Friday 21 October 2016

4-11. Keberangkatan (1)

Satou di sini. Saya senang membuat program tanpa dibatasi. Terakhir saya melakukannya adalah saat saya membuat robot berkaki untuk riset kelulusan saya saat kuliah. Saat saya menjadi orang dewasa yang bekerja, saya belum melakukannya.
Saat ini, sepertinya saya akan membuat magic tool.





Yap, ini pagi yang indah.
Saya berjalan di kota sambil menikmati cahaya matahari pagi, merasa segar lagi.

Yosagu-san tidak seperti saya, selalu menguap dan terlihat mengantuk. Saya ajak dia untuk sarapan tapi karena dia tidak pulang ke rumah keluarganya mungkin marah jadi kami putuskan untuk berpisah saat keluar dari toko.
“Kalau saya sukses di kota labirin, ayo datang lagi.”, saya meneriakinya seperti itu.
Walaupun masih sangat pagi, orang-orang yang makan di kedai, dan orang yang menjual bahan makanan segar sangat semangat.
Suasana vulgar yang biasanya ada di distrik timur mungkin kesalahan para pengunjung.

Saya mencium bau yang enak dari kedai.
Walaupun saya tidak terlalu lapar, saya beli beberapa oleh-oleh untuk si gadis-gadis. Walaupun saya tidak bisa membeli sushi di kotak kayu seperti bapak-bapak dari era Showa.

Saya beli keranjang besar terbuat dari kayu tipis dari kios pinggir jalan. Ukurannya sekitar dua mangkuk untuk nasi. Saya juga beli dua wadah bertutup untuk sup dan meletakkannya di dalam keranjang.

Saya beli makanan hangat dan meletakkannya ke dalam Storage dari dalam keranjang. Saya terus membeli berbagai macam barang sampai tidak terlihat aneh.
Sup dibuat dari tulang binatang tanpa daging dan sayuran. Stew kental dengan sayuran dan daging kering. Macam-macam daging bakar mulai dari daging kambing bakar. Daging Seryuu bakar. Roti rata panggang hangat. Kentang kukus. Ada beberapa scratched fruit dari banyak buah yang saya beli. <TLN: Ga ngerti itu apaan.>

Saya sudah membeli sekitar 30 porsi. Itu terlalu banyak untuk oleh-oleh tapi saya akan simpan beberapa untuk keadaan darurat. Dengan sebanyak ini, walaupun kita ada di situasi yang tidak memungkinkan untuk menyalakan api, saya masih bisa memberikan makanan hangat. Sejak awal, saya berencana untuk menggunakan Storage agar kita tidak berakhir di situasi yang buruk.

Saya ingin membeli bahan-bahan alchemy, tapi waktu itu tutup.





Saat saya kembali ke penginapan gerbang, Arisa yang melihat saya dari jendela datang ke bawah dengan berlari.
Setelah dia melihat wajah saya, dia mulai menginjak-injak tanah.

“Uuu~~~~~. Mou! Muka bersinar itu~~.”

Dia menggigit ujung sapu tangan, dengan berpose. Setiap gerakan dia itu tua... saya tidak akan tanyakan umurnya sebelum dia bereinkarnasi.

“Harusnya saya yang mengambil pengalaman pertamamu~~”

Saya tidak ingat membuat janji seperti itu.
Saya tap diam tentang itu karena akan buruk kalau tidak.

“Kamu berisik, dan ini bukan pengalaman pertama saya lagian.”
“Tidaaak, walaupun ini pengalaman sekali dalam seribu tahun untuk mengambil DT seorang laki-laki...” <TLN: DT, Doutei, virgin, perawan>

Turut berduka cita.
Saya panggil Lulu dan kami berkumpul di depan kereta. Sarapannya adalah kentang dan daging tusuk yang baru saya beli.

Saya berbisik pada Arisa untuk menanyakan keadaan Lulu. Kalau dia masih belum pulih, saya akan tunda keberangkatannya selama dua hari, sekarang sudah tidak apa.
Karena terlihat menyakitkan, saya beri dia pereda sakit yang saya buat dari percobaan. Ada lima, harusnya cukup.

Setelah kami menyelesaikan makanan sederhana kami, saya jalankan seperti yang saya rencanakan kemarin.





Saya kendarai keretanya sampai tempat parkir Guild Pedagang. Kudanya lebih mudah di-fine drive daripada mobil jadi mudah. <TLN: Ga ngerti fine drive itu apa>
Di sini juga ramai di pagi hari. Setiap kereta yang mengambil setengah dari lahan parkir sedang membongkar muatannya. Setiap kereta terlihat terawat. Rasio kereta muatan dan kereta tertutup adalah 50:50. Gerobaknya diisi dengan banyak tas ukuran 10 kg. Orang yang memindahkan tasnya terlihat seperti berandalan yang menggunakan pakaian seperti warga desa dengan kaos sederhana berlengan panjang dan celana panjang. Saya bisa melihat banyak tambalan di lutut dan sikunya.
Saat saya melihat ke kereta lainnya karena penasaran, Sunifun-san yang sudah selesai memeriksa muatan dan memperkirakan harganya datang ke sini.

“Selamat pagi, Satou-sama. Kamu datang pagi sekali.”
“Maaf. Apa saya mengganggu Anda dengan datang terlalu pagi?”

Saya tidak berpikir apa yang saya lakukan itu buruk, tapi saya minta maaf dulu sekarang.

“Tidak sama sekali. Dewa bisnis pasti suka orang yang cepat.”

Walaupun Sunifun-san berkata begitu, kalau saya lihat sekitar, mungkin ini sudah kebiasaan untuk membawa masuk barang saat pagi dan mengeluarkannya saat siang.

Saya diantar ke gudang. Barang-barang yang saya pesan kemarin diletakkan di satu bagian. Saya konfirmasi produk dan jumlahnya dengan bantuan seorang karyawan. Saya periksa isi setiap gentong Dragon White Stone dan menutup tutupnya.
Sunifun-san melihat saya melakukannya seperti seorang kakek memperhatikan cucunya. Hey, kamu belum setua itu kan?
Saya minta karyawan itu untuk membawa barang-barangnya ke kerta saya, sambil saya menyelesaikan pembayarannya di kantor.

Saat saya kembali ke kereta, proses memuatnya sudah selesai jadi saya periksa barang-barangnya. Karena saya sudah beri tanda di Dragon White Stone, sepertinya tidak ditukar. Isinya tidak bisa dilihat dari luar kalau isinya ditukar, tapi mereka mungkin tidak punya waktu untuk melakukannya.
Saya berterima kasih pada si karyawan dan memberinya satu koin tembaga besar.

“Semoga bisnismu sukses!”, Sunifun-san memberikan kata-kata perpisahan saat saya meninggalkan guild.





“Selamat datang nanodesu~”

Saya disambut oleh Pochi saat saya kembali ke penginapan gerbang. Dia memeluk saya saat saya turun dari kursi kusir, jadi saya elus kepalanya. Saya berpisah dari dia sambil saya elus kepalanya, dan saya bekerja melepaskan kuda dari keretanya.

“Saya akan batu nodesu.”, dia langsung berdiri di pijakan yang baru kami beli dan mulai membantu. Mungkin sekalian saya ajari cara melepaskan sabuk, mengatur kuk, dll. Itu juga cara yang bagus untuk mengulang dengan mengajari orang lain.

“Yang lain sedang apa?”
“Lulu sedang mencuci di sana. Yang lainnya sedang belanja nodesu~.”
“Jadi Pochi dan Lulu jaga rumah huh?”
“Saya mengawasi barang bawaan nodesu~.”

Pochi berkata dengan bangga. Dia memang cocok untuk itu. Saya bisa membayangkan Tama tidur di atas barang-barang.

Saya minta Pochi untuk mengurus kuda-kuda di kandang. Di saat yang bersamaan, saya letakkan barang-barang yang saya bawa dari guild pedagang ke Storage.
Saya berpikir untuk meninggalkan kulit kambing dan wol di luar, tapi baunya parah jadi saya simpan. Saya akan berlatih membuat deodoran nanti.

Pochi membawa bawaan sampai dimuat. Pochi bilang, “Memperhatikan bawaan nodesu.” dari kereta. Karena dia bekerja keras, saya akan melihat kondisi Lulu. Karena cucian yang dicuci Lulu adalah celana dalam, saya kembali tanpa memanggil dia.





Setelah itu, saya minta Pochi untuk menjaga rumah, dan menggunakan taksi ke alun-alun dekat istana. Taman bunga di tengahnya masih diperbaiki tapi trotoarnya sudah dipasang batu dengan rapi. Mereka benar-benar bekerja cepat. Mereka mungkin menggunakan magic karena ini fantasi.

Dinding di toko magic masih diperbaiki, tapi sepertinya sudah buka untuk berjualan.

“...lalu...katalis...sisik. Kalau kamu punya itu, saya ingin kamu mengantarnya ke pos pasukan magic.”
“Akan saya tanyakan pada teman magician dan alchemist saya. Paling banyak, saya bisa mendapat 1-2 buah sisik.”

Saat saya masuk ke toko, seorang nenek yang seperti magician dan seorang kakek sedang berbincang.
Si kakek melirik ke saya tapi lalu pergi tanpa berkata apapun.

“Oh, ada pengunjung ya? Maaf tapi saya tidak menjual ramuan cinta dan minuman energi. Pergi ke toko alchemy di distrik timur.”

Seorang nenek yang kurus kering. Menggunakan pakaian yang cocok untuk seorang magician. Jubah biru gelap dengan lengan yang panjang, topi tinggi lebar yang tidak cocok untuk di dalam ruangan, menggunakan macam-macam cincin dengan desain mencurigakan di jari-jarinya, dan dengan liontin zamrud sebesar 5 cm dengan desain seperti tengkorak di lehernya.

“Tidak, saya ingin membeli buku magic.”

Dia mengangkat satu alisnya dengan terkejut setelah mendengar kata-kata saya. Dia menyandarkan tongkat yang ada di tangannya ke tembok dan mengeluarkan sebuah litograf dari bawah counter.
Batu Yamato lagi?

“Kami tidak menjual buku magic ke orang tanpa bakat oke? Belakangan ini banyak bangsawan nakal yang membeli buku magic hanya untuk gengsi, mengotorinya. Saya akan menjual bukunya hanya ke orang yang mempunyai magic dengan ukuran tertentu yang diukur dengan alat ini.”

...Sial, saya harusnya membawa Arisa.
Saya tidak tahu seberapa jauh batu ini bisa mengukur, tapi akan buruk kalau MP saya yang besar ketahuan.

“Maaf, saya takut saya akan merusaknya kalau saya sentuh sembarangan.”
“Fuun, alasan huh? Kalau kamu masukkan MP ke sini, benda ini akan mengeluarkan cahaya biru. Ini murah dibandingkan dengan yang ada di royal capital, tapi itu sebabnya kenapa ini kuat. Agar tidak rusak kalau seorang veteran melakukan yang terbaik, MP akan berhenti mengalir setelah diberikan jumlah yang cukup. Kalau seseorang punya kemampuan seorang magician yang sebenarnya maka akan bersinar biru. Selain itu akan tetap merah.”

Apa ini aman? Kalau memang sesuai apa yang nenek ini katakan, tapi kalau punchlinenya adalah , “Sebenarnya ini bisa membaca nilai sebenarnya.”, itu mengerikan. <TLN: Punchline=bagian lucu dari sebuah lawakan>

“Kalau kamu tidak mau mencoba maka pulang saja. Saya punya urusan untuk mendapat Dragon Powder dari teman alchemist saya setelah ini.”

Bubuk yang kakek tadi sebutkan itu Dragon Powder huh. Saat saya pikir namanya mirip, saya ingat saya mendapatkan beberapa di dalam labirin. Apa dia mau menukar buku magic dengan ini?

“Tenshu-san, kalau Dragon Powder saya punya, kalau kamu mau saya bisa beri ke kamu?”

Saya keluarkan 5 botol Dragon Powder dari tas. Saya dapat 6 dari labirin, tapi saya putuskan untuk menyimpan satu.
Saat saya keluarkan saya perkirakan harga pasarnya... 20 koin emas huh?

“Apa itu semua asli?”

Si nenek mengambil satu botol dan mengambil sedikit bubuknya, lalu dia mencobanya dengan beberapa regen dan aparatus.

“Aka saya beli dengan 10 koin emas satu botol.”

Nenek yang serakah.

Saat saya bilang harga pasarnya 20 koin emas, dia bilang, “Itu harga di toko”, menolaknya.
Karena saya tidak bermaksud untuk memaksa penjualannya dan kesepakatan sepertinya tidak bisa dicapai, saya akan meninggalkan toko, tapi dia mengulurkan tangannya dengan kecepatan yang tidak sesuai dengan umurnya. Matanya berapi-api dan bercahaya, dia sedikit mengerikan.

“Tu, tunggu! Kakek petir itu mungkin akan membelinya dengan harga itu, akan saya beli dengan harga 20 koin emas. Tapi akan saya bayar akhir bulan sebagai syaratnya. Karena bayaran dari petugas itu lama.”
“Maaf tapi saya bermaksud untuk meninggalkan kota ini besok, jadi saya tidak bisa menerima syarat itu.”

Negosiasi berlanjut sampai jam makan siang, dan pada akhirnya, diputuskan bahwa pembayarannya dalam bentuk buku magic. Karena buku magic yang lebih tinggi dari level menengah tidak diizinkan untuk dijual ke orang yang bukan penduduk kota Seryuu, saya kesulitan untuk memilih buku-buku yang berharga 100 koin emas.

Pertama, saya akan mengumpulkan buku magic kelas rendah dari setiap elemen. Tapi itu masih 40 koin emas, jadi saya beli tesis dan investigasi, dan macam-macam catatan untuk bahan bacaan. Harganya 60 koin emas sampai sekarang.
Lalu saya beli tongkat dan amulet. Sepertinya hanya yang punya izin dari kota yang dibolehkan untuk menjual gulungan magic, jadi saya tidak bisa beli di sini.

Ditambah lagi, saya membeli katalis murah untuk membuat potion. Sepertinya mereka dibuat dari magic core dari monster kelas rendah.

“Oh, pekerjaan utamamu adalah alchemist eh. Kalau begitu, bagaimana dengan buku-buku ini?”

Si nenek mengeluarkan dua buku magic dari belakang toko yang tertulis dengan “Katalis Magic dan Bahannya”, “Biji dan Katalis”. Saya sedikit khawatir dengan judulnya, tapi karena nama pengarangnya Jahad, saya beli. Dia pembuat piringan berputar kalau saya tidak salah.
Saya beli 5 buku lain yang ditulis oleh dia.

“15 koin emas lagi ya. Mau apa lagi? Saya tidak punya magic tool bagus yang tersisa. Yang paling bagus, saya punya alat yang mengeluarkan cahaya, atau alat yang memanaskan benda di atasnya.”

Oioi, kamu mengeluarkan barang bagus di akhirnya.
Saat saya terima, yang pertama adalah bola kristal yang sebesar bola permen dan yang lainnya sesuatu berwarna hitam yang terlihat seperti dudukan pot dengan diameter 20 cm. Tebalnya sekitar 3 cm dan terasa seperti terbuat dari keramik. Di satu sisi, sebuah garis tembaga tergambar di atas lingkaran yang konsentris.

Bola kristal—Light Drop mulai mengeluarkan cahaya setelah saya masukkan MP. Sepertinya benda ini bersinar selama 30 menit setiap kali diberi MP. Dudukan pot—Light Hot Plate juga sama, dengan memasukkan MP ke garis tembaga, benda ini memberi kehangatan selama 10 menit. Tetapi, karena dia hanya mengeluarkan panas yang cukup untuk melukai orang tapi tidak cukup untuk merebus air, dia tidak cocok untuk memasak. Harusnya bisa dipakai untuk menghangatkan teh atau stew sih.

Light Drop harganya masing-masing satu koin emas, sedangkan Light Hot Plate 3 koin emas. Karena Light Drop ada dua stok, saya beli keduanya.

Pada akhirnya, karena saya tidak bisa menemukan barang bagus untuk 10 koin emas sisanya, jadi diberi dengan tunai. Saya pikir saya harus menggunakan semuanya tapi itu tidak bagus. Bahaya, bahaya.

“Fuhn, abaikan uangnya, sudah lama sejak terakhir orang beli sebanyak ini.”
“Terima kasih banyak, saya bisa beli banyak barang bagus.”

Berterima kasih pada si nenek, saya minta untuk menyimpan barang-barang yang baru saya beli di dalam toko untuk sementara. Setelah ini, saya benar-benar lupa untuk membeli peta dari toko buku di sebelah. Si nenek setuju untuk menyimpan barangnya, lalu saya pergi ke toko buku.