namamu?”

Aku bisa melihatnya dari AR, tapi sudah sepantasnya untuk memperkenalkan diri untuk memulai percakapan.

“...Mia.”

Jawaban yang pendek terdengar setelah keheningan sesaat.

Hu~m, ini sulit dengan arti yang berbeda dengan Lulu.

“Hime-sama, sudah bangun~”
“Ah, sepertinya nama dia Mia.”
“Eh~, Aku Arisa. Senang bertemu denganmu, Mia.”

Arisa tercengang setelah memperkenalkan dirinya dan melihat ke wajah Mia.

“Apa maksudnya ini ya?”

Arisa datang padaku. Apa dia tidak menggunakan Status Check?

“Apa yang ingin kamu tanyakan, bilang.”

Arisa menarik nafas dalam-dalam.

Tarik.

Lepas.

Tarik lagi.

“Kenapa dia seorang elf!?”

Arisa berkata sambil menunjuk ke telinga pucat Mia yang lancip.
Tapi, aku pikir kamu tidak perlu terpengaruh sampai sejauh ini, iya kan?

“Itu bukan putri rat-man?”
“Itu salahmu karena tidak benar-benar memeriksanya.”

Memang aku pikir kalau aku salah saat aku menerima dia. Walaupun, itulah sebabnya aku mengambil bahasa elf pada awalnya. Aku berbicara dengan Mia dengan bahasa elf juga, apa Arisa tidak mendengarnya?

“Kuh, walaupun aku sudah membuatkan dia makanan keju spesial...”

Aku pikir kata-kata kalau tikus senang keju itu hanya mitos. Bukankah itu salah dari animasi barat.

“Yaa sudahlah. Yang penting, ayo makan!”

Arisa menarik tangan Mia untuk memaksanya berdiri.

“Kalau kamu lapar, kamu malah akan jadi tambah depresi, ayo makan banyak dan menangis yang banyak! Itu adalah cara terbaik untuk mengantar kematian seseorang.”

Itu kata-kata yang bagus datang dari Arisa. Aku rasa dia mengutipnya dari sumber lain, tapi aku tidak akan mengejeknya.
Mia terdorong dengan semangat Arisa, dan dia duduk untuk makan.
Aku jadi penerjemah untuk mereka berdua sambil berjalan bersama.





Aku mengerti setelah kami berbicara sebentar, walaupun Mia tidak bisa bicara dalam bahasa Shiga, dia bisa mengerti arti kasarnya.
Karena itu aku bisa menghabiskan makananku tanpa harus jadi penerjemah untuk gadis-gadis kecil.

Dari AR, aku tahu status Mia, umurnya 130 tahun. Wanita. Level 7. Skill dia adalah, [Water Magic], [Bow], [Spirit Seer], ketiga itu. Titel dia adalah, [Maze’s Master], dan [Little Child of Borunean Forest]. Nama asli dia adalah Misanalia Borunean. Aku pikir panggilan dia seharusnya Lia, apa itu karena adat dari elf? Maze huh. Apa itu berbeda dengan labirin?

Dari penampilannya, dia terlihat di antara umur Arisa dan Lulu. Dadanya bahkan lebah sederhana dari Arisa—demi Mia aku tidak akan bicara lebih banyak dari ini.
Rambutnya pirus hampir biru daripada hijau. Pupilnya berwarna hijau zamrud yang indah. Kulitnya putih, dan badannya kurus sampai hampir terlihat tidak sehat.

Tapi, aku khawatir apakah aku dikutuk dengan spell yang membuatku menarik gadis-gadis kecil.

Mia hanya memakan sayuran sambil menghindari daging sejak tadi. Daging yang dia tolak dengan lihai diambil oleh Tama. Dari sisi lain, Pochi menukar sayurannya ke piring Mia.

Kalau kamu memilih-milih makanan, kamu tidak akan tumbuh besar tahu?

Yang paling aku khawatirkan, Liza, sedang mengunyah daging kaki babi hutan dengan lahap, dia tidak memperhatikan sekitarnya. Aku akan biarkan dia sendirian.

Lulu sedang sibuk berperan sebagai pelayan. Karena Arisa merawatnya, walaupun Lulu sedang sibuk, dia makan dengan baik.

“Daging babi hutan enak~.”
“Daging yang menyangkut di tulang juga enak nodesu.”
“Mia juga, makan saja jangan sungkan.”
‘Daging, aku tidak suka.’
“Dia tidak suka daging katanya.”
“Arara, benar-benar seperti elf.”
‘Aku seorang elf.’
“Lulu, jangan hanya beri dia sayuran, tolong iriskan beberapa buah-buahan juga.”
‘Aku suka pir.’
“Dia suka pir katanya.”

Jawaban Mia pendek-pendek, tapi dia melakukan apa yang dia bisa untuk melakukan percakapan dengan para gadis kecil.





Setelah menyelesaikan makanan kami, semua meminum teh yang dibuat oleh Lulu.
Karena Pochi dan Tama tidak terlihat seperti mereka tertarik dengan tehnya, mereka menikmati tidur siang setelah makan di tikar. Liza dan Lulu bagian bersih-bersih.

Aku mencari [Hutan Borunean] di buku jurnal perjalanan. Lokasinya selatan dari sini, bertetangga dengan wilayah duke Shiga Kingdom. Itu sedikit keluar jalur dari kota labirin dari sini, tapi bukannya kami tidak bisa ke sana.

Aku tidak keberatan mengawal dia ke sana, tapi mungkin memeriksa alasan kenapa semut-semut itu mengejarnya mungkin ide yang bagus. Aku tidak berpikir kalau itu hanya kebetulan saat semutnya sebanyak itu.

Aku tanya dia dalam bahasa elf. Aku berhati-hati agar tidak terdengar seperti interogasi.

“Mia, aku mau bertanya beberapa hal, boleh?”
“Apa?”

“Bolehkah aku dengar alasan kenapa kerumunan semut itu mengejarmu?”
“...Mereka mengejar untuk menangkap.”
“Menangkap Mia?”
“Iya.”

Mia menjawab pertanyaanku sedikit-demi sedikit. Aku merasa bersalah pada yang lain, tapi aku akan terjemahkan informasi yang aku dapat ke mereka nanti.

“Kenapa semut-semut itu mau menangkapmu?”
“Karena itu diperlukan.”

Yaa, iya, pastinya.
Kalau aku tidak membuat pertanyaan yang lebih baik, aku tidak akan mendapat jawaban yang aku mau.

“Siapa yang butuh kamu?”
“...seorang magician.”

Baguslah itu bukan jenis yang sama dengan wagahai-kun.
{TLN: ‘Wagahai’ itu cara iblis yang di awal nyebut diri sendiri, kaya ‘ore’, ‘watashi’, ‘boku’, dll, kalau dia ‘wagahai’. Kalau menurut sousetsuka, ‘wagahai’ itu itungannya funky.}

“Apa kamu tahu kenapa kamu dibutuhkan?”
“Untuk maze.”

Tapi, maze huh, ini dunia dengan banyak kata-kata misterius huh. Apalagi titel dia adalah [Master of the Maze], mungkin maze tidak akan berfungsi kalau dia tidak di sana.

“Mazenya ada di mana?”
“...gunung.”
“Apa di dekat sini?”
“Mungkin.”

Mungkin itu tempat di mana kabut, atau semut, datang.
Tapi, bukannya aku ada niat ke sana.

“Magician itu sedang apa di dalam maze?”
“Membuat hal-hal seperti semut atau boneka (puppet).”

Jadi semut itu dibuat huh, mereka seperti subspesies dari semut-semut di labirin. Maksudnya boneka (puppet), apa boneka (doll) yang bergerak?
Biarpun begitu, walau aku tidak tahu tujuan magician itu mengumpulkan pasukan, itu mungkin bukan untuk sesuatu yang bagus. Berdasarkan posisinya, untuk menyatakan perang dengan kota Seryuu mungkin?

“Apa kamu tahu mereka dibuat untuk apa?”
“...tidak tahu.”

Wajah Mia yang memerah setelah makan jadi pucat. Sepertinya dia tahu tapi tidak mau bilang atau mengingatnya.

“Apa kamu pikir magician itu akan datang mengejarmu?”
“Pasti datang.”

Begitu ya.
Berarti aku tidak bisa memberikannya begitu saja ke guild pekerja. Kalau mungkin, aku inginnya begitu.

Walaupun perang terjadi, aku tidak berpikir kalau pasukan kota Seryuu akan kalah, tapi monster-monster terbang itu mungkin akan menyerang gadis-gadis yang aku tahi tapa pandang bulu di kota itu. Membayangkannya saja menyakitkan.
Haruskah aku jadi pahlawan bertopeng perak, membujuk atau memaksa si magician untuk menyerah pada mazenya, dan memberikan magician itu pada prajurit di gerbang kota Seryuu? Aku rasa rencananya terlalu sederhana.

Terakhir, ayo tanya apa yang orangnya sendiri inginkan.

“Mia, Mize-san memintaku untuk membawamu ke rumahmu atau ke suku yang sama. Mau pilih yang mana?”
“...aku mau pulang.”
“Aku mengerti.”

“Semua, kita akan memutar untuk membawa Mia pulang, apa tidak apa?”

Aku tanya pada semua orang kecuali dua yang sedang tidur. Karena tidak ada yang menolak, jadi ini diputuskan.