Sunday 21 August 2016

3-6. Hero dan Gadis Tabu

Satou di sini. Hero hanya cukup di dalam game saja, menurut Satou yang berpikir seperti itu.

Berapa banyak game di luar sana dengan hero di dalamnya...





“Begitu, jadi yang kedua adalah hero dari Saga Empire.”

Saya benar-benar tidak mau terlibat dengan dia. Kalau saya dengan ceroboh terlibat dengan dia, saya bisa terseret ke pembasmian demon lord.

“Iya, dengan muka yang tidak seperti 18 tahun, walaupun dia ganteng, dan dengan rambut berdiri dan badan kekarnya.”
“Engga, saya ga peduli sama penampilannya, kepribadiannya gimana?”
“Dia pria mesum (lolicon). Dan saat kami pertama bertemu, dia berteriak 『YES! Lolita, NO! Touch. 』dengan keras, dan dia dipukuli oleh semua pendamping wanitanya.” <TLN: YES sama NO ditulis pake alfabet di jepangnya>

Arisa berkata dengan mata yang memutih.

“Bukannya dia sejenis sama kamu (shota)?”
“Saya dulunya begitu, tapi sekarang berbeda! Saya akan bisikkan dengan semangat bahwa saya cinta anak laki-laki sekarang!”

Tolong jangan bisiki saya.

“...Lagian, karena kamu suka laki-laki kecil (shota), bukannya 15 tahun sudah di luar itu?”
“Ara! Itu tidak benar! Soalnya kamu masih belum punya jakun, pipimu masih halus walaupun sudah jam segini, dan suaramu belum berubah juga kan? Dan saya sudah lihat barusan, kakimu juga belum tumbuh bulu, itu sangat halus kan!!!!”

Arisa menendang penutup kasur dan berdiri sambil berteriak.
Saya bisa melihat macam-macam hal, jadi tolong berhenti berpose sambil telanjang.
Atau, pakai baju sana.

“Oke saya mengerti antusiasmemu, tapi pakai sesuatu sebelum saya perintah.”
“Iya, iya, saya mengerti.”

Dia terlalu semangat sampai terengah-engah sambil menjawab saat memakai baju. Dan saat kamu mau duduk, jangan duduk di pangkuan saya.
...Saya merasa kesucian saya dalam bahaya.

“Obrolannya melenceng terlalu jauh, saya tidak tertarik dengan fetish dia tapi kepribadiannya.” <TLN: Fetish=Kesukaan, biasanya masalah sex.>
“Benar~. Dia orang bodoh yang blak-blakan dalam hal keadilan, mungkin? Kalau orang bilang 『Itu jahat』, dia akan melawannya tanpa ragu-ragu, tipe seperti itu. Pada awalnya ada gadis berkacamata dengan tipe seorang petugas di sekitarnya, tapi karena dia dibutuhkan dalam hubungan dengan bangsawan, saya pikir dia tidak akan ikut perang.”

Itu tipe orang yang saya tidak bisa lawan.
Saya punya teman seperti itu, yang akan menarikmu ke masalah ia tanpa mendengarkan situasimu dulu. Saya pikir saya selalu terseret.

“Karena dia seorang hero, dia pasti kuat kan?”
“Sepertinya~ Saya tidak lihat dia bertarung, tapi sepetinya dia sudah level 50 saat dipanggil.”
“Kamu tidak periksa skill dia saat bertemu?”
“Tentu saja iya. Level dia 61 dengan poin kebanyakan di skill pedang dan tombak dasar juga banyak skill lainnya. Kalau kamu tertarik saya bisa tulis yang saya ingat.”
“Ah, tolong ya.”

Saya akan beli kertas dan pena nanti pagi.

“Tapi, saya tidak tahu unique skill dia oke?”
“Kamu tidak bisa lihat walaupun dengan Status Check?”
“Yep, tidak bisa. Sepertinya itu efek dari holy armor yang dia dapat dari Saga Empire, saya tidak mengerti kenapa dia tidak menyembunyikan skill dia juga.”

Iya benar. Apa masalah biaya, atau sengaja untuk membuat musuh lengah?
Sepertinya alasannya tidak masalah untuk sekarang.

“Tapi dia sendiri memberi saya petunjuk. Mau dengar?”
“Iya mau.”
“『Unique skill saya itu kontradiksi』, tuh.”

Seperti itu, masih tidak berguna~ kata Arisa sambil tertawa.
Kalau dia seperti Han Feizi maka tidak apa, tapi kalau pikiran kita tidak sejalan maka kemampuan dia akan jadi masalah. < TLN: http://en.wikipedia.org/wiki/Han_Fei >

Oke, kalau situasinya terlihat seperti kami akan bertarung, saya akan lari dengan sekuat tenaga!





Saya dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam perang di pangkuan saya.
Karena dia terlihat seperti anak-anak, sulit memukul dia. Walaupun kalau dia lompat ke saya, saya berniat untuk memegang dan melemparnya...
Arisa pura-pura mengantuk dan bersandar ke saya.

“Boya, hal yang mau kamu dengar, sudah selesai?”
“Kamu menghancurkan karaktermu sendiri tahu?”

Arisa mengelus pipi saya dengan jarinya.

“Onii-chan, saya ngantuk. Maukah kamu memeluk saya sampai pagi?”
“Curang!”

Saya angkat dia dari pangkuan saya dan menggelindingkannya ke sebelah Lulu.

“Saya lupa, dari kapan kamu tahu identitas saya?”
“Kalau saya harus bilang, dari awal.”

Saya kaget. Saya pikir saya sudah bersikap wajar.

“Karena kamu punya wajah Jepang, saya sudah menebak dari awal.”
“Bukannya itu terlalu lemah untuk konfirmasi?”

“Yang kedua adalah 『Itadakimasu』. Tidak ada kata seperti itu di dunia ini.”

Arisa menaikkan dua jari sambil bicara.

“Yang ketiga adalah 『Protein』. Nutrisi hanya muncul di beberapa buku sejak zaman Yamato-san, kebanyakan orang tidak tahu itu. Apalagi, saya bilang 『Protein』 dalam Bahasa Jepang, tapi kamu hiraukan kan?”

Saya ceroboh...

“Dan yang ke empat.”
“Masih ada lagi!?”
“Berikutnya yang terakhir. Saat hal tentang saya orang Jepang keluar, bukankah kamu kesal? Kamu harusnya memasang poker face dan bertanya balik, apa itu Nipponjin?” <TLN:Nipponjin=orang jepang.>

Jadi saya benar-benar tertangkap jebakan dia...

“Maaf, sebenarnya ada satu lagi.”

Dia menunjuk ke celana saya, “Celana pendek terbuat dari bahan sintetik dengan label pencucian tertempel, tidak ada barang seperti itu di dunia ini”, lalu dia tertawa.





“Berikutnya, beritahu saya isi dari Item Box kamu. Akan bahaya kalau saya dibunuh saat saya tidur kalau kamu keluarkan pisau atau racun dari dalamnya.”

Saya tidak lupa memeriksa kemungkinan situasi berbahaya.

“Umm~ 5 buku magic, tentang Mind Magic.”

Dia menumpuknya di atas kasur.

“Kalau kamu jual buku-buku ini, bukannya cukup untuk membeli diri sendiri?”

“Barang milik budak, kalau diambil, berakhir sudah. Lagian, kalau mereka tahu buku ini tentang mind magic yang dibenci, saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan...”

“Bukannya lebih baik untuk belajar magic lain?”

“Cuma ini yang ada. Kalau ada magic yang ingin saya tahu, saya harus belajar sendiri.”

Saya mengeri perasaan itu.

“Sisanya itu cuma kendi air yang tadi, dan macam-macam baju, apa saya harus keluarkan juga?”

“Ah, keluarkan. Kendi air tidak usah.”

Saya pusing melihat pakaian yang dikeluarkan Arisa. Yukata, Sailor fuku, dan Maid fuku yang belum selesai. Sepertinya semua dibuat sendiri. Dia tidak punya skill menjahit tapi itu keahlian dia sebelum reinkarnasi. <TLN: Fuku = baju seragam, Yukata = baju tradisional Jepang.>

Saya catat judul-judul buka magicnya saja, dan membolehkan semuanya disimpan di dalam Item Box.

“Tidak kamu ambil?”
“Saya mau baca bukunya nanti, tapi saya tidak berniat mengambilnya.”

Saya bilang pada Arisa yang sedikit ragu.
Saya akan dianggap hentai kalau saya bawa sailor dan maid fuku ukuran anak kecil.





Setelah menenangkan diri, saya tanyakan pertanyaan terakhir.

“Kenapa kamu membuat saya membeli Lulu juga?”
“Karena dia kakak saya. Lulu itu kakak tiri saya.”
“Jadi itu kenapa kamu ingin bersama huh...”

Arisa pergi ke kasur dan mengelus rambut Lulu, sambil terlihat sedih, dia bicara.

“Bukan cuma itu. Goshujin-sama tidak menghina Lulu walaupun wajahnya seperti itu kan? Di kota asal kami juga, para pelayan berbicara tentang betapa jeleknya dia di belakangnya.”
“Walaupun dia secantik ini...”
“Saya juga pikir begitu. Apalagi, saya juga di posisi yang sama. Bukankah kamu pikir rambut dan iris saya yang ungu tidak umum?”

Arisa mengangkat rambutnya dengan kedua tangan dan melihat ke sini.

“Ah, saya tidak pernah lihat selain rambut nenek ganjen yang disemir.”
“Ja, jangan disamain sama itu...”

Arisa jadi kecewa, tapi dia langsung pulih dan melanjutkan.

“Rambut dan iris ungu itu dianggap sebagai pertanda buruk, walaupun ada beberapa orang yang tahu alasannya, kalau ada hal buruk terjadi maka mereka akan dituduh sebagai sebab dari semuanya.”

Apa karena itu mereka tidak terjual? Apa title [Witch of the Lost Kingdom] dia karena itu juga?

“Bisakah kamu ceritakan kenapa kamu jadi budak? Ini bukan perintah. Kalau kamu tidak mau cerita juga tidak apa.”

Arisa melamun sebentar, lalu sedikit demi sedikit, dia mulai bicara.