Saturday 12 November 2016

5-1. Perjalanan (1)

Satou di sini. Biasanya di dalam game, berjalan pada awalnya, kereta di tengah-tengah, dan teleportasi atau kapal udara di akhir game, semakin jauh menjadi lebih mudah.

Seorang teman bilang bahwa bertualang di kereta itu menyedihkan.
Karena ini bukan petualangan, aku pikir tidak apa untuk menikmati diri kan?






Keretanya membuat suara gemerincing dan guncangan saat melalui jalan di antara bukit.

“Uuu~.”
“Nya~.”

Kapanpun binatang kecil seperti kelinci dan tikus muncul di dekat semak-semak, Pochi dan Tama beraksi seakan mereka akan melompat keluar dari kereta. Setiap saat itu terjadi, Liza memegang mereka di pinggangnya. Walaupun keretanya kira-kira hanya secepat 20 Km/H, agar mereka tidak terluka walaupun mereka melompat.

“Pochi, Tama, kalian akan jatuh kalau mencondongkan badan terlalu jauh, duduk di belakang kursi kusir.”

“Iya nanodesu.”
“Ay~.”

Mereka berdua membalas dengan jawaban yang bagus dan menempatkan diri mereka di sisi kiri dan kanan dari kursi kusir.
Walaupun mungkin ini hanya sampai mereka menemukan hal lain.

Anginnya sedikit dingin, tapi karena sekarang tidak berawan, kehangatan dari mataharinya menyenangkan.
Beberapa saat setelah kita keluar dari kota Seryuu, kita sampai ke sebuah hutan, atau, sebuah kumpulan semak-semak. Kami keluar dari dalamnya setelah 1 jam, dan sekarang kita melaju melalui apa yang kamu bilang daerah berbukit.
Terkadang aku bisa melihat penggembala menggiring domba mereka ke sisi lain bukit. Aku hanya pernah melihat produk yang dibuat dari kambing di kota, tapi penggembala juga ada huh.

Gakon, Gakokokon.

Keretanya berguncang saat rodanya menanjak. Dari belakang, aku mendengar teriakan kecil Lulu, dan kata-kata kasar Arisa, tapi aku akan menganggap aku tidak mendengarnya dan membiarkannya terbawa angin.

Karena jalannya dibuat untuk menghindari bukit, jalannya berangin. Tanahnya tidak diberi batu jalan, tanahnya kosong. Hasilnya, rodanya membentur tempat yang tidak rata berkali-kali. Walaupun kudanya berjalan mengikuti jalan dengan sendirinya, merawat keretanya adalah tugas si kusir.
Walaupun aku didukung oleh skill, karena kekurangan pengalaman yang sebenarnya aku tidak bisa menghindari semuanya.

Arisa memanjat ke atas kepala Pochi dan menunjukkan mukanya dari belakang (ku).

“Menyetirnya lebih hati-hati~.”
“Jangan menuntut yang tidak-tidak dari kusir amatir.”

Aku sampingkan protesnya Arisa tanpa tanggung jawab. Pochi terlihat tidak senang dengan Arisa yang bersandar di kepalanya.
Oh, Pochi membalas, dia menangkap tangan Arisa dan menggigitnya dengan main-main.

“Tu, tunggu Pochi, berhenti. Lengan bajunya akan basah karena air liur~.”
“Hamumu, nyanoresu~.”

Arisa yang menarik tangannya kembali dan Pochi yang mengejarnya melompat ke arah tempat barang-barang di dekat tempat kusir.
“Jangan rusuh ya~”, aku peringatkan mereka sedikit. Keretanya berguncang, akan bermasalah kalau mereka jatuh.
Tama yang melihat Arisa dan Pochi bermain-main terlihat siap untuk bergabung.

Ah, Tama juga ikut dalam perang.
Karena Tama tidak cocok untuk kesabaran dan menahan diri, aku pikir ini tidak bisa ditolong lagi.





Perjalanannya lebih santai dari yang kubayangkan. Karena ini dunia fantasi, aku pikir kita akan bertemu dengan monster atau semacamnya, tapi tidak ada sampai sekarang.
Aku coba mencari dengan area yang luas tapi tidak ada binatang berbahaya atau monster. Paling-paling hanya rubah. Aku temukan kumpulan serigala tapi mereka jauhnya 10 kilometer dari pinggir hutan tadi, jadi tidak perlu bersiap-siap saat ini.

Saat aku pergi berkencan dengan Zena-san waktu itu, dia bilang kalau pihak militer sedang berlatih dengan membunuh binatang berbahaya dan monster secara reguler di sekitar kota Seryuu. Sepertinya ini karena itu.

Liza yang sepertinya tidak bisa membiarkan gadis-gadis kecil yang terus masih bermain-main dan memperingati mereka. Aku juga berpikir mereka harus dihentikan segera, jadi itu sangat menolong.

Menggantikan Liza, Lulu yang berlindung di bagian belakang kereta duduk di belakangku.
Kalau dipikir-pikir, aku belum berbicara banyak dengan Lulu. Komunikasi itu penting, aku akan bicara dengannya mulai sekarang.

“Lulu, apa kamu baik-baik saja? Kamu tidak mabuk kendaraan atau semacamnya kan?”
“I, iya!”

Aku pikir dia tidak akan membalas, tapi suara yang cukup terkejut terdengar.
Benar, dia pindah ke belakangku diam-diam, jadi dia akan kaget kalau aku panggil dia tanpa membalikkan kepalaku.

Gadis-gadis beastkin punya kekuatan fisik yang tinggi dan aku pikir itu alami, tapi untuk Lulu yang hanya gadis biasa, itu pasti mengejutkan. Aku hampir menggantikan akal sehatku dengan hal yang tidak masuk akal—Aku harus hati-hati.

“Kamu tidak perlu gugup. Jadilah seperti Arisa—atau jangan, jadi seperti Pochi dan gadis-gadis yang berinteraksi denganku dengan santai.”
“Hal seperti itu... Karena aku seorang budak, itu tidak dibolehkan.”

Lulu mengeluarkan suara kecil yang seakan-akan menghilang, sepertinya ini akan makan waktu.
Untuk sekarang, aku harus membuatnya terbiasa berbicara denganku.

“Lulu, apa kamu punya hal yang disukai?”
“Aku senang mengurus Arisa.”

Apa dia siscon? Tidak, ini mungkin hanya rasa cinta pada saudara pada umumnya.
Aku enggan, tapi aku melanjutkan pembicaraan dengan Arisa sebagai topiknya. Untuk menghilangkan sikap sungkannya, penting untuk melanjutkan obrolan apapun topiknya.

“Kamu benar-benar mencintai adikmu.”
“Aku kadang bertanya-tanya siapa yang lebih tua.”
“Memang, dia benar-benar tidak bertingkah seperti anak umur 11 tahun.”
“Arisa adalah seorang jenius sejak dia kecil.”
“Bagaimana dia saat itu?”

Daripada jenius, itu karena dia punya pengalaman dari hidup dia sebelumnya, tapi lebih baik aku tidak membicarakannya huh?
Setelah itu, Lulu terus memuji-muji Arisa dengan gembira sampai siang. Manusia lancar dalam berbicara tentang hal yang mereka sukai, ini tidak berbeda di dunia lain sekalipun.

Lulu yang berbicara tentang Arisa, terlihat sangat senang. Matanya bersinar, pipinya sedikit merona juga. Wajahnya yang berupa wajah gadis cantik, menjadi lebih cantik. Aku takut aku akan terjatuh ke dunia yang berbahaya(lolicon) kalau aku tidak hati-hati.

Aku bisa mendengar Arisa yang seakan menderita karena dipuji dengan sangat di belakang tapi mungkin karena dia mengerti maksudku, sepertinya dia tidak akan memotong cerita Lulu.

Saat keretanya melewati jalan lurus untuk beberapa waktu, aku melihat ke rak barang. Arisa menggeliat di lantai sementara Pochi dan Tama menirunya dengan merebahkan diri di samping. Menyadari pandanganku, mereka berdua melihat ke depan sambil masih dalam posisi meniru. Aku berisyarat bahwa tidak ada apa-apa, dan mereka melanjutkan meniru Arisa dengan gembira.
Yup, damai itu indah~.

Lalu, Lulu melanjutkan berbicara tentang Arisa selama hampir sejam setelah itu.





Ayo ganti ceritanya karena suara Lulu mulai serak.
Tentu saja, aku siap mendengarkan pembicaraan Lulu tentang Arisa kapan saja. Akan aku buat Arisa ikut kalau aku perlu untuk menghukum dia.

Saat aku mencoba mendapat waktu yang tepat, aku mendengar suara perut yang lucu dari samping.
Melihat di menu, sekarang hampir waktu untuk makan siang. Kita bisa makan di kereta sambil melanjutkan perjalanan tapi aku ingin memeriksa kondisi ikatan kudanya jadi aku putuskan untuk istirahat makan siang. Kita tidak buru-buru juga, dan lagian kita tidak akan mencapai kota dalam 2 atau 3 hari.

Menurut peta, ada kumpulan batu besar di depan, jadi aku pilih tempat itu untuk istirahat.

“Ayo segera makan siang.”
“Makan~?””Daging nanodesu!”

Pochi dan Tama menjawab lebih cepat dari Lulu yang jadi merah di sebelahku. Melompat dari belakang kereta, seorang gadis menunjukkan wajahnya.

“Haruskah aku potong beberapa keju dan roti kalau kita akan makan di dalam kereta?”

Liza, bukankah kamu baru mengawas di belakang kereta?
Arisa yang sudah bangkit mengikuti Liza. Suaranya jadi serak dan rambutnya berantakan, dia agak seram.

“Kita mendapat cuaca yang bagus hari ini, ayo makan seperti kita sedang piknik~.”
“Itu benar. Sepertinya ada kumpulan batu besar di depan, kita istirahat 1 jam di sana.”

Setelah itu kami melaju melalui jalan untuk beberapa lama, di tengah jalan kami keluar dari jalan dan mendaki bukit. Keretanya berguncang dan kehilangan kecepatan karena tanahnya adalah jalan berumput yang tidak dikembangkan. Aku lajukan keretanya dengan hati-jati.

Segera, kita akan bisa melihat batu-batu besarnya.
Setiap batunya cukup besar. Tinggi batunya sekitar 2 meter dan lebarnya hampir 7 meter.

Aku hentikan keretanya di dekat sisi sebuah batu.
Aku turun dari kursi kusir, dan membantu Lulu turun.

Arisa melompat ke arahku sambil bilang, “Tou!” seperti semacam pahlawan, aku hindari dia.

“Sebentar~ Bukankah perlakuan padaku jadi lebih buruk?”

“Itu sama sekali tidak benar. Kamu lucu Arisa.” Aku menjawab dengan setengah hati, dan menurunkan ikatan kereta.

“Pujiannya tidak niat! Tidak lama lagi kamu akan jadi anak nakal~”

Pilihan katamu berbau era Showa seperti biasa.
Pochi dan Tama juga meniru Arisa, “Tou~?””Tou nano desu~”, mereka melompat sambil berkata begitu. Baguslah mereka tidak meniru posenya.

Aku lepaskan kuk dari kudanya dan mengikat talinya ke kereta. Aku periksa perlengkapan di kereta, dan sepertinya badan para kuda tidak terluka jadi tidak masalah.

Liza datang dengan sebuah tong berisi air, aku berikan pada kuda. Aku akan beri mereka prioritas karena merekalah yang bekerja paling keras hari ini.

“Liza, siapkan sesuatu yang mudah dibuat seperti sandwich atau salad.”

Aku minta makanannya pada Liza.
Karena membuat Liza saja yang memasak itu tidak baik, aku coba tanya apakah Lulu atau Arisa bisa memasak.

“Sayangnya, tingkat kekuatan wanita Arisa tidak cukup tingi untuk memasak.”

Arisa berkata begitu dengan nada datar sambil melihat ke arah hari esok. Apa dia merasa bersalah? Aku tidak akan mengatakan sesuatu seperti wanita harus bisa masak oke?

“Aku tidak ada pengalaman memasak, tapi aku bisa melakukan hal seperti mengupas buah atau membuat teh.”
“Kalau begitu, Lulu akan menjadi asisten Liza. Bantu dia memasak dengan mengikuti instruksinya.”
“Baik, aku akan lakukan yang terbaik.”

Aku minta Lulu untuk membantu Liza. Aku penasaran apa dia senang karena bisa menolong, aku merasa dia bisa mengeluarkan lebih banyak suaranya seperti dia sudah terbiasa denganku. Apa terlalu dini untuk berpikir begitu?
Haruskah aku minta Pochi dan Tama untuk mengumpulkan kayu bakar?
Saat aku lihat mereka berdua, mereka mengeluarkan hawa seperti mereka akan berlari ke arah padang rumput. Wajah mereka berputar ke arah saya, tapi telinga mereka bergerak setiap saat semak-semak membuat suara.
Ayo biarkan mereka bermain permainan yang sesuai umur mereka~.

“Prajurit Pochi! Prajurit Tama!”
“Ay!”
“Iya nanodesu!”

Jawaban bagus.

“Aku akan berikan kalian sebuah tugas! Periksa keamanan di sekitar perimeter bebatuan!”
“Ay!””Desu!”

Mereka berdua mulai berlari seperti panah. Aku ingatkan mereka, “Aku akan panggil kalian kembali saat makanan siap, jadi jangan pergi terlalu jauh~”, jadi mereka tidak akan berlebihan.
Mungkin aku akan minta Arisa untuk mengumpulkan bahan bakar.

“Arisa, kumpulkan barang seperti daun kering dan kayu bakar di deka semak-semak sekitar sini.”
“Kay~.”

Aku perintahkan Arisa sambil memberi garam pada kuda. Arisa yang tidak melakukan komplain pergi mengumpulkan kayu bakar sambil menyanyikan lagu yang seperti lagu anime minor.