Sunday 2 April 2017

6-21. Orang-Orang di Wilayah Baron Muno (11)

Satou di sini. Membelah diri (Bunshin) adalah dasar bagi Ninja, tapi saat aku kecil jiwa mudaku berpikir, “Kalau kamu bisa bergerak secepat itu dan membuat bunshin, kamu harusnya menyerang dengan itu.”
Itu mungkin pilihan yang tepat saat kamu melawan senjata api.



“Aku janji, ini tidak akan berbahaya.”

Kalau hanya aku sendiri maka tidak apa-apa. Musuhnya hanya level 30. Apalagi, aku punya serangan magic dan perisai magic, sekarang tidak hanya serangan fisik.

“Tidak, aku akan pergi juga.”

Ini buruk. Si iblis ada di hutan sekarang, tapi aku tidak tahu kapan dia akan kembali. Aku ingin meninggalkan Arisa di zona aman.

“Kalau kamu berkata lebih jauh, aku akan gunakan 『Order』.”
“Coba saja, hati wanitaku tidak akan kalah pada hal seperti 『Order』.”

Mau bagaimana lagi.
Aku tidak mau menggunakan 『Order』 sebisa mungkin.”

“Arisa, ini perintah. Pergi ke desa yang aku sebutkan tadi dan minta pada pemimpin desa tentang pekerjaannya. Tunggu di desa sampai aku sampai sana.”

Setelah berkata begitu, aku turun dari kereta.
Aku mendengar sesuatu terjatuh ke tanah di belakangku bersama dengan teriakan pendek Lulu.

Saat aku lihat ke belakang, aku melihat Arisa merangkak ke sini dengan wajah yang membiru.

“A, aku pokoknya ikut. Kali ini... aku tidak akan... membiarkanmu pergi sendiri... Ha.”

Dengan melawan perintahku, dia tidak hanya tersiksa dengan magic dari kontrak, tapi sepertinya collar perbudakan di lehernya melukai dia secara fisik. Collar yang ada pada gadis-gadis beastkin itu hanya dekorasi, tapi yang ada pada Lulu dan Arisa itu sungguhan. Mereka terpasang dari Kubooku kingdom.
Tidak, ini bukan waktunya berpikir itu. Arisa akan mati kalau aku biarkan.

“Arisa, aku batalkan perintah yang tadi.”

Arisa terengah-engah kesakitan. Gadis yang ceroboh. Aku penasaran apa yang membuat dia sampai sejauh itu. Collarnya meninggalkan tanda merah di leher Arisa.

“Ya ampun, kamu gadis yang sangat ceroboh.”
“Siapa yang ceroboh di sini!? Kamu melompat ke dalam bayangan untuk menyelamatkan Mia, dan bahkan hari itu, kamu memancing monster dengan level hampir dua kali lipat levelmu untuk mendapatkan makanan untuk anak-anak... Aku khawatir tentang kamu, berhenti melakukan hal-hal gila sendirian!”

Arisa berkata begitu sambil menangis.

Aku menyadari sesuatu dari air mata itu dan “Hampir dua kali levelmu.”

Sial.

Aku tidak menyangka ini sama sekali.

Aku pikir Arisa yang sadar kalau aku menyembunyikan skillku juga sadar kalau aku memalsukan levelku, aku pikir dia pura-pura tidak tahu tentang itu karena kesalahpahamanku.

Aku bisa mengerti tingkah aneh Arisa sampai sekarang saat aku pikir lagi.

Dia pasti akan khawatir kalau orang dengan level 10 melawan undead boss level 40 yang punya unique skill.

Maaf aku menganggapmu ibu yang over protektif.

Tapi, ini menyulitkan, kalau aku katakan pada dia kalau aku menyembunyikan levelku di sini dan sekarang, harga diri Arisa akan jatuh.
Aku tidak bisa melawak di sekitar Arisa yang benar-benar khawatir juga, mungkin aku tidak ada pilihan selain membawa dia.

Ini hukumanku untuk membuat Arisa khawatir tanpa alasan. Akan sulit melindungi dia, tapi kalau hanya Arisa, aku akan lindungi dia apapun yang terjadi.

“Aku mengerti Arisa, ayo pergi bersama.”
“Be, benar, kamu harusnya bilang begitu dari awal. Kamu akan mendapat kekuatan seratus aku dengan aku di sekitarmu!”

Walaupun sambil mengelap air mata dengan lengan bajunya, Arisa menyombongkan diri, dia kembali ke dirinya yang biasa. Tapi, kosakatanya tua seperti biasa.
Arisa kembali ke kereta untuk mengganti bajunya yang sudah terkena lumpur.

Nah sekarang, aku bingung siapa yang harus aku pilih untuk mengganti Arisa. Di antara mereka Liza adalah pilihan yang terbaik, tapi mempertimbangkan sukunya, akan sulit bernegosiasi dengan masyarakat desa yang licik.

Berarti, kandidat berikutnya adalah Lulu atau Nana. Aku tidak bisa membayangkan Tama yang suka bertingkah untuk bernegosiasi, dan kemungkinan Mia yang diam untuk bernegosiasi itu bagaikan kemungkinan langit untuk runtuh.

Aku ingin Lulu untuk bernegosiasi kalau bisa, aku akan senang kalau dia mendapat skill interpersonal, tapi karena dia malu di sekitar orang, mungkin mustahil.

Lalu, tinggal Nana yang tersisa huh.

Dia biasanya bertingkah eksentrik dan cara penyampaiannya datar, tapi dia akan berada dalam mode “pace-ku” siapapun lawannya dan penampilannya adalan wanita yang cantik.
Mungkin aku akan minta Nana untuk melakukan bagian terberatnya, dan Liza akan membantu.

“Nana.”
“Iya, master.”
“Pernah bernegosiasi sebelumnya?”
“Tidak, aku perawan. Aku tidak punya pengalaman.”

....siapa yang menanyakan pengalaman seksualmu?
{TLN: Plesetan jepang. Negosiasi = 交渉=koushou, pengalaman seksual = 性交渉 = Sei koushou. Beda satu kanji doang.}

Saat aku lihat ekspresi dan atmosfer dia, aku berpikir kalau dia hanya naif, tapi aku ragu, “Bukannya kamu sengaja salah?”

Aku beri tahu dia lebih detail.

“Aku mau memintamu untuk bernegosiasi dalam memperkerjakan masyarakat desa, apa kamu punya pengetahuan tentang sesuatu seperti itu?”
“Tidak punya.”
“Oke, kalau begitu aku mau kamu kerja sama dengan Liza untuk menanganinya. Nana, kamu jadi orang depan saat negosiasi sedangkan Liza orang yang benar-benar melakukannya dari belakang.”
“Baik, master.”
“Aku akan lakukan kemampuanku yang terbaik.”

Jawaban Liza kaku. Apa dia gugup?

“Liza, kamu tidak perlu gugup. Aku tidak keberatan kalaupun negosiasinya gagal. Kalau itu terjadi, aku ingin kalian stand by di sungai dekat desa.”
“Aku mengerti, goshujin-sama.”

Sepertinya pundaknya jadi lemas. Aku khawatir dia menganggapnya sebagai, “Aku tidak mengharapkan apa-apa darimu.”, tapi sepertinya itu hanya khayalanku saja.



Arisa yang sudah kembali menggunakan baju yang dia buat setelah fashion show waktu itu. Roknya dilengkapi dengan bingkai yang dibuat dari kawat di dalamnya, membuatnya mengembang dalam tiga dimensi. Dia menggunakan wig pirang.

Itu memang bagus, tapi siapa gadis kecil dengan rambut kepang warna cokelat di belakang itu?

...Tidak, aku bisa melihat penampilan Pochi.

“Apa itu Pochi?”
“Ara, hebat juga bisa tahu. Arisa-chan versi 2, Pochi wujud manusia.”

Mereka berdua berpose dengan semangat.
Walaupun mereka menggunakan baju yang imut, menggunakan pose power ranger menghancurkannya.

“Versi 2 terserahlah, bagaimana kamu melakukannya pada Pochi?”
“Jangan bilang terserah! Aku tidak bisa memaafkan tidak adanya reaksi pada rambut pirang dengan twin-tail, walaupun bukan drill.” {TLN: Drill blonde twin tail, contoh : Ravel Phoenix dari HS DxD}

Twin-tail terlihat bagus dengan figurine atau 2 dimensi, tapi dalam kehidupan nyata, aku pikir model twin-tail hanya membuatmu terlihat seperti anak-anak kan.

“Aku sudah menerima magicnya Arisa nodesu.”
“A~ah, bukannya aku bilang itu rahasia. Aku buat ilusi menggunakan light mgaic. Aslinya itu adalah magic untuk membuat bunshin, tapi aku modifikasi sedikit.”

Begitu, jadi ini light magic. Tetapi, untuk memodifikasi magic dalam waktu sesingkat ini, gadis ini seperti protagonis dari light novel.

Wujud manusia Pochi terlihat sama persis dengan Arisa kalau kita abaikan model dan warna rambutnya.

“Walaupun kalau illusion magic yang lebih besar dari Pochi, maka akan ketahuan, dan kalau aku tidak dekat dia, efeknya akan hilang. Dia mungkin tidak dibolehkan memasuki istana kalau mereka tahu dia dari suku dogkin.”
“Apa ini bisa melewati hal seperti pendeteksi magic?”
“Kalaupun dia ketahuan, aku akan buat Toruma melindunginya. Aku yakin kita hanya akan diomeli. Apalagi, aku ingin Pochi yang punya serangan tinggi dan skill pencari musuh untuk ada di sekitar.”

Sepertinya Arisa optimis kalau penyamaran Pochi akan terbongkar. Dan juga, aku pikir Tama punya skill pencari musuh yang lebih tinggi. Walaupun, Pochi mugkin dipilih karena Tama tidak cocok untuk penyusupan.

“Kamu tahu, saat mimpi kemarin, aku melihat kalau si iblis menyamar sebagai sang baron. Goshujin-sama berhasil nyaris gagal menghindari serangan iblisnya, tapi akhirnya terpojok.... Tentu saja, aku tahu kalau itu hanya mimpi. Tapi, kalau itu mimpi tentang masa depan....”

Tidak, daripada optimis, dia mau Pochi tetap pergi walaupun dengan mengambil risiko itu huh. Abaikan apa yang aku lihat, sepertinya semua anggota terlalu khawatir karena mereka mengalami mimpi buruk.

Arisa mau mengatakan sesuatu sebelum menggagap dan diam, lalu dia menggelengkan kepalanya seakan dia menghilangkan semacam kegelisahan. Rambutnya yang tertiup angin mengenai wajah Pochi, Pochi memegang wajahnya sendiri.

“Tidak apa! Kalaupun itu mimpi tentang masa depan, kita akan melaluinya karena kamu bersama dengan Pochi dan aku.”
“Iya nanodesu. Kalau goshujin-sama bersama dengan Pochi, kita tidak terkalahkan nanodesu!”

Ini tidak bisa dimengerti karena ekspresi ilusinya tidak berubah, tapi aku bisa membayangkan Pochi penuh motivasi di kepalaku.



Mimpi yang dilihat Arisa mungkin hanya sebatas mimpi.

Tetapi, kekhawatiran Arisa itu asli. Kekhawatirannya yang berlebihan itu seperti samurai yang seperti pelayan yang loyal, ini agak menyeramkan.
Saat aku menemukan kesempatan setelah aman, aku harus melakukan sesuatu yang akan menghilangkan kekhawatirannya, sambil memastikan kalau kemampuanku akan ketahuan oleh Arisa.

Walaupun bisa dimaklumi dalam kasus Arisa, aku sebenarnya ingin Pochi bersama dengan timnya Liza, tapi aku tidak bisa memikirkan alasannya di situasi ini.
Aku pikir aku jadi tidak bisa berpikir untuk diri sendiri karena Arisa.

Mau bagaimana lagi, aku tidak mau melibatkan Arisa dan Pochi dalam bahaya, tapi kalau ada kecelakaan terjadi, aku akan bawa mereka berdua dan melakukan sesuatu tentang itu.

Tidak ada orang dengan skill Appraisal yang bisa melihat status orang lain di kota. Dan juga, tidak ada orang yang punya magic skill dari cabang deteksi. Ini memudahkan untuk kami, tapi orang-orang itu mungkin sudah dieliminasi oleh si iblis untuk melindungi rahasianya.

Aku khawatir kalau kekuatan bertarungnya berkurang untuk Liza dan lainnya, tapi seharusnya tidak apa karena kami bukan targetnya kali ini. Kalaupun ada yang terjadi, desanya hanya 10 kilometer jauhnya. Aku bisa lari ke sana dalam 90 detik.