Satou di sini. Apa kamu merasa sedang berdansa di atas tangan seseorang?
Saya merasa seperti Son Goku dari Saiyuki...
◇
“Ada apa? Goshujin-sama, punggungmu membungkuk tahu~?”
Pikiranku yang sedang berputar-putar berhenti, Arisa berdiri membawa bawaan besar.
“Perut sakit~?”
“Sakit nodesu?”
Saya melihat ke arah jubah saya ditarik, di sana ada Pochi dan Tama yang melihat ke sini dengan khawatir sambil membungkuk dekat kaki saya.
Liza berdiri dengan tenang, tapi kekhawatirannya terpancar ke sini.
“Saya tidak apa, cuma sedikit lelah setelah sibuk dua hari ini.”
Saya tepuk kepala Pochi dan Tama.
Saya gagal sebagai orang dewasa dengan membuat mereka khawatir. Dengan berpikir begitu, rasa bersalah dan takut yang sudah membebani saya sebelumnya menghilang.
...Saya periksa Log untuk memeriksa jika ada pesan muncul tapi tidak ada.
Saya harus bicara dengan Arisa malam ini. Saya berbisik pada Arisa, “Malam ini, setelah Lulu tidur, sisakan waktu.”, tapi, “Eh~ bukannya ini terlalu cepat?”, sebuah jawaban yang penuh salah paham keluar. Saya anggap sebagai OK untuk sekarang.
Saat saya tanyakan hasil belanjanya, Pochi dan Tama mengeluarkan baju-baju dari tas dengan gembira, saya hentikan mereka. Sudah diputuskan untuk memeriksanya setelah kembali ke penginapan.
Liza minta maaf karena menghabiskan uang terlalu banyak, tapi saya bilang kalau ini pengeluaran yang dibutuhkan, jadi tidak usah dipikirkan.
Walaupun dengan pola pengeluaran seperti sekarang, dengan hanya menghitung uang Shiga Kingdom yang saya punya, butuh 2-3 tahun sebelum habis, jadi tidak perlu khawatir.
Di jalan pulang ke penginapan, saya mendengarkan pengalaman Arisa dan lainnya saat berbelanja. Pochi dan Tama berbicara tentang pengalaman pertama mereka belanja dengan gembira dari awal sampai akhir, mereka mengatakan betapa menyenangkannya itu.
Saya menyarankan Liza untuk membiarkan saya membawa setengah bawaan dan baju-baju Lulu, tapi dia menolak dengan halus.
◇
Sebelum sampai penginapan, saya melihat punggung yang familiar. Dia berjalan dengan agak sempoyongan. Martha-chan dan gadis pembantu di penginapan sedang membawa banyak kayu bakar.
“Martha-chan, apa kamu sedang kembali dari kerjaan?”
“Ah, Satou-san. Apa kencannya sudah selesai?”
“Sayangnya, Zena-san ada kerja di siang hari.”
Sambil ngobrol, saya ambil beberapa kayu bakar dari Martha-chan dan si gadis. Ini mungkin pekerjaan mereka, tapi tujuan kami sama. Tidak apa mengambil setengahnya.
Liza mencoba mengambilnya, tapi saya menolak karena kedua tangannya sudah penuh. Pochi dan Tama bilang “Beri ke sini~” juga, tapi tidak ada gunanya mengambil dari anak kecil untuk memberikan ke anak kecil lagi, jadi mereka menyerah.
Tidak terlalu berat, walaupun sekitar 2-3 kilo. Tidak wajar untuk 2 gadis muda untuk masing-masing membawa dua ikat. Mereka biasanya meminta untuk diantarkan, tapi sepertinya hari ini jumlahnya tidak cukup untuk latihan jadi mereka pergi membelinya.
Kami masuk ke halaman dari pintu belakang dekat kandang. Saya taruh kayu bakar di tempatnya.
>[Mendapatkan Skill Carriage]
“Terima kasih~ Satou-san. Karena kamu, kami tertolong.”
“Terima kasih banyak, Ogyaku-san.” <TLN:Ogyaku=tamu>
“Tidak usah dipikirkan.”
Martha-chan pergi ke dapur dengan satu ikat kayu bakar. Si gadis pembantu, namanya Yuni. Saya memutuskan untuk memperhatikan Yuni yang akan mengurus kuda tamu-tamu lain.
Saya tahu mereka adalah kuda-kuda dari kemarin, tapi saya tidak pernah melihat bagaimana kuda diurus, jadi saya penasaran. Ini sama sekali bukan pelarian.
Yuni berdiri di atas pijakan, dan berusaha keras agar tubuh kecilnya sampai untuk menyikat kudanya. Saya tawarkan untuk menolong, tapi dia bilang kalau dia akan diomeli oleh pemilik penginapan kalau dia membiarkan tamu untuk membantunya.
Setelah menyembunyikan bawaan mereka di bawah jerami, Pochi dan Tama kembali. Pochi dan Tama mulai membantu Yuni. Liza bilang kalau mereka sudah menolong di malah dan pagi hari juga. Kalau yang menolong Pochi dan yang lain tidak apa nih?
Melihat ketiga gadis kecil berusaha keras untuk mengurus kudanya, saya merasa seperti orang tua yang datang ke festival olahraga untuk menyemangati anaknya, saya disembuhkan.
Gadis kecilnya jadi 4 orang tanpa saya sadari, tapi Arisa tidak terlihat bersemangat. “Soalnya baju yang baru saya beli nanti kotor~” katanya sambil menunjukkan baju yang seperti gadis kota di dalam mantelnya.
“Liza, saya akan pergi ke pos militer sementara untuk mengambil tombak dan uang magic stone, mau ikut?”
“Iya, saya akan menemani Goshujin-sama.”
“Saya juga! Saya pergi juga!”
Pochi dan Tama berhenti menolong dan berlari ke sini.
“Pergi kemana~?”, “Pergi nodesu?”, katanya sambil datang ke sini, tapi karena kami akan jadi penganggu kalau datang semua, saya bilang pada mereka untuk terus membantu.
“Ay!”, “Nanodesu~”, dan mereka kembali bekerja sambil membawa makanan kuda. Kenapa ya mereka terlihat senang?
◇
“Bagaimana keadaan Lulu?”
“Dia terlihat baik-baik saja. Saya beri dia baju dan celana dalam untuk ganti, jadi kalau pergi sekarang bisa melihat pemandangan yang bagus tahu~?”
Saya jitak kepala Arisa karena berkata hal bodoh. Apa kamu benar-benar adik tirinya?
“Ayo berhenti sebentar~”
Saya berkata begitu dan pergi ke guild pekerja.
“Halo Nadi-san.”
“Ara, selamat datang Satou-san. Kamu bersama dengan gadis imut hari ini.”
Saat kami masuk, Nadi-san menyambut dengan sopan dari belakang counter.
Ada juga seorang pria tua, yang sepertinya si penjaga toko, tapi dia selalu tidur setiap saya datang. Apa dia benar-benar bekerja?
Saya bicara pada Nadi-san tentang permintaan untuk memberikan peninggalan orang yang meninggal.
Daripada orang mencurigakan seperti saya, orang kota ini seperti Nadi-san akan lebih baik untuk memberikannya. Omong-omong, saya coba memintanya pada petugas di pos militer sementara tapi saya ditolak mentah-mentah. Karena saya berikan nama orang yang meninggal dan ciri-cirinya, dia harusnya bisa menghubungi keluarga mereka.
“Apa kamu juga mau saya untuk mewakilkan dalam mengumpulkan uangnya?”
“Hah? Uang apa?”
Setelah memberikan informasi tentang orang yang meninggal ke Nadi-san yang mau mengerjakan pengantarannya, saya mendengar hal aneh.
Sepertinya dia ingin tahu kalau dia juga bertindak sebagai agen untuk menerima uang hadiah untuk memberikan peninggalan. Saya cuma ikut campur jadi saya tidak butuh hadiah...
“Kalau begitu bagaimana kalau hanya menerima hadiah kalau keluarganya kaya? Orang seperti itu akan curiga bahwa kau mengincar sesuatu kalau kamu memberikan peninggalan tanpa meminta hadiah.”
Jadi begitu. Sudah diputuskan untuk memberi guild pekerja batas maksimum biayanya.
“Nadi-san, saya ada permintaan lain...”
Karena saya bermaksud untuk membeli atau menyewa rumah, saya bertanya harga pasarnya. Pada akhirnya, saya tidak meminta penengah, dan itu bukan karena saya tidak bisa beli.
Nadi-san bilang, “Ada banyak orang yang tidak suka hidup bertetangga dengan demi-human, tentu saja ini berlaku di dinding dalam, tapi di distrik barat juga, saya pikir tidak ada seorangpun yang akan menjualkan rumah padamu. Kamu bisa menemukannya di jalan timur kalau kamu cari, tapi karena keamanannya bruk, kalau orang kaya seperti Satou-san tinggal di sana, maka pencuri pasti akan menyerangmu esok harinya.”, begitulah saya diberi tahu.
◇
“Tolong tanda tangan di dokumen transaksi ini. Biaya pemeriksaan tombaknya sudah dikurangi dari jumlah yang diberikan. Keamanan tombaknya sudah diperiksa jadi kamu bisa membawanya ke kota, tapi tolong jangan beri senjata ke demi-human.”
Saya tanda tangani dokumen yang diberikan petugas, dan menerima tombaknya kembali. Saya bungkus tombaknya dengan kain yang saya bawa.
Harga magic corenya 17 koin perak. Biaya pemeriksaan 2 koin perak, apa itu harga yang pantas? Sejujurnya saya pikir kamu bisa hidup hanya dengan menjadi pemeriksa.
Hanya dengan pergi ke labirin dengan kami berempat dalam sehari, kami mendapat 6 Arisa... Sebentar, satuannya aneh. Itu tidak akan cukup untuk mendapatkan pemilik skill atau budak yang berpengetahuan tapi kalau untuk budak pekerja maka itu banyak.
Kalau saya bagikan untuk 4 orang maka dengan pengeluaran kita sekarang, akan cukup untuk setengah bulan...
“Eh~ Labirin lumayan menguntungkan~”
“Kamu mempertaruhkan nyawa tapi.”
Arisa yang diam di dalam pos militer sementara mulai bicara dengan riang segera setelah kami keluar. Matanya benar-benar bersinar.
“Hey, Goshujin-sama, bisa dengarkan saya? Mau tinggal di kota ini?”
“Tidak, saya tidak ada niat begitu.”
Karena kami akan menghalangi orang di pintu masuk, kami bicara sambil terus berjalan.
“Tapi, tapi, bukannya tadi mau beli rumah?”
“Saya tidak mau Liza dan lainnya tidur di kandang jadi saya berpikir untuk beli rumah tapi sepertinya mustahil~”
Liza mau mengatakan sesuatu tapi kalah dengan semangat Arisa.
“Koibito-san yang tadi itu istri lokal?” <TLN:Koibito=pacar>
“Jangan katakan kata-kata itu. Walaupun saya ingin jadi lebih dekat, dia bukan pacar. Kami baru bertemu 3 hari tahu?”
“Kalau begitu~ Saya mau pergi ke kota labirin!”
Arisa berkata sambil mengangkat kedua tangannya dan berpose dengan seluruh badannya sehingga dia seakan mengeluarkan SFX.
Labirin lagi.
“Kota labirin berarti ada labirin di sana kan? Tidakkah kamu merasa tidak senang dengan itu?”
“Uuuun, memang sih ingatan yang buruk serasa seperti mereka akan kembali muncul tapi yang penting! Saya mau menaikkan level saya!”
Ini bukan game.
Sebentar, justru karena ini bukan game dia mau naik level.
“Mau apa kamu setelah naik level?”
“Sebentar lagi akan jadi musim raja iblis, jadi saya mau naik level agar bisa bertahan hidup! Sambil menaikkan level, saya mau meningkatkan skill magic yang bisa dipakai untuk melepaskan Geass juga.”
Musim raja iblis, mereka bukan kol dan terong tahu...
Karena itu adalah kata yang aneh, saya tidak memperhatikannya.