Monday 29 August 2016

Selingan: Zena

Magic yang digunakan menyelimuti badan saya.

Walaupun ini adalah sensasi yang sudah biasa, sekarang ini terasa menjengkelkan.

Untuk mengkonfirmasi efeknya, saya mengambil langkah ke depan.

Oke, ini bekerja dengan baik.

Bersama dengan angin.
Saya berlari.






Saya bertemu orang itu kemarin. Walaupun belum sehari penuh sejak saat itu, saya merasa bahwa kejadian itu sudah terjadi lebih lama dari yang sebenarnya.
Saya berpikir bahwa saya bisa bertahan dari serangan iblis dengan magic saya, tapi badan saya malah jadi babak-belur. Kaki dan tangan saya berdenyut kesakitan, saya seperti boneka, tidak bisa bergerak.
Saya tengokkan sedikit leher saya.

Untungnya, sebelum saya terbanting ke tanah, saya tersangkut di ranting pohon di pinggir jalan.

...Untungnya? Benarkah begitu?
Nyawa saya akan hilang lebih dulu sebelum iblis yang teramat kuat itu bisa dikalahkan dan untuk seseorang dari pasukan menemukan saya.

Sekarang pun, darah saya menetes sedikit demi sedikit.

Kesadaran saya mulai menghilang tapi saya sadar kembali setelah saya mendengar langkah kaki seseorang. Saya keluarkan semua tenaga saya yang tersisa, dan memindahkan pandangan saya.
Orang itu menggunakan jubah sangat mencolok yang menyakiti mata.
Saya, yang sudah hampir mati, masih berpikir seberapa anehnya itu terlihat di kehidupan sehari-hari.

Saya ingin kembali ke kehidupan sehari-hari juga!

Walaupun saya merasa lelah melihat jubah mencolok itu, saya memanggilnya sebelum dia pergi. Dia memiliki suara yang seakan dia akan riang dimanapun dia berada.





Berlari.

Menghindari orang, menghindari kereta kuda, saya berlari.

Ke depan, walaupun satu langkah.

Lebih cepat, walaupun hanya sesaat.

Saya berlari.





Apakah saya pingsan? Setelah memanggil dia, dia tiba-tiba berdiri di samping saya.

Dia adalah laki-laki yang terlihat sangat tenang yang tidak kamu kira kan menggunakan jubah mencolok itu. Saya tidak akan menyebutnya tampan, tapi dia orang yang memberikan kesan yang bagus.

Setelah memastikan luka-luka saya dan mengurus tulang saya yang retak, dia dengan lembut, ya, sangat lembut mengangkatku di tangannya.

Jubahnya, yang terlihat sangat baru, dikotori oleh darah saya dan debu.
Tapi dia sama sekali tidak terlihat keberatan dengan hal-hal itu.

Walaupun dengan penampilan lemahnya, dia cukup kuat untuk mengangkat saya tanpa terlihat kesusahan.

Saya penasaran bagaimana dia akan membawa saya turun dari pohon.
Dengan magic?

Berlawanan dengan perkiraan saya, dia terbang dari dahan-dahan walaupun tanpa menggunakan magic.





Saya berlari melalui gang.

Tanpa melambatkan kecepatan, saya menendang tembok untuk berbelok di tikungan.

Saya hindari orang-orang yang terkejut seperti saya sedang berdansa.

Saya tidak peduli rok saya tersingkap.

Saya berlari dengan sepenuh tenaga.





Saya tutup mata saya untuk menahan guncangan yang akan datang.
Saya mendengar orang yang berteriak mengganggu dekat dengan telinga saya, tapi itu adalah suara saya sendiri.

Tetapi guncangannya tidak pernah datang berapa lamapun saya menunggu.
Saat saya buka mata dengan ragu, dengan wajah yang khawatir, dia menyapaku dengan hangat.

Dia sepertinya tidak langsung turun ke bawah tapi melompat di dahan-dahan dan pergi ke atas atap.
Orang yang sangat lincah!

Saya akan panggil dia Migaru-san mulai sekarang. <TLN: Migaru=Lincah>

Sambil membawa saya, dia lompat dari atap ke atap, mencari tempat untuk turun. Dia melompat ke atas dan ke bawah beberapa kali, tapi dia melakukannya seperti bulu tanpa berat. Seakan dia punya sayap.

Apa ini rasanya terbang di langit?





Saya kehabisan nafas.

Tapi saya tidak bisa berhenti sekarang

Saya dipercayakan untuk memanggil bantuan, agar dia tidak mati.

Saya abaikan badan saya yang berteriak.

Saya akan biarkan dia istirahat sebanyak apapun nanti.

Sekarang saya harus lebih cepat, walaupun hanya satu langkah.





Saat kami melewati rumah yang sempit, dia sangat hati-hati agar tidak membuat kaki saya yang retak tidak menyentuh perabotan.

Saya merasa seperti putri setelah menerima perhatian sebanyak ini.
Hal yang mewah, mempertimbangkan saya sudah siap mati sebelum ini.

Setiap saat dia menghindari perabotan, badan kami sangat dekat.
Saya sudah pernah berlatih dengan teman kerja laki-laki sebelumnya, tapi dia tidak punya bau badan yang seperti binatang tidak seperti laki-laki di tempat kerja. Sebaliknya, saya bisa mencium aroma yang elegan.
Rambut dia juga halus. Saya mau menyentuhnya sedikit...

Pertarungannya sudah selesai di alun-alun. Sepertinya mereka menang.
Saya dibawa dia untuk menerima perawatan medis.

Dia memberikan saya ke pos perawatan setelah perawatannya selesai, dan pergi menyelamatkan orang lain.
Saat berpisah, dia berbalik dan melambai kepadaku sekali.
Saya tidak tahu apakah itu untuk saya, tapi saya sedikit merasa senang.





Saya hampir sampai di jalan utama pusat.

Seorang anak kecil tiba-tiba keluar dari gang.

Saya tidak bisa menghindarinya kalau begini. Saya melompati anak itu, melakukan jungkir balik di udara.

Saya tahu ini memalukan karena saya menggunakan rok, tapi sekarang bukan waktunya memikirkan itu.

Saya berikan keamanan anak itu ke orang dewasa di sekitar.

Menggerakkan kaki saya dengan paksa untuk terakhir kali.





Di malam pada hari itu, Lilio dan teman-temannya mengejek saya saat mereka melihat saya berbicara dengan Migaru-san “Musim semi akhirnya tiba untuk Zena huh~”, kata mereka.
Saya tidak mengerti cinta walaupun kamu bilang begitu.
Kapanpun saya berpikir tentang dia, saya merasa seperti sudah berlari satu lap.
Kalau ini benar-benar cinta maka saya bisa mengerti kenapa Lilio, yang maniak cinta, cepat beraksi.

Keesokan harinya, saya entah kenapa keluar dengan rok. Tidak ada alasan khusus.
Sebelum pergi ke kuil untuk perawatan, mungkin saya akan bertemu dia kalau saya pergi ke toko buku yang kemarin dia tolong? Saya pikirkan itu sejenak... Pikiran kecil ini rahasia.

Saat saya benar-benar bertemu dia di toko buku, untuk sekejap saya benar-benar merasa bahwa ini takdir.
Apa saya berlebihan?
Lilio pasti akan mengejek, “Anak-anak sangat suka takdir eh~”, tidak diragukan lagi.

Dia bilang kalau baju saya yang tidak bagus ini “menawan”.
Jangan lupa menulis diary setelah saya pulang hari ini!





Saya lompat ke jalan pusat sambil menggelinding.

Berlari di jalan, saya melewati keta kuda sambil sedikit menyenggolnya.

Saya akan minta maaf ke kusirnya yang mengeluarkan kata-kata kasar nanti.

Menunggu nafas saya teratur itu menyebalkan jadi saya gunakan wind magic, Whisper Wind.
Seharusnya ada penjaga gerbang di dinding dalam.

“Ini prajurit magic Zena berbicara! Di distrik timur, ungu muncul di alun-alun 13 dekat dinding luar.”
“Kamu menggunakan magic? Saya Mondo dari unit penjaga gerbang. Apa kamu yakin kalau itu ungu?”

Ungu itu istilah militer untuk iblis.
Kami tidak bisa berteriak iblis muncul di siang hari begitu saja.

“Tidak ada kesalahan, saya sudah konfirmasi secara visual. Tolong kirim bantuan ASAP. Saya akan kembali ke sana untuk membantu mengevakuasi warga sipil.”
“Tu, tunggu, sendiri”

Tanpa menunggu kata-kata terakhir Mondo-san, saya kembali ke alun-alun di mana Satou-san berada.
Di tengah jalan, suara auman dan gedung yang hancur datang dari arah alun-alun.

Jantung saya serasa menyempit, membayangkan yang terburuk.

Tidak apa! Saya meyakinkan diri.
Nebinen-sama dari kuil Garleon ada di sana, dia adalah pengguna holy magic terbaik di Kota Seryuu. Kalau dia, walaupun dia tidak bisa mengalahkan iblis tingkat tinggi, dia harusnya bisa mengulur waktu.

Saya aktifkan lagi Wind Walk yang efeknya sudah habis.

Saya kuatkan lagi kaki saya yang gemetar.

Untuk lari lagi.

Kembali ke sisi orang itu.





Saya diberi bunga sebagai hadiah.
Sebuah bunga winter honey kecil yang mempunyai aroma yang lembut.
Apakah dia tahu maknanya di bahasa bunga?

Kami berjalan-jalan ke toko-toko yang diajari Lilio pada saya. Dia sangat terkejut walau saya hanya menunjukkan hal yang biasa saja.
Ini cukup menyenangkan.

Senjata pamungkas yang saya simpan dari semua hal yang Lilio ajari ke saya ternyata meleset, sedikit mengecewakan, tapi sebelum saya sadari tangan kami saling terhubung sambil berjalan bersama.
Keramaian yang selalu saya komplain di hati, hanya untuk hari ini, saya berterima kasih pada mereka.

Bukannya ini yang mereka sebut kencan?

Bahasa bunganya adalah “Cinta yang mulai bersemi”. Kalau saja dia tahu tentang itu.





Saya sampai di alun-alun lebih cepat dari yang saya kira

Tapi saya tidak punya waktu untuk berpikir.

Karena, hanya ada tanah kosong di sana...
Dalam keputus-asaan, saya terduduk di tanah.

Di tengah tanah kosong, berdiri sebuah batu hitam yang menyeramkan yang ditumbuhi dengan duri tajam. Saya dengar suara-suara dari batu hitam itu.
Saya seret kaki saya yang sudah terlalu banyak disiksa seakan mereka berteriak memprotes.

Kalau saya tidak salah, iblis itu berkata sesuatu tentang [Labirin].
Saya tidak mengerti hubungan antara iblis dan labirin, tapi Satou-san dan lainnya mungkin ada di dalam.

Saya akan melompat ke dalam walaupun sendirian.
Tapi, saya dihentikan di pintu masuk dari batu hitam. Oleh komandan yang datang dengan mengendarai kuda. Mereka sepertinya ada di dinding dalam saat saya menghubunginya tadi.

Saya ditunjuk sebagai prajurit penghubung sementara oleh komandan, untuk menolong mengamankan alun-alun selama pembangunan pos militer.
Karena saya dekat dengan komandan, saya mendapat banyak informasi. Lahan terbuka dan rumah-rumah yang mengelilingi alun-alun sepertinya sudah dihisap ke dalam tanah. Bersamaan dengan orangnya.

Saya yakin Satou-san yang lincah harusnya bisa berlindung di tempat aman di suatu tempat. Saya yakini itu sekarang.

Consul-sama yang datang setelah pos militer selesai dibuat, terlihat senang sambil mengatakan sesuatu tentang Labyrinth Nucleus (Dungeon Core), tapi saya tidak begitu mengerti.





Kami dapat izin untuk masuk ke labirin setelah lebih dari satu hari sudah berlalu. Tentu saja saya daftar di grup pertama.

Saya ingin langsung lari ke labirin, tapi Lilio tidak melepaskan tangan saya. Walaupun tidak berarti saya akan mundur dari posisi vanguard. <TLN: Penyerang, penjaga depan>

Pertama, kami amankan ruangan pertama yang kami masuki.
Dari sana, rencananya adalah pasukan utama terus maju kapanpun kami selesai mengamankan sebuah ruangan. Walaupun ini terlihat terlalu hati-hati, ini adalah aturan keras saat memasuki labirn.

Kami maju perlahan melalui jalan walaupun saya dalam keadaan frustrasi.
Langkah kaki terdengar dari depan.

Saya periksa dengan hati-hati kondisi di sisi lain dengan cermin.
Tidak mungkin! Itu Satou-san!

Tidak menerima keberuntungan yang mustahil ini, saya sedikit ragu.

Saya seharusnya tidak ragu.
Dari sudut jalan, saya melihat figur Satou-san diserang oleh monster yang muncul dari dinding.

Saya lepaskan Lilio yang memegang lengan saya.

Seakan dalam efek magic, saya lompat seperti terbang.

Saya mendarat di dinding sudut jalan.

Monsternya menggigit Satou-san.

Tidak apa.

Satou-san menghindarinya.

Pikiran saya jadi putih, tapi ini bukan waktunya.

Saya cast Air Hammer dan menerbangkan monsternya. Itu tidak punya cukup kekuatan untuk mengalahkannya, tapi saya jauhkan dulu dia dari Satou-san!

Satou-san terkena ledakannya juga, tapi monsternya berhasil dipisahkan dari dia.

Sebelum monsternya menyerang balik, Nebinen-sama berhasil mengalahkannya. Seperti yang kuduga.

Saya, yang lega setelah melihat wajah Satou-san, mulai menangis dan memeluknya tanpa berniat melepasnya.
Lilio-san nanti mengejek saya seakan itu adalah masalah orang lain.

Walaupun dia baru kabur dari tempat berbahaya seperti labirin, Satou-san seperti Satou-san yang biasa.

Tapi mungkin dia seperti itu agar saya tidak terlalu cemas.
Karena saya akan bebas tugas besok, saya harus membuat sesuatu yang enak untuk dia besok pagi.

Lilio pasti akan mengejekku lagi.

Kehidupan biasa seperti itu mungkin bagus sekali-sekali.