Sunday 10 July 2016

1-4. Desa yang Ditelantarkan, Skill, dan Anak Hilang

“Halo, Suzuki disini. Disini sangat sepi, aku bisa mati kesepian.”

Aku benar-benar ingin teman.
Setelah mencapai jalan raya, aku nyasar di jalan, sudah 7 hari sejak itu dan aku belum mencapai pemukiman penduduk.

Omong-omong, entah bagaimana aku dapat skill-skill ini : [Sprint], [3 Dimensional Maneuver], [Jump], [Sing], [Camping], dan [Washing].
Tetapi skill-skill itu tetap abu-abu karena aku tidak memasukkan poin pada mereka.

Sepertinya aku mempelajari [Sprint], [3D Maneuver] dan [Jump] setelah Meteor shower kedua, tapi tidak melihatnya.

Saat aku bermain-main dengan senjata api, petanya mengganggu jadi aku mengganti peta dan log menjadi ikon, lalu aku menyadari sesuatu. Pada log ditulis sebagai tempat dengan kasur dan kanopi tapi...
Bukannya itu tempat kemping? Aku tsukkomi sendiri.





Pada hari ke-8, aku akhirnya menemukan tempat yang seperti desa di peta.
Aku berlari kencang ke desa itu. Tetapi, tidak ada seorangpun disana menurut peta. Aku penasaran apakah mereka sedang berlindung atau telah dibantai. Tidak, mereka seharusnya sudah kembali kalau mereka pergi berlindung, karena sudah satu minggu.
torablue.blogspot.com
Tidak lama kemudian aku mencapai persimpangan jalan menuju ke desa.

Di sana berdiri pos penjaga kumuh di pinggir jalan. Sebuah tongkat biasa sepanjang 1.5 meter ditancapkan ke tanah. Tujuannya ditulis dengan sesuatu seperti tinta.

“Aku tidak bisa baca...”

Sesuatu tertulis disitu, tapi aku tidak bisa membacanya sama sekali. Paling tidak, ini berbeda dari semua bahasa yang aku tahu di dunia nyata. Sebenarnya, ini terlihat seperti semacam tulisan fiksi di dalam game.

Aku atur petanya pada pembesaran maksimum, memperlihatkan area yang luas.
Saat merasa sedikit kesal karena tidak bisa membaca petunjuk yang lama ditunggu, aku memilih persimpangan di peta. Tidak ada arti khusus pada perbuatan ini, tapi saat ini sepertinya melakukan itu adalah hal yang tepat.

“’Selamat Datang di Desa Enikei’, ‘Kota Seryuu 32 Km’, ‘Ke Kerajaan Kazo 105 Km’; Aku bisa baca! ...Lagian, ini bahasa Jepang!”

Tampilan pop up menumpuk di atas peta, masing-masing ditulis dalam bahasa Jepang. Apakah ini efek dari [All Map Exploration]? Hore untuk oportunis.

Untuk saat ini, Kota Seryuu sepertinya paling dekat dari sini, tapi terlalu datar. {TLN: Datar disini maksudnya tidak menarik.}

Setelah semua ini, ayo pergi ke desa dulu. Aku tahu tidak ada orang disana, tapi aku merasa kalah kalau melewatkannya!
Mungkin disana ada beberapa quest tersembunyi! Kalau ini mimpiku, harus ada!!!

Desanya terlihat di sisi lain ladang dalam waktu sekitar 5 menit. Diantara jalan kecil terhampar ladang yang sepertinya sudah ditelantarkan selama setahun. Ladangnya penuh dengan rumput liar.

Dari jauh sekalipun, aku bisa melihat banyak rumah terbakar. Setiap rumah memiliki satu kesamaan; atapnya terbakar habis.

Dilihat dari posisinya sepetinya ini adalah “Desa yang Ditelantarkan karena Serangan Naga”.

Tidak ada tulang berserakan, tapi banyak barang seperti keranjang panen, cangkul kayu, dan macam-macam alat bertani berserakan seperti mereka ditinggalkan dengan buru-buru.

Saat aku memandangi peralatan yang berserakan, walaupun ini berlebihan untuk menyebutnya pencerahan, aku mendapat ide.

“Kalau aku dapat skill mencuci dari mencuci baju, mungkin aku akan dapat skill lain dari menggali ladang?”

Aku ambil cangkul dan menggali ladang dengannya.

>[Mendapat Skill Cultivation] {TLN: Pengolahan}
>[Mendapat Skill Farming] {TLN: Bertani}

Skillnya muncul di log seperti yang kuduga. Walaupun aku tidak mengira pengolahan untuk keluar. Untuk mendapat yang lebih baik, aku coba banyak hal lain.

Aku cabut tanaman seperti sayuran yang mengintip di antara rumput liar.

>[Mendapat Skill Harvest] {TLN: Panen}

Ini sedikit menyenangkan.
Walaupun begitu, ini mode gampang huh?
Omong-omong, ini sayur apa?? Bayam, komatsuna? {TLN: Google ajah :p}
Aku memandanginya, dan pesan AR {TLN: Augmented Reality} bertuliskan “Rumput Hiaku, sayuran daun. Jarang dimakan mentah, biasanya diproses menjadi rempah-rempah atau acar.” muncul di atas sayurnya.

Yap, ini benar-benar memudahkan. Sepertinya ini fungsi yang berbeda dengan pencarian peta.

Aku mencoba menarik rumput liar.

>[Mendapatkan Skill Weeding] {TLN: Penyiangan.}

Aku tidak memotongnya, cuma menariknya.

Aku pergi ke tempat yang seperti penahan angin, aku ambil kapak dan memotong sebuah pohon.

>[Mendapat Skill Lumber] {TLN: Pengolah Kayu}

Apa lagi ya? Aku ingin mencoba beberapa ide.
Aku tulis rumus matematika di tanah dengan cangkul.
『1+1=2』, nah.

>[Mendapatkan Skill Arithmetic]

Fumu, kalo itu bisa coba 『E=mc²』

>[Mendapatkan Skill Lost Knowledge] {TLN: Ilmu yang Hilang}

Teori Relativitas yang terkenal itu Ilmu yang Hilang?
Aku lebih memilih dapat skill terbang atau semacamnya.

Sekarang aku coba menulis beberapa karakter Jepang. {TLN: google henohenomoheji :P}

>[Mendapat Skill Painting] {TLN: Melukis}

Pak pelukis bakal marah.
Berikutnya aku tulis ○× bergantian yang membuatnya seperti permainan anak-anak.

>[Mendapatkan Skill Game]

Apa aja boleh nih?

Aku mulai mencoba banyak hal lain.
Aku mencoba memotong kayu yang terbakar dengan pisau menjadi bentuk tongkat.

>[Mendapat Skill Carpenter] {TLN: Tukang kayu}
>[Mendapat Skill Weapon Creation] {TLN: Pembuatan Senjata}

Untuk tambahan, aku bungkus tongkatnya dengan kulit yang aku keluarkan dari storage.

>[Mendapat Skill Leather Craft] {TLN: Pengrajin kulit?}

Dengan sapu asal jadi aku menyapu tanah di bawah aku.

>[Mendapatkan Skill Cleaning]
torablue.blogspot.com
Aku kehabisan bahan. Saat aku mencari bahan lain, aku melihat kuburan dengan kuil dewa lokal.
Karena aku tumbuh di pedesaan, aku secara kebiasaan menyatukan tangan seperti berdoa untuk nenekku.
Aku memberikan dendeng dan menuangkan sake.

>[Mendapatkan Skill Prayer] {TLN: Berdoa pake skill :D}
>[Mendapatkan Title : Devout Believer] {TLN: Orang beriman}

Umu, aku tidak berniat mendapatkan skill tapi...

Bahannya sudah habis, aku sudah capek mendapatkan skill, ayo pergi dari desa ini.
Saat aku berangkat, matahari mulai terbenam.
Aku berjalan menuju Kota Seryuu, menurut petunjuk. Setelah membiasakan mata aku dengan cahaya bulan, dalam gelap, aku berlari di jalan besar.

Saat hampir subuh, peta area luas memperlihatkan Kota Seryuu secara keseluruhan. Tentu saja tidak seperti Desa Enikei, di sana ada banyak orang.

“Akhirnya, akhirnya peradaban~~~”

Aku menangis sambil gemetar dengan harapan bisa berbicara dengan orang.

....ini mimpi yang lama sekali. Iya ga sih?