Thursday 15 September 2016

4-4. Pasar Loak

Satou di sini. Melakukan percobaan adalah saat-saat paling menyenangkan yang pernah saya alami.
Walaupun terlalu banyak eror itu membuat depresi...





“Kamu bisa mati sebelum bisa naik level.”
“Tidak apa, saya ada banyak pengaman yang sudah disiapkan.”

Saya biarkan Arisa yang terus berbicara dengan semangat, dan betanya tentang pendapat Liza.

“Liza, apa kamu mau pergi ke kota labirin juga?”
“Saya akan pergi kemanapun Goshujin-sama pergi.”
“Saya senang dengan keloyalanmu yang dalam, tapi saya ingin dengar pendapat Liza. Karena saya yang tetap akan membuat keputusan akhir, tolong beritahu saya perasaanmu sebenarnya.”

Mendengarkan pendapat bawahan dan menggunakannya begitu saya ⇒ Kalau gagal, salahkan bawahannya, saya tidak akan seperti itu. Saya sudah memutuskan untuk tidak seperti itu saat saya menjadi bawahan di tempat saya kerja. Jangan berikan pekerjaan yang tidak masuk akal!

“Saya ingin pergi ke kota labirin kalau diizinkan.”

“Hey~ Saya sedang membuat pidato bagus di sini, dengerin~”
“Akan saya dengar nanti.”
“Che~, saya diperlakukan berbeda dengan Liza-san.”

Saya abaikan Arisa yang jadi sedikit ngambek.
Kalau kita pergi ke kota labirin, keuntungannya sebagai berikut, Liza dan lainnya bisa bepergian dengan bebas, diskriminasi akan berkurang banyak (mungkin tidak akan hilang), dan Arisa dan lainnya bisa meningkatkan level mereka.
Kerugiannya adalah... Tidak ada? Tidaktidak, saya akan berpisah dengan orang yang saya kenal di kota ini, seperti Zena-san dan Nadi-san. Dia sangat khawatir tentang saya, sedangkan di sini saya memikirkan hal yang kejam.

“Yaa, saya tidak ada niat menetap di kota labirin, tapi sepertinya enak juga melakukan tur ke sana.”
“Tur... Ini tidak seperti dunia asal kita.”

Tidak apa kan? Tur dunia lain.

“Daripada itu, di mana lokasi kota labirin?”
“Tidak tahu?”

Oy, putri.

“Sebentar, jangan lihat saya dengan mata seperti itu. Saya tahu itu ada di Shiga Kingdom, tapi saya tidak tahu lokasi pastinya.”

Haruskah saya beli peta sederhana dari toko buku? Peta saya hanya menampilkan alam liar dari waktu itu sampai Kota Seryuu, jadi tidak berguna kali ini. Saya tidak begitu yakin tapi mungkin ini hanya bisa menampilkan seluruh area jika saya sudah pernah ke sana sebelumnya.

“Goshujin-sama, tidak punya kuda dan kereta kan?”
“Tidak.”
“Mereka dijual di mana ya?”

Karena alun-alun dekat gerbang punya area yang penuh dengan kandang besar, saya akan tanya di sana. Biasanya saya akan bertanya pada Nadi-san, tapi saya baru menugaskan dia dengan permintaan yang tai, jadi dia mungkin tidak ada sekarang.

“Karena bisa beli rumah, pasti kuda dan kereta juga bisa beli, tapi demi perjalanan yang lebih baik, ayo cari harta tersembunyi untuk di perjalanan!”

Arisa menunjuk ke pasar loak. Gadis ini benar-benar punya hati baja. Walaupun dia sudah benar-benar diabaikan, dia tidak putus asa.

Pasar loak buka di tempat di mana lelang budak diadakan kemarin, di alun-alun terluas di distrik timur.
Kereta dan tenda penjual budak tetap seperti semula, tapi kios-kios yang menjual sake dan makanan di tengah malam menghilang, di tempatnya, lusinan pedagang membuka bisnisnya menunjukkan macam-macam rongsokan dijajarkan di tempat seukuran meja. Mungkin ada lebih dari 100 barang.

“Goshujin-sama, saya ada permintaan sebelum kita ke sana.”
“Akan saya dengarkan sekali, apa?”
“Saya minta izin untuk menggunakan dua magic. Yaitu <<Sense Magic Wave>> dan <<Sense Evil>>."

Setelah dia menjelaskan efek kedua magic itu, saya beri dia izin. Yang pertama adalah magic yang “Entah bagaimana” bisa melihat magic tool dan yang terakhir untuk mengetahui apakah seseorang mendekat dengan niat jahat.
Karena tidak ada bahayanya, saya bolehkan dia. Tentu saja saya bisa melakukannya juga kalau saya tidak izinkan dia, tapi saya bukan tipe orang yang suka melarang semuanya dan segalanya.

“Ini! Ini benar-benar penemuan!”

Alat yang Arisa umumkan dengan bangga itu memang magic tool, rusak kalau menurut [Appraisal]. Nama alatnya adalah [The Invitation of the Dream Flies in the Moonlight Night], nama mencurigakan itu muncul, dan hasil pemeriksaannya adalah [▲▲▲ tapi ●●● untuk □□ melakukan ●▲ bermain ● namagu]. Seperti biasa, penjelasan magic tool di dunia ini terasa seperti pelecehan. Bentuknya sendiri seperti alat musik atau kotak musik, tapi dekorasinya cabul jadi mungkin itu alat mesum.

“Itu terlihat rusak, jadi tidak.”

Saya keluar dari kios saat penjaganya mempromosikan alat itu sebagai sebuah seni, dan kami melihat-lihat kios lain. Menyenangkan melihat-lihat kedai di pasar loak seperti ini.

Karena saya melihat wand pendek yang sama dengan yang saya beli dengan harga kurang dari setengahnya, saya beli dua. Setelah saya beli, saya sadar kalau itu pemborosan uang... tapi itu mungkin akan berguna untuk sesuatu.

Barang lainnya adalah tali hiasan untuk mengikat pedak pendek Tama dan Pochi ke sabuk mereka, saya juga beli jumbai hiasan untuk tombak Liza. Masing-masing hanya menghabiskan beberapa koin tembaga.
Di RPG pada umumnya, produk kulit biasanya mahal, anehnya, dai apa yang saya dengar dari nii-chan penjaga toko, di musim ini mereka membunuh banyak kambing yang tidak hibernasi, jadi mereka menyimpan banyak produk kulit membuatnya jadi murah.

Karena harga biasanya lebih murah di pasar loak, lebih susah untuk belanja dibandingkan di kios biasa.

Saya tidak lupa membeli pita untuk oleh-oleh untuk Lulu. Warnanya pink dengan panjang sekitar 50 cm. Warnanya lebih muda dari selendang yang saya beli untuk Zena-san tadi pagi. Mungkin pewarnanya ada di sekitar sini?

Banyak obat-obatan ditampilkan, tapi menurut skill [Appraisal], mereka cuma minuman energi palsu yang tidak ada efeknya. Saya tertarik pada bagian minuman energi, tapi karena skillnya tidak memberi tahu bahan-bahannya, saya menahan diri.

Mereka juga menjual sabun dan minyak rambut di antara produk rambut lainnya. Saya tidak membeli minyak rambutnya karena baunya terlalu kuat, tapi walaupun sabunnya mahal untuk pasar ini dan seharga 1 koin tembaga besar, saya beli tanpa ragu karena itu memiliki aroma sabun susu. Saya hanya ingin beli satu tapi Arisa memohon dengan sangat, “Ini barang bagus!”, saya jadi beli ketujuh stoknya.

“Goshujin-sama~ ini! Beli ini~.”

Barang yang Arisa tawarkan itu... kacamata. Karena ini tidak ada lensanya, ini cuma bingkai.

“Kenapa kamu mau ini? Barang seperti ini.”
“Tentu saja ini untuk dipakai Goshujin-sama! Tidak ada cukup anak laki-laki berkacamata di dunia fantasi ini! Ini langkah pertama untuk membawa fetish ke dunia ini~~~~.”

Saya beri chop ke Arisa yang mulai meneriakkan hal-hal aneh untuk membuat dia diam.
Penjaga toko bilang kalau ini harganya satu koin perak, tentu saja saya tidak beli.





Kios tetangga punya kartu seperti... Bukannya itu Karuta? Dari [Appraisal], itu adalah barang yang diturunkan dari pendahulu earl Kota Seryuu dari era Yamato. Itu bukan magic tool tapi sepertinya ada dalam efek fixture magic. Harga pasarnya 10 koin emas.

“Onii-san, kamu punya mata yang jeli~ Ini mainan dari empire kuno.”

Arisa memotong, “Eh~ Bagaimana cara mainnya?”, sambil terlihat main-main.

Mengabaikan penjaga toko yang mulai berbicara hal-hal tidak jelas, saya tertarik pada tumpukan kertas di depan saya. Ada 5 tumpukan buku dan kertas setebal 30 cm yang diikat dengan tali, di antara mereka ada yang berharga 100 koin emas. Ini aneh dibandingkan dengan tumpukan lain yang hanya seharga sekitar 1 koin tembaga besar masing-masing.

“Berapa harga mainan itu?”
“Harganya 3 koin emas, tapi untuk wanita muda yang imut ini, akan saya berikan 7 koin perak, bagaimana?”

Saya berpura-pura tertarik pada Karuta dan mendengarkan dia. Harga yang diberikan sekitar 1/7 dari harga pasar. Saya bisa dapat untung kalau saya jual lagi, tapi menyusahkan untuk mencari pembelinya.
Arisa tidak tertarik lagi setelah mendengar harganya. Dia sepertinya mau membelinya karena itu bernuansa nostalgia, tapi sepertinya dia tidak benar-benar menginginkannya.

“Itu agak mahal. Bagaimana dengan tumpukan kertas ini, apa mereka semacam bahan bacaan?”
“Mereka tidak ada harganya, tapi karena mereka dibuat dari kertas, sayang sekali untuk dibakar, jadi saya jual mereka dalam ikatan.”

Saya memasuki topiknya dengan penjaga toko dengan santai.
Sepertinya ini adalah barang tidak dipakai dari saat dia membereskan barang-barang dari seseorang yang kaya. Dia ingin menyaring buku-buku yang masih bisa dipakai untuk dijual nantinya, tapi menemukan bahwa sebagian besar adalah hanya kertas yang hanya berguna untuk corat-coret.

“Berapa harganya? Sepertinya sebagian besar kertas bisa ditulisi di kedua sisinya, jadi harusnya bisa digunakan untuk latihan menulis anak-anak.”
”Baiklah kalau begitu, saya akan jual satu seharga 3 koin tembaga. Kalau kamu belu semuanya akan saya buat jadi 2 koin tembaga besar.”

Saya putuskan untuk membeli semuanya. Saya akan menggunakan semua kertas tidak berguna untuk Lulu dan lainnya belajar huruf.
Saya letakkan kertas-kertasnya ke dalam kantong dari tas dan memberinya ke Liza. Saya akan membawa setengahnya, tapi Liza menolak.

“Pelanggan, kalau kamu ingin mengajarkan huruf, bagaimana kalau menggunakan ini?”

Dia menunjukkan kartu-kartu dengan kosakata Shiga Kingdom, dan di belakangnya terdapat gambar yang sesuai dengan tulisannya. Gambarnya tidak berwarna tapi karena garisnya ditebalkan, kamu bisa mengerti bagaimana cara menulisnya. Di kartu [Air], saya tidak tahu apa yang tergambar di situ, tapi hanya ada beberapa yang seperti itu.
Dalam 1 set terdapat 10 potong. Mereka tertulis dengan tinta pena satu demi satu. Pasti sudah dibuat dengan susah payah, tapi harga pasarnya hanya menunjukkan 1 koin perak.

“Itu kartu-kartu yang menarik.”
“Ini sesuatu yang saya pikirkan sendiri, saya berpikir untuk menggunakannya untuk mengajarkan anak-anak di kampung saya.”

Dari apa yang dia bilang, aslinya itu dibuat dari kayu dan tinta. Dia berpikir kalau itu akan lu terjual jadi dia meminta pelukis kenalannya untuk membuat satu set, dan dia mempromosikannya habis-habisan ke dewan komersial tapi biaya produksi dan harga jualnya terlalu tidak seimbang. Sepertinya harga produksinya 4 koin perak sedangkan dewan hanya mau membayar 1 koin perak untuk itu.

“Jadi ini semua digambar satu persatu?”
“Iya, tentu saja...”

Tidakkah biayanya akan lebih murah kalau menggunakan percetakan?
Arisa menghentikan saya. Dia meletakkan jari telunjuknya di mulutnya.

“Apa?”
“Mau menyarankan percetakan kan?”
“Yeah... Ada yang salah?”
“Saat saya di istana, saya tidak pernah melihat percetakan. Memperkenalkan teknologi dengan ceroboh itu berbahaya tahu?”
“Walaupun ada casting, mereka tidak tahu percetakan?”
“Teknologi sepertinya sesuatu yang seperti itu.”

Arisa yang pernah gagal sekali bersikeras, saya akan berhenti menyarankan percetakan.
Saya minta maaf ke penjaga toko karena melakukan obrolan pribadi saat negosiasi.

“Maaf, ceritanya sulit diceritakan.”
“Saya juga minta maaf, walaupun hanya ada sedikit orang yang tertarik pada ini...”
“Saya mau beli satu set, berapa harganya?”

Jadi peminatnya sedikit? Walaupun ini bisa jadi populer.
Dia bilang 4 koin perak. Itu biaya produksi.

“Tidak apa? Bukannya kamu tidak akan dapat untung?”
“Tidak apa. Kalau saya bisa memberi produk ini ke orang yang mengerti nilainya.”

Saya sedikit tergerak dengan kemurungannya.
Ini ide yang bagus, akan sayang sekali kalau hilang begitu saja.

“Kenapa tidak memikirkan cara memproduksi masal saja lain kali? Karena harusnya ada permintaan, kamu bisa pikirkan tentang harganya belakangan. Kamu bisa mencari bahan yang murah, atau cara memproduksi masal dengan murah, melakukan macam-macam percobaan dan kegagalan itu menyenangkan.”

Saya pikir dia akan menganggap ini sebagai kata-kata tidak berarti seorang pelanggan saat membayar, tapi mungkin karena dia menemukan seseorang yang mengerti dia sebagai penemu, matanya mulai bangkit lagi, setelah mengkonfirmasi itu, saya pergi ke kios lain.