Sunday 17 July 2016

2-4. Kencan Siang Hari dengan Heishi-san

Satou di sini. Daripada pahlawan, aku ingin jadi magician.

Chanting (atau DTM) <TLN: Ga ngerti DTM itu apa>, game yang mustahil ini menghancurkan hatiku.

Aku sedikit disembuhkan setelah berbicara dengan Zena-san dan teman-temannya.




“Maaf atas keributannya. Mereka bukan gadis nakal, hanya saja aku berjalan sama laki-laki itu tidak biasa terjadi...”

Dia datang dengan mata yang melirik ke atas. Ini tidak terlihat nakal seperti yang tadi, kali ini terlihat malu.

“Mereka seperti orang yang menyenangkan. Aku tidak benci orang seperti itu.”

“Saya senang kamu berpikir seperti itu. Oh iya, kamu terlihat seperti ada masalah di depan toko magic tadi, ada apa?”

“Iya, aku menemui jalan buntu dalam latihan magic chant. Aku berpikir mungkin ada buku tentang latihan chant, tapi seperti yang kamu lihat, mereka tutup.”

“Satou-san, kamu, ummm boleh panggil Satou-san?”

“Tentu saja boleh.”
Aku sudah memanggilmu Zena-san tanpa permisi.

“Apa Satou-san bukan cuma pedagang yang lincah tapi juga magician yang sedang latihan? Oh iya, hari ini kamu tidak menggunakan pakaian yang mencolok~, aku pikir yang ini lebih cocok.”

Sangat terpaku di bagian lincah, orang ini.

“Saya mau bisa menggunakan Life Magic jadi aku latihan, tapi aku tidak bisa di bagian chantnya...”

“Mmm, untuk wind magic, orang biasanya mulai dengan ■■■■ tapi kalau mereka memaksa, biasanya jadi seperti, lyu~lia la~lule li la~o. Kalau cuma mengingat, sebagian besar orang bisa.”

“Ritme. Iya, coba pelan-pelan ulangi chantnya dan ingat-ingat ritmenya. Lalu sambil menjaga ritme, pelan=pelan tambah kecepatan chantnya agar jadi ■■■■!”

Begitu~, tapi, walaupun apa yang dia bilang itu bukan rahasia, tapi bukannya itu bukan sesuatu yang diajarkan ke orang lain begitu saja?”

“Ritme huh... Aku mengerti, terima kasih banyak profesor. Aku akan berlatih keras ke arah itu.”

“Iya, aku senang bisa membantu.”

Zena-san tersenyum.
Aku sebaiknya memberi sesuatu sebagai terima kasih.





Aku putuskan untuk pergi bersama Zena-san sampai setengah jalan menuju kuil Parion di distrik barat.”

“Ngomong-ngomong, berapa lama Zena-san latihan sampai bisa menggunakan wind magic?”

“Latihan sebenarnya 3 tahun, tapi sebenarnya, aku sehari-hari sudah melakukan macam-macam hal untuk jadi magician~”

Hal-hal macam apa ya? ...Aku harap bukan sesuatu yang serius.

“Untuk belajar sejarah magician, dari aku kecil, aku disuruh membaca buku bergambar untuk anak keras-keras, membaca puisi, berlatih membaca dengan lancar, nafas perut... Mainan untuk mendeteksi aliran magic. Bahkan mainan anak-anak juga untuk latihan menjadi magician.”

Zena-san terlihat murung sesaat.

“Saya tidak membenci orang tua aku karena mendidik aku seperti itu tahu? Belajar magic itu juga menyenangkan, dan aku mempunyai tujuan untuk terbang di langit suatu hari.”

Tapi tidak ada jalan lain untuk dipilih dari awal...

“Satou-san. Kenapa Satou-san ingin belajar Life Magic? Apakah karena berguna dalam bisnis?”

“Bukan, karena tidak ada kamar mandi di penginapan, aku berpikir kalau aku punya magic maka aku tidak harus mandi di luar...”

Ah, dia kagum.
Dia melihat langsung mata aku, dan tertawa.
Memang semenarik itu?

“Ahahahaha! I, ini pertama kali aku lihat orang yang punya alasan seperti itu untuk menjadi magician.”

Sepertinya sangat lucu, Zena-san tidak berhenti tertawa.”

“Memang seaneh itu?”

Aku pikir itu alasan yang bagus. Bukannya kamu ingin hal yang menyusahkan jadi mudah?

“Itu aneh!”

Jawaban langsung.

“Soalnya kalau kamu punya semangat dan biaya untuk belajar Life Magic, bukannya lebih cepat kalau membuat kamar mandi di rumah? Atau beli budak untuk merebus airnya.”

Jadi begitu yaa~
Aku akan lakukan hal yang aku bisa lakukan sendiri! Aku ingin berpikir seperti itu, tapi di sini sekalipun, itu normal untuk menyewa seseorang untuk bekerja, karena biaya pekerja sepertinya murah.





“Danna-sama <TLN: Tuan>, tolong beli beberapa bunga.”

Saat kami tiba di jalan barat, seorang gadis kecil membawa tas rajut kecil berisi bunga memberhentikan kami.
Si gadis kecil berhenti sambil menyodorkan bunga. Aku melihatnya beberapa kali sebelumnya tapi ini pertama kalinya dia memanggil aku.
Apa orang yang ditemani wanita lebih mudah membeli?
Dia memikirkannya dengan baik walaupun dia cuma gadis kecil.

“Oke, berapa harganya?”
“1 sen seikat.”

Say terima bunganya dan membayar 1 sen. Si gadis kecil berterima kasih dengan senang dan pergi ke calon pembeli berikutnya.
Aku berikan bunganya ke Zena-san.
Zena-san terlihat terkejut.
Yaa, tidak ada pilihan lain kan?

“Umm, boleh aku ambil?”
“Iya, aku akan merasa tidak enak kalau tidak kamu terima.”

Soalnya aku tidak bisa membuangnya.
Zena-san menggigit bibirnya sambil terlihat sangat bahagia.
Huh? Apa ini sesuatu yang membuatmu begitu senang?

...Yaa, kalau dia senang tidak masalah.

“Oh iya, Satou-san. Ada acara setelah ini?”
“Tidak, setelah latihan chant aku tidak ada kegiatan lain.”

...Ada alchemy, tapi itu bisa kapan saja.

“Ka, kalau begitu kenapa kita tidak pergi ke pedagang kaki lima sambil jalan ke kuil?”
“Iya, tidak masalah. Kalau bisa, aku mau kamu kasih tahu aku ciri khas kota ini.”

Zena-san mungkin tidak pernah punya pengalaman mengundang seseorang sebelumnya, mukanya merah saat mengundang aku. Karena ini cuma aku, kamu tidak perlu tegang sampai susah bicara.
Oh iya, sejak kapan aku jadi ikut ke kuil juga? Dia memang menolong aku tentang rahasia chant, dan aku tidak boleh protes karena ini kencan dengan gadis.

“Ciri khas ya? Serahkan padaku!”

Dia penuh percaya diri. Aku bisa mengharap sesuatu, mungkin.





“Ini terbuat dari ubi, ubi kukus disaring jadi selai lalu diremas bersama untuk jadi rti. Ini makanan khas kota Seryuu dari dulu.”

Sesuatu yang terlihat seperti ubi dijadikan roti huh. Keberadaan yang tipis...

“Ini adalah sayap kelelawar digoreng deep fry yang diberi miso hitam.”

Sepertinya Zena-san juga tidak mengerti nama makanannya. Penjaga toko yang tidak bisa diam lagi memberi tahu kami. ...Ini Dragon Wing Fries.
Sepertinya makanan yang dipercaya membawa keberuntungan.

“Dan ini semua adalah hal-hal yang pelajari dari Lilio. Ah, Lilio itu gadis paling kecil dari trio yang tadi.”

Abaikan nama gadisnya.
Makanan yang direkomendasikan Zena-san itu... coklat muda? ...Makanan apa ya?

Untuk sekarang aku beli 2 porsi seharga 2 sen dari paman penjual di kios.
Aku seruput cairan coklat menggunakan sedotan yang diberikan paman penjual.
Ini Starch Syrup! <TLN: Google ajah>

“Starch syrup huh. Jadi kangen~.”
“Kamu sudah tahu~”

Dia terlihat sedikit kecewa. Aku harusnya kaget ...Maaf.

“Starch syrup yang aku tahu itu tidak berwarna dan transparan, aku tadinya tidak tahu ini apa.”
“Kizoku-sama <TLN: bangsawan, noble>, sirup transparan itu barang kelas tinggi terbuat dari padi gula, yang ini ditujukan untuk penduduk umum dan menggunakan ubi, buah gabo dan gandum jadi warnanya coklat muda.”

Paman penjual memotong dengan reaksi berlebihan.
Siapa yang bangsawan? Dia tidak mengatakannya ke Zena-san saja.

“Paman, aku penduduk biasa tahu. Aku minum sirup transparan dari kenalan aku dulu. Aku tidak tahu kalau itu barang mewah.”

Soalnya, itu 200 yen seporsi di festival.

Setelah itu, kami menghibur diri dengan mengelilingi macam-macam kios sambil menembus kerumunan. Ini siang yang baik.