Sunday, 12 March 2017

6-7. Aku Ingin Berlatih Magic [Arc Cheat]

Satou di sini. Keinginan untuk menggunakan barang yang sudah kamu dapatkan mungkin tidak berbeda, tidak peduli umur atau tempat.
Bahkan di dunia paralel, itu masih terjadi.





"■▼▲▲ ▲■▲▲ ▲▲ Shield"

Sebuah bentuk transparan yang terlihat seperti perisai muncul di depanku yang memegang tongkat pendek. Ukurannya cukup besar untuk menutupi seluruh badanku.

“Giliranku~ Psycho Ball.”

Magic ball tak terlihat yang ditembakkan oleh Arisa ditahan oleh perisai dan menghilang. Oh, indikator baru muncul di bawah HP barku, [Shield HP], katanya. HPnya 100, dan sudah berkurang satu oleh serangan Arisa barusan. Aku tunggu beberapa saat, tapi tidak pulih lagi.

“Apa sudah bisa untuk yang berikutnya?”
“Datanglah padaku.”
“Ini dia Tsubaki-kun! Ini, Overdrive Shoot ku!”

Arisa menembakkan Shock Wave sambil memparodikan sesuatu. Shieldnya bergetar dari serangan itu, tapi di tahan sama seperti psycho ball yang tadi.
Kali ini HP shieldnya berkurang 3 poin. Jadi tidak berkurang dengan nilai yang tetap, tapi tergantung spellnya huh?

“Kalau begitu, berikutnya, tolong gunakan Magic Arrow, Nana.”
“Iya, master.”

Sebuah lingkaran magic muncul di dahi Nana dan magic arrow ditembakkan dari sana.
Magic Arrownya menghilang ditemani dengan suara seperti logam yang beradu. Shield HPnya hanya berkurang 1.

“Berikutnya, Mia.”
"Nn. ■■■ ■■ ■■■■ Water Shoot"

Mia membuat Water Shot dari air di dalam kendi di sebelah dia, dan menembakkannya ke arahku. Pada saat tabrakan, Shieldnya sedikit bergetar. Magicnya hilang dan airnya menciprat di bawah. Shield HP hanya berkurang 1.

“Mia, apa kamu punya serangan area?”
“Punya.”
“Kalau begitu, tolong lakukan itu dari depan.”
“Berbahaya.”
“Apa kamu punya serangan yang akan aman untuk semua kecuali aku?”
“Punya.”
“Kalau begitu tolong yang itu.”
“...Satou?”
“Aku akan hindari sebelum mengenaiku.”
"Nn. ■■■ ■■■ ■■■■■■ Acid Mist"

Kabut putih mengenai Shieldnya. Kabutnya ditahan oleh Shield, tapi rumput di sekitarku jadi layu. Shield HPnya berkurang 3 poin.

Jadi serangan magic langsung itu 1 poin, sedangkan magic area itu 3 poin huh. Bukankah Shield ini terlalu kuat?

“Tama, tolong lempar beberapa batu. Arahkan ke area di sekitar perutku.”
“Aye!”

Swoosh, batunya membelah udara, dan seperti semua magic sebelumnya, batunya ditahan. Batunya memantul tidak seperti magic. Tama jadi lebih baik dalam melempar batu. Lemparannya jadi lebih cepat. Shield HP hanya berkurang 1 poin.

“Baiklah, berikutnya, Pochi. Tembak dengan crossbow, karena berbahaya, tembak dari sekitar situ oke.”
“Dimengerti, nodesu~.”

Panah pendek yang ditembakkan Pochi punya sasaran yang berbeda, dia dengan akurat menembak ke kaki kiriku yang aku tunjuk. Tentu saja, panahnya terpental sebelum mengenaiku. Shield HPnya berkurang 1 poin, seperti lemparan batu Tama.

Nah sekarang, berikutnya adalah Liza, tapi sejujurnya, aku takut dengan Liza yang serius yang akan menggunakan [Tombak Itu]. Aku batalkan Shieldnya, dan keluarkan sekali lagi. Aku mengerti kalau ini sebenarnya tidak perlu, tapi ini masalah dengan perasaan.

“Liza, setelah kamu mengisi tombaknya penuh dengan MP, coba lakukan Heavy Blow dan Thrusting dengan seluruh kekuatanmu.”
“Aku mengerti, goshujin-sama. Bersiaplaj!”

Tidak tidak, kata-kata itu menyeramkan.

Bang, suara Liza menyerbu, dia menusukkan magic spear-nya.
Magic spear mendorong Shield, tapi saat akan mengenaiku, tombaknya terdorong balik. Pada saat yang sama, sesuatu yang tidak terlihat mendorong badanku. Begitu, sepertinya Shield cocok untuk menahan serangan berat huh.

Gelombang merah yang muncul di antara tombak dan Shield menghilang.
Segera setelah gelombangnya menghilang, Liza menarik ombaknya. Biar aku perjelas, walaupun tombak Liza menembus Shield, tombaknya akan lewat di bawah ketiakku.

Shield HP hanya berkurang 3 poin. Walaupun mencolok, itu sama dengan serangan area huh.

“Liza, berikutnya, coba serang aku tiga kali.”
“Baik.”

Setiap serangan mengurangi Shield HP 1 poin.
Percobaan berikutnya adalah yang terakhir.

“Lulu, tolong lempar batu kecil.”
“Ba, baik, aku akan lakukan yang terbaik.”

Tetapi, berlawanan dengan semangat Lulu, batunya terbang ke hari esok.
Benar, dia tidak terbiasa melempari orang, tanpa diduga batunya tidak terbang lurus.

“Lulu.”
“A, aku minta maaf goshujin-sama. Eii. Eii.”

Mungkin berpikir kalau dia akan diomeli, Lulu dengan putus asa mencoba melempar batu berkali-kali dengan wajah panik. Aah, itu merusak wajah cantiknya.

“Lulu, tenang.”
“Ba, baik.”

Mungkin berpikir kalau dia tidak diterima, Lulu jadi kecewa. Wajahnya yang gelisah juga imut.

“Lulu, ambil kerikil di bawah kakimu.”
“Baik, aku mengerti.”
“Lalu, maju tiga langkah dari sana.”
“Baik.... Umm, bukankah ini terlalu dekat?”

Lulu jaraknya sekitar 1 meter dari Shield.

“Tidak apa, lempar batunya seperti kamu membuangnya dengan kedua tangan.”
“Baik—Ah, aku mengenainya.”
“Yep, kerja bagus. Kamu hebat.”

Buat hal jadi mudah dengan menghilangkan kondisi yang mustahil. 4 batu mengenai Shield lagi, tapi HPnya tidak berkurang. Jadi ini benar-benar menghilangkan damage sampai tingkat tertentu.





Sayangnya, ini bukan berarti aku bisa melakukan chant.
Untuk chant yang tadi, walaupun aku membaca kata-katanya dengan benar, ritmenya berantakan.

Aku aktifkan skill Musical Performance dan mencoba chant dengan semangat tinggi, tapi tetap tidak berhasil. “Uu~n, ini lebih baik dari sebelumnya, tapi ini salh. Jadilah seperti Nadami-chan, musisi yang hebat yang tidak perlu membaca not.”, begitu kata Arisa. Ini benar-benar membuat frustrasi.

Trik untuk memecahkan teka-teki ini adalah scroll [Shield] yang aku dapatkan dari toko magic. Setelah kami meninggalkan kota, saat aku menggunakannya saat istirahat pertama kami, [Shield] ditambahkan ke kolom Magic di Menu. Pada saat itu, aku juga dapat skill tanpa label [Magic Art], tapi aku penasaran apa [Magic Art: Foreign World] adalah kasus spesial?
Magic yang aku pakai tadi dipilih dari Menu. Chantingnya dikamuflase, walaupun begitu, aku juga agak ingin berpura-pura bisa chant magic.

Tentu saja, Arisa tahu bahwa aku tidak bisa chant dengan benar, tapi karena ia tahu tentang Menu, ini mungkin tidak masalah.

Mia terlihat tidak peduli tentang itu, jadi tidak ada masalah.

Tetapi, inspeksinya berlanjut.
Berikutnya giliran Nana. MP dia hanya berkurang 20% jadi dia seharusnya tidak apa. Aku akan mengisinya kembali saat ini selesai.

“Nana, tolong gunakan Shield.”
“Iya, master.”

Di depan Nana, sebuah Shield terbuat dari magic muncul. Terlihat seperti yang aku buat.

“Lalu Arisa, tembakkan Psycho Ball dengan sudut di mana itu tidak akan mengenai Nana pada Shieldnya.”
“Oke.”

Psycho Ballnya ditahan oleh Shield dan menghilang, sama seperti saat denganku.
Tetapi, Shield HPnya berkurang setengah. Walaupun aku tidak tahu nilai pastinya, jumlah dan kekerasan Shield HP mungkin berbeda. Ini mungkin karena perbedaan level dan skill.





“Baiklah, percobaannya selesai~ ayo makan!”

Karena eksperimennya memakan waktu cukup banyak, aku juga ikut memasak bersama Liza dan Lulu untuk membantu. Apalagi, aku bertugas membuat masakan utama, steak terbuat dari daging serigala.
Aku siapkan daging serigala secara bergantian untuk bagian beberapa orang kecuali Mia dan Nana. Dengan nasihat Liza, aku potong sebuah garis pada dagingnya dengan sebuah pisau dan mencampurkan garam dan merica ke dalamnya.
Lalu, aku masukkan minyak ke penggorengan, mengaduknya, dan memasukkan irisan bawang putih ke dalam minyak untuk menggorengnya sebagai masakan sampingan. Sambil mendengarkan suara minyaknya, aku cepat-cepat memanggang dagingnya. Selain bagian Arisa dan Lulu, dagingnya harus setengah matang. Sepertinya Arisa dan Lulu lebih senang medium.

Untuk piringnya Mia, aku potong tiga jenis buah-buahan dan menghiasnya dengan madu dan gula hijau.
Untuk airnya Nana, aku letakkan beberapa tetes jus buah dari buahnya Mia. Aku ingin cepat-cepat makan bersama dengan Nana.

Kami mulai makan dengan, “Itadakimasi”, seperti biasa, tapi ini terasa lebih intens dari biasa. Bagaimana bilangnya ya, single-minded, menggambarkan cara makan mereka dengan sempurna.

“Tambah!”

Arisa menjulurkan piring steaknya sambil bilang begitu. Pochi yang selesai makan menjilati piringnya, dan terlihat tercengang beberapa saat, lalu dia memberikan piringnya, “Tambah! Nanodesu!”, dia bilang begitu dengan buru-buru.

“Tambah!”
“Tambah desu!”
“Umm, aku juga mau tambah.”

Agak terlambat setelah Pochi, Tama dan Liza juga memberikan piring mereka, dan minta tambah. Seakan mengikuti mereka, Lulu juga minta tambah dengan sungkan.

Yaa, dagingnya masih banyak, tapi kalau kamu makan terlalu banyak akan sulit bergerak tahu?

Tapi, ini masih belum selesai.

“Tambah.”
“Master, tambah.”

Di sana ada sosok Mia dan Nana yang memberikan piring buah yang kosong dan gelas.
Aku tidak punya keberanian untuk menolak lagi, dan memberi porsi tambahan untuk semuanya. Saat aku berikan, aku tidak lupa memberi tahu bahwa ini yang terakhir.

Saat mereka selesai makan, mereka terlihat sangat bahagia, tapi tolong berhenti melihat ke piringnya dengan ekspresi mupeng. {TLN: Bingung eagerly terjemahin jadi apa, jadi pakai “mupeng” ajah XD}
Ini tidak masalah jika hanya Pochi dan Tama, tapi semuanya bertingkah sama, aku hampir ingin bertanya apa mereka membuat guyonan.

Setelah itu, aku diminta memasak untuk setiap waktu makan, tapi aku minta mereka untuk membiarkanku masak hanya makan siang saja.
Karena kamu akan jadi gemuk kalau kamu makan terlalu banyak saat malam hari.

>Mendapatkan Titel [Magician of Dining Table] {TLN: Pesulap Meja Makan}