Thursday 17 November 2016

5-2. Perjalanan (2)

Satou di sini. Mendaki itu menyenangkan ya? Saat kamu dikelilingi alam, menghirup aroma pohon dan tanaman sepenuhnya, kamu lupa semua masalah tidak menyenangkan dalam pekerjaan.






Setelah aku selesai mengurus kuda, aku mulai meracik deodoran di belakan kereta. Aku mau melakukan sesuatu tentang bau menyengat dari kulit kambing dan wool.

Saat meracik, Liza datang menanyakan apakah makanannya tidak apa tanpa sup karena kayu bakarnya tidak cukup. Makanannya dingin, dan roti hitam tanpa sup akan jadi terlalu keras.
Aku melihat ke arah Light Hot Plate di sebelahku yang sudah aku gunakan untuk memanaskan air untuk meracik.
Aku putuskan untuk menggunakan ini untuk membantu memasak. Setelah memanaskan sup dengan ini, kamu bisa menaruh kayu bakar yang terbakar sampai supnya mendidih. Aku serahkan pengisian magic untuk Light Hot Plate pada Arisa.

Tapi, aku tidak mengira bahwa mengumpulkan bahan bakar akan sesulit ini. Aku harusnya membelinya di kota Seryuu.
Aku keluarkan serpihan kayu dari Storage kalau kepepet. Kenyataan bahwa Item Box hanya dapat menyimpan barang dengan ukuran tertentu itu adalah sebuah bottleneck.





Aku, yang sedang membuat deodoran di belakang kereta, bisa mencium aroma yang enak dari sup. Deodoran yang sudah selesai berbentuk bubuk putih. Aku memasukkannya ke dalam tas kecil dan sepertinya itu digunakan dengan mencampurnya dengan sumber bau.

Aku keluarkan kulit kambing dan wool dari dalam storage dan memasukkannya ke dalam Item Box di dalam karung kecil bersama dengan deodoran. Karena ada terlalu banyak untuk dimasukkan, aku naikkan level skill Item Box ke level 4.

Liza datang untuk bilang bahwa makanan sudah siap tepat setelah aku menyelesaikan pekerjaanku walaupun dia mungkin tidak mengawasiku.

Nah, karena makanannya sudah siap aku akan panggil Pochi dan Tama kembali.
Aku panggil mereka dengan suara yang keras.

Yup, ayo beli sebuah peluit setelah kita sampai di kota.
Aku punya peluit di Storage tapi akan jadi bencana kalau aku tiup peluitnya dan membuat kaijuu atau malaikat keluar, jadi tidak aku lakukan.

“Mangsa nanodesu~.”

Pochi datang sambil dengan bangga memberikan sebuah kelinci di tangannya. Telinganya pendek untuk seekor kelinci. Menurut AR, itu disebut Short-eared Rabbit. Pochi kotor dengan rumput dan lumpur dari kepala sampai kaki, tapi dia tersenyum manis.

Aku berikan kelinci yang aku terima pada Liza.
Aku puji Pochi sambil mengelus kepalanya. Karena aku tidak bisa membiarkan dia makan siang seperti ini, aku masukkan air ke dalam ember dan membersihkan muka dan tangannya. Aku sudah membuat peraturan ini dari saat kita ada di labirin sebelum kita makan, jadi saat dia diberikan seember air, dia menciprat-cipratkan airnya. Terakhir, dia memutar-mutar kepalanya untuk menghilangkan air tanpa menggunakan handuk. Kebiasaan dia yang ini sepertinya tidak bisa dihilangkan.

“Daging~? Aku membawanya~.”

Sekarang giliran Tama yang kembali, suaranya datang dari belakang.
Apa yaa yang dia tangkap? Apakah burung~?

“Daging! ...nanodesu?” Pochi memiringkan kepalanya kebingungan di tengah-tengah.

Saat aku melihat ke belakang, benda yang dibawa Tama adalah tikus berukuran sekitar 80 cm... atau bukan. AR menunjukkan bahwa itu adalah manusia tikus (rat-man).
Dia sepetinya tidak sadar, tapi setidaknya dia masih hidup.

“Tama, tolong lepaskan dia.”

Sambil terlihat agak sedih, Tama bilang, “Mangsa~ Tidak bagus~?” dia datang sambil memiringkan kepalanya.
Aku hampir membolehkannya, tapi mari tidak memakan manusia. Aku harus mengajarinya tentang ini perlahan-lahan.

“Kamu akan sakit perut, jadi tidak.”
“Aye~.”

Tama mulai berputar di tempat sambil tetap memegang si rat-man. Lalu, dia melemparnya menyeberangi padang rumput.

Oioi, itu terlalu liar bagaimanapun kamu melihatnya.

Si rat-man HPnya berkurang sedikit, tapi sepertinya masih hidup.
Karena kami memperlakukannya terlalu kasar, aku putuskan untuk memeriksa kalau dia punya luka luar atau tidak. Sebelum itu, aku omeli Tama.

Si rat-man sepertinya tidak terluka. Berdasarkan AR, dia tidak punya Skill apa-apa, umur 2 tahun. Seperti yang diduga dari tikus, mereka tumbuh cepat. Dia memegang sesuatu yang terlihat seperti sebuah bola lumpur di tangannya, tapi, karena aku tidak tertarik, aku biarkan. Itu mungkin kotak makan siangnya.
Karena dia sepertinya hanya pingsan, aku letakkan dia di padang rumput agak jauh dari tenda kami. Aku letakkan beberapa buah-buahan di sampingnya sebagai ganti rugi atas masalahnya.

Di sisi lain, Liza sudah memotong-motong kelinci yang ditangkap Pochi dan sedang memanggangnya. Usus yang sudah dibersihkan lalu dipotong-potong menjadi potongan kecil oleh Liza, dan digoreng bersama dengan beberapa tumbuhan.
Omong-omong, mereka menggunakan pohon yang mati di sisi lain bebatuan yang ditemukan Tama sebagai bahan bakar.

“Perutku lapar nodesu~.”
“Copycat itu buruk nanodesu~.”
“Daging~ nano desu~.”

Arisa meminta makan sambil meniru Pochi. Pochi memprotesnya, Tama mengikuti.
...ini agak menarik nanodesu.

Karena si rat-man tidak terlihat seperti dia akan bangun, kami putuskan untuk mulai makan.

Liza memberikan potongan daging terbesar.
Aku berikan pada Pochi karena dia MVPnya sekarang. Bagian terbesar kedua diberikan pada Tama. Hasil tangkapannya tidak bagus, tapi dia berperan aktif dalam mengumpulkan kayu bakar.

Daging kelincinya lembut dan lezat. Aku tidak tahu apakah ini karena Liza pandai memasak atau karena bahan makanan yang segar, tapi makanan enak itu makanan enak.
Aku ditawari usus yang digoreng dengan tumbuhan, tapi karena daginya sudah cukup, aku menolaknya.

Kasakasa.

Walaupun aku tidak melihat ke arah suara, aku tahu dari radar bahwa itu adalah rat-man yang terbangun dan lari. Saat aku periksa beberapa waktu kemudian, buahnya sudah diambil.





Aku menikmati waktu teh dengan Liza dan Lulu setelah makan.
Lulu menuangkan tehnya untukku. Dia diajari di istana walaupun itu hanya negara kecil, jadi teh buatan Lulu ada di level yang berbeda dari teh yang biasa aku minum. Benar-benar enak.
Sepertinya dia tidak tidak puas saat aku puji dia, walaupun sambil tetap rendah hati, wajahnya tersenyum.

Arisa mengikuti Pochi dan Tama untuk melihat-lihat di bebatuan. Orangnya sendiri bilang, “Aku melakukan survei.”, tentu saja, tapi aku hanya bisa melihat perjalanan untuk senang-senang di kepalanya berdasarkan sikapnya.

Aku cari peta sambil menikmati aroma tehnya.

Aku coba mencari si rat-man, tapi satu-satunya rat-man yang ada di sekitar sini adalah anak yang tadi. Apa dia anak hilang?

Dari peta, ada desa tersembunyi belasan kilometer ke arah tenggara dari sini, jadi dia mungkin anak hilang dari desa rat-man di luar wilayah earl. Untungnya, si anak hilang berlari ke arah desa, dan binatang berbahaya hanya ada rubah, jadi dia mungkin akan baik-baik saja walaupun ditinggal sendirian.

Karena aku hanya mencari serangan spesial atau levelnya monster tadi, aku melewatkan si rat-man. Mungkin ada maling juga, jadi aku membuat pengaturan ke pola pencarian.

Mumumu, ada maling. Walaupun jaraknya lumayan jauh, dan jalan besarnya terpisah dari gunung di tenggara jadi kami mungkin tidak akan bertemu mereka dalam waktu dekat.

Uoh!
Saat aku sempitkan lebih jauh lagi, titik-titik merah mulai bermunculan di layar, tapi tidak ada apa-apa saat aku lihat sekeliling.
Biasanya serangga atau binatang kecil tidak akan ditampilkan karena aku sudah membuatnya OFF sebagai default.

Saat aku melihat ke arah titik merah terdekat, sesuatu kabur.

Apa itu binatang kecil mencari makanan sisa? Kalau ini adalah game, maka, binatang yang tidak akan jadi musuh akan dikecualikan dari awal. Ini menyusahkan. Mungkin aku harus kecualikan semua dengan level 1 tanpa racun. Lagipula mereka tidak akan sakit kalau menggigit.

Baiklah, aku sudah kecualikan semua tanpa racun ataupun kemampuan spesial.

Hm~mm, titik merahnya masih belum berkurang.
Tunggu, saat aku lihat lebih baik, apa itu serangga? Serangga seperti nyamuk beterbangan. Apalagi, mereka punya [Race Characteristic: Blood Sucking]. Benar, nyamuk menghisap darah, iya kan?

Aku sampingkan pengaturan ini untuk saat kita pergi ke gunung atau semak-semak, dan mengecualikan semua selain yang beracun di kondisi normal. Aku akan lakukan sesuatu tentang makhluk yang pertama kali aku lihat dengan AR. Lagipula kalau mereka berlevel 1 maka membasmi mereka itu mudah.





Saat aku hampir menyelesaikan pengaturan, aku bisa mendengar suara Arisa memanggilku dari atas batu besar.
Bagaimana dia bisa memanjat setinggi itu?

“Ada sesuatu?”
“Sedikit, naik ke atas batu ini.”

Pochi datang dari belakang batu sambil menggendong Tama di belakangnya.
Rupanya, Arisa menjadikan mereka berdua sebagai pijakan untuk naik ke sana.

“Arisa curang~.”
“Pochi juga mau naik nanodesu.”

Arisa menjulurkan tangannya, tapi itu mustahil untuk menarik kami dengan satu tangan.
Karena mereka berdua terlihat sangat ingin naik ke atas, aku naikkan mereka bergiliran.

Walaupun karena aku tidak bisa menemukan pijakan untukku sendiri, aku melompat sekali untuk sampai ke sana di tempat yang tidak terlihat Liza dan Lulu.

“Lihat dari sini.”

Aku melihat ke arah yang ditunjuk Arisa.
Aku melihat batu yang terjatuh di sana. Apa yang Arisa mau tunjukkan padaku?

“Apa yang aku lihat?”
“Mou, lihat baik-baik.”

Oh begitu. Aku akhirnya mengerti apa yang mau Arisa tunjukkan.

“Apa itu batu dari gerbang kuil(torii)?”
“Aku hanya bisa menebak karena sudah roboh, tapi sepertinya ada 3 torii roboh yang berjajar. Mungkin ada kuil di sana.”

Aku memperhatikan puing-puing batu torii. Aku katakan pada Arisa informasi dari AR.
Aku pikir mereka hanya sisa-sisa peradaban megalitikum, tapi...

“Itu adalah Travel Gate yang rusak.”

Itu adalah jalan pintas yang banyak diketahui saat melakukan perjalanan dalam game, tapi aku akan menahan diri dari melompat ke lokasi yang tidak diketahui.
Aku tidak berpikir terlalu banyak tentang ini sebelum aku jadi orang yang terlibat, tapi aku penasaran kenapa pemeran utama dalam game bisa melompat ke dalam gerbang tanpa ragu.

Sepertinya bebatuan itu punya sifat magic catalyst, mereka beraksi sesaat waktu aku masukkan magic ke dalamnya. Walaupun aku tidak ingin berakhir seperti situasi, [Kamu sudah terperangkap di dalam batu], situasi kalau fungsinya bermasalah, jadi aku akan berhenti bertingkah ceroboh.





Tepat setelah kami berangkat, ketiga gadis kecil langsung pergi ke alam mimpi. Segera setelah keretanya berjalan, mereka langsung tidur, mungkin karena mereka kenyang. Arisa sepertinya sudah mencapai batas fisiknya juga.

“Goshujin-sama, apa boleh saya diajari cara mengendarai kereta?”
“Tidak apa, kamu bisa duduk di sini.”

Aku menyetujui permintaan Liza dan membuat tempat di kursi kusir.
Akan menolong kalau ada yang bisa mengendarai kereta selain aku, akan kuajari anggota lainnya nanti.

“Apa kamu mau mencoba juga, Lulu?”
“Iya, aku mau.”

Aku mencoba mengajak Lulu yang duduk tepat di sebelahku, dan tanpa diduga mendapat jawaban yang baik.
Aku hentikan keretanya sebentar, dan bertukar tempat dengan Lulu sambil memegang kendalinya dari rak barang. Aku buat Lulu duduk di tempat kusir untuk melatihnya bersama dengan Liza.

“Pertama, tentang mengoperasikan kendalinya.”

Aku berikan kendalinya ke Liza dulu.

“Pegang kendalinya sedikit longgar. Tapi hati-hati jangan terlalu longgar.”

Aku ajarkan keduanya seperti bagaimana Yosagu-san mengajariku.
Mereka berdua hanya membuat kesalahan kecil yang masih wajar untuk orang yang tegang, dan sudah berhasil belajar mengendarainya.

Liza sedang mengendarainya, walaupun sedikit kasar, cukup untuk diluluskan. Dia belajar beberapa jam lebih cepat dariku, dan dia sudah berada di level di mana dia bisa menggantikanku untuk memegang kendali.

>[Mendapatkan Skill Education]

Cara mengendarai Lulu, walaupun agak kurang meyakinkan dibandingkan Liza, sudah cukup untuk mengendarai di tanah yang rata. Tidak akan masalah kalau dia berlatih sedikit demi sedikit.
Saat aku dan Liza mengawasinya, kereta yang dikendarai Lulu berguncang dan bergetar sambil melaju sepanjang jalan besar di antara bukit-bukit.