Thursday 16 March 2017

6-14. Orang-Orang di Wilayah Baron Muno (5)

Satou di sini. Saat aku pergi ke pedesaan saat aku masih kecil, aku sering bermain di pinggir sungai. Aku ingat menyimpan batu-batu yang indah seakan mereka itu harta karun. Sekarang, aku penasaran apa mereka masih disimpan di lemari di rumah orang tuaku bersama dengan ingatanku.



“Liza, tolong kumpulkan magic corenya. Kamu bisa tinggalkan semua selain magic corenya.”
“Baik, goshujin-sama.”

Pertama, aku berikan dagger pada Liza yang tidak memegang apa-apa selain tombaknya dan meminta dia untuk pengumpulannya.

“Tunggu sebentar, kamu pergi sendirian untuk melakukan hal-hal yang bahaya kan?”
“Karena aku tidak bisa tidur, aku pergi mengumpulkan beberapa tanaman dan diserang.”
“Bukannya aku bilang jangan pergi sendirian? Walaupun kamu punya skill shield, kamu bisa terbunuh dengan mudah kalau kamu ceroboh!”

Setelah minta maaf pada Arisa yang matanya berkaca-kaca, aku menghadap ke arah orang-orang tua yang melihat kami dari jauh.

“Aku minta maaf untuk gangguannya di tengah malam.”
“Tidak masalah, tapi pa monster itu Spider Bear?”
“Iya, itu Spider Bear yang kamu sebutkan di siang hari, dia mungkin menyasar dan sampai ke sini.”
“Keberuntunganmu buruk ya, dia biasanya hanya datang ke pemukiman manusia sekali dalam berapa puluh tahun. Ini kali pertama, aku melihatnya dalam hidupku.”
“Jadi begitu ya, ini bisa jadi berbahaya kalau gadis-gadis kami yang terampil, tidak melakukan yang terbaik.”

Mungkin dia keluar karena mangsa mereka diburu sampai habis oleh manusia?
Aku pikir mereka muncul kali ini karena pembebasan lahan, tapi mereka aslinya monster yang tidak akan mendekat ke pemukiman manusia huh. Kalau aku tidak membersihkan lahannya, orang-orang ini suatu hari akan jadi korban.

“Hey, apa yang mengeluarkan cahaya merah itu magic weapon?”
“Para onee-chan itu menggunakan magic~.”
“Bilang apa kamu, Shield orang itu terbuat dengan magic!”
“Dia menahan semua serangan monsternya~.”
“Tapi, bahan tombak merah itu BOOM, seperti itu.”
“Aku akan jadi tombak saat aku besar.”
“Itu hebat ya, seperti VROOM.”


Serangan dari tombak Liza saat tengah malam memang mencolok. Anak-anak yang menyadari magic Mia dan aku hanya sedikit. Tapi, gadis kecil, apa maksudmu jadi tombak.

“Aku pikir kamu pedagang, ternyata kamu magician huh.”
“Aku hanya pemula di keduanya, kesampingkan itu, tentang Spider Bear ini, aku tidak butuh apa-apa selain magic corenya, jadi semua bisa mendapat daging atau bulunya.”
“Itu hal terbaik yang bisa aku minta, tapi apa itu boleh? Kalau kamu membawanya ke kota, kamu bisa menjualnya dengan harga tinggi tahu?”
“Menyusahkan membawa sesuatu sebesar itu.”

Orang-orang tua yang ragu-ragu memutuskan itu setelah mendengar kata-kata dari Arisa.

“Kakek, tidak perlu ragu. Daripada mencoba menjaga penampilan, yang paling penting adalah memastikan makanan untuk besok!”
“Kamu benar. Kalau begitu, aku akan menerima dengan senang hati.”

Kami tinggalkan badan Spider Bear sambil menguras darahnya, itu akan di belah-belah besok.
Berikutnya, aku berdoa semoga saat mereka bertahan hidup dengan daging monsternya, mereka akan menemukan ladangnya.



“Onii-chan, ini, terima kasih.”

Seorang gadis kecil yang datang bersama dengan Totona memberiku tas kecil dengan banyak batu kecil di dalamnya. Batu-batunya adalah batu yang indah sepertinya diambil dari pinggir sungai. Ini pasti harta si gadis kecil ini. Aku tidak masalah dengan terima kasih yang normal seperti ini.
Aku ambil satu dan kembalikan sisanya pada dia.

“Aku akan ambil yang satu ini, kamu harus menjaga sisanya.”
“Un.”

Si gadis kecil malu-malu bersembunyi di belakang Totona.

Sorakan terdengar di tempat di mana Spider Bear digantung. Sepertinya Liza sudah mulai memotong-motong.
Karena Totona dan si gadis jadi gelisah, aku dorong mereka, “Lihat ke sana.”

Batu yang aku ambil adalah batu kecil kusam berwarna merah. Aku tidak mengambil batu yang paling bagus, tapi ketika aku periksa, [Snake Blood Stone] ditunjukan. Darimana sumber ularnya.
Karena batu ini salah satu bahan untuk [Antidote: All-Purpose], ini mungkin temuan yang beruntung. Aku periksa pinggir sungai di lahan yang dibuka, ternyata ada banyak batu yang sama di sana.

Masih ada waktu sebelum sarapan, mungkin aku akan mengumpulkan mereka. Hari ini, sarapannya diurus oleh Lulu, Nana dan Arisa. Lulu berjuang untuk mengajari Arisa untuk memasak.

“Mia, aku ingin berjalan sepanjang sungai, mau ikut?”
“Nn.”

Aku undang Mia yang baru kembali dari mencuci rambut dan badannya dengan air hangat. Aku penasaran apa omelan dari Lulu ampuh, belakangan ini, dia tidak berjalan-jalan saat telanjang.
Mia memberikanku handuk dan membuatku mengeringkan rambutnya. Arisa berteriak, “Kamu terlalu memanjakan Mia! Rambutku juga dong~.”, dari jauh, dia sama seperti biasa. Bukannya aku mengeringkannya kemarin?

Aku pergi ke seberang sungai dengan melompat-lompat melewati bebatuan yang tersebar di air yang dangkal.

“Satou, tangan.”

Karena jaraknya agak jauh di antara batu yang tersebar, Mia menjulurkan tangannya dan aku pegang tangannya untuk menarik dia.
Mungkin aku menariknya terlalu keras, Mia terjatuh ke dadaku. Kalau Arisa melihat ini, dia mungkin akan mengatakan sesuatu lagi.

Sambil mengambil batu yang dimaksud di pinggir sungai, aku memandang ke sungai. Berjalan-jalan sambil mendengarkan permainan suling Mia, in benar-benar yang luar biasa. Yup, sangat menenangkan.

“Tidak ada ikan.”

Mia yang melihat ke sungai sambil bermain suling daun, bergumam begitu. Bangan ikan pun tidak ada di sungai ini. Binatang air lain seperti kepiting juga tidak ada. Mereka mungkin ditangkap oleh Totona dan lainnya dan juga masyarakat desa sebelah.

“Sepertinya ada beberapa burung.”

Burung-burung kecil sepertinya masih hidup. Aku terus mengumpulkan bagus sambil istirahat.
Kami menikmati jalan-jalan sunyi ini sampai Pochi memanggil kami.

Agak sulit menghentikan Pochi yang datang dan mencoba melompat ke dalam sungai karena dia tidak bisa menyeberangi batu-batunya. Karena itu, suasana tak bersemangat ini benar-benar menghilang. Sasuga Pochi.



Sudah dua hari sejak kami meninggalkan orang-orang tua dan anak-anak itu. Kami sudah bertemu tiga kali, tapi kami hanya membuat mereka setengah terbunuh karena mereka hanya pencuri biasa. Ini baru tiga kali, tapi aku merasa perlengkapan pencuri-pencuri itu terlalu bagus di sini. Saat itu para pencuri memakai senjata seperti, busur dan anak panah, kapak penebang kayu, dan dagger yang bisa dibilang alat-alat untuk kehidupan sehari-hari, tapi untuk tiga kali ini, mereka menggunakan perlengkapan seperti pedang lurus yang terbuat dari perunggu yang di cetak. Apalagi, orang yang terlihat seperti pemimpinnya bahkan punya pelindung dada dan perisai terbuat dari logam.

Tetapi, walaupun para pencurinya punya perlengkapan yang lebih bagus, mereka masih bukan apa-apa dibandingkan para gadis beastkin. Mereka dengan mudah dikalahkan tanpa gadis-gadis beastkin itu perlu berkeringat.

“Goshujin-sama, sebuah kereta~.”

Tama yang duduk di pangkuanku yang mengendarai kereta menunjuk ke arah padang rumput. Tidak ada orang di sana berdasarkan radar.
Itu mungkin korban dari pencuri. Aku harus membuat kuburan untuk mereka, tapi karena aku tidak ingin melihat tempat yang mengerikan, aku putuskan untuk mengabaikannya.

“Apa mereka diserang oleh pencuri.”
“Mungkin iya.”
“Pencuri harusnya dipukuli nano desu!”
“Dipukuli~.”

Arisa dan Pochi yang tertarik dengan suara Tama muncul di belakang. Aku akan abaikan dia karena memegang lenganku dengan santai, tapi karena tangannya mengarah ke pahaku, aku mengambil pose untuk menyodok dia.

“Goshujin-sama, aku akan kembalikan buku ini, jadi tolong pinjamkan buku nature magic berikutnya~.”

Arisa yang melindungi dahinya mengalihkan topiknya sambil agak memelototiku, aku terima bukunya.
Aku meletakkan buku di dalam tas, mengeluarkan buku nature magic dari sana, dan memberinya ke Arisa. Omong-omong, ini bukan dari Storage. Karena aku punya buku magic tingkat lanjut dari Trazayuya, aku letakkan buku pengenalan yang aku dapatkan dari kota Seryuu yang Arisa kembalikan ke dalam tas dan aku biarkan di sana. Aku biasanya menggunakannya sebagai pengganti bantal.

Untuk tingkat kemampuan membaca, semua sudah bisa membaca 100 buah kartu belajar. Hany Arisa dan Nana yang dalam tingkat bisa membaca buku. Sepertinya Nana bisa membaca karakter sejak dia dibuat. Lulu dan Mia bisa membaca buku gambar sederhana. Semuanya belajar dengan cepat.
Pochi dan Tama terhambat dengan perbedaan antara bahasa tertulis dan terucap, jadi mereka tidak bisa membaca dengan baik. Karena mereka bisa membaca angka, aku akan ajari mereka aritmatika.

“Goshujin-sama, jadwal ini, apa ini?”

Dia menunjukkanku sebuah kertas yang diambil dari buku nature magic. Ini sebuah kertas yang aku beli dari pasar loak yang harganya 100 koin emas.
Aku melihat ke kertas itu saat istirahat sebelumnya, tapi itu hanya sebuah kertas yang kebanyakan terdiri atas tanggal dan jadwal. Ini menarik karena jadwalnya terlihat seperti dicetak, tapi karena terkadang ada coret-coretan dengan kata-kata acak dan angka yang digambar seperti jaring laba-laba, aku tidak bisa melihat nilainya. Jadi aku pikir ini mungkin semacam rahasia, dan mencoba berbagai macam hal seperti melihat ke matahari melalui kertas itu, tapi lalu aku mengabaikannya.

“Biopsi?”

Arisa berkata begitu sambil memegang kertasnya.

“Tidak ada hal seperti itu yang ditulis di sana kan?”
“Kalau kamu baca secara vertikal, itu yang bisa kamu baca tahu?”

Membaca vertikal? Ada hal semacam papan buletin bahkan di dunia lain huh.
Saat aku melihat ke kertasnya, itu memang terbaca seperti itu.
Aku letakan kertasnya di dalam Storage, urut berdasarkan tanggal, dan baca secara berurutan. Begitu, ini memang mungkin berharga 100 koin emas.

“Arisa, kamu hebat!”
“Fufun, kalau kamu ingin memujiku maka aku ingin kamu menunjukkannya dengan sikapmu~.”

Aku berikan kemudinya pada Tama, dan memeluk Arisa. “Uwaah, terlalu mendadak, tidaaak~”, dia mengeluarkan suara aneh, tapi yaa, tidak apa.

Aku ingin membaca isi kertas itu secara detail, tapi karena kita akan bertemu dengan pencuri dalam sekitar dua jam lagi hari ini, aku tinggalkan itu untuk nanti. Pencuri kali ini adalah sebuah grup berisi 30 orang.
Ditambah lagi, ada empat orang dari ksatria wilayah baron Muno datang ke sini dari arah itu.

Para pencuri itu seharusnya bisa dikalahkan dengan mudah oleh para ksatria itu, tapi mereka tidak terlihat seperti mereka akan menyerang ksatria-ksatria itu, aku penasaran apa mereka tidak ingin melawan ksatria walaupun mereka menang jumlah. Para ksatrianya juga sepertinya tidak menyadari pencuri-pencuri itu, mereka berjalan lurus ke sini. Untuk jaga-jaga, aku buat Liza melindungi belakang keretanya, dan Pochi dan Tama menjaga depan.

“Pedagang di sana, berhenti. Aku yang hebat (ore-sama) ini adalah ksatria senior baron Muno, Elal.”
“Wah wah, kishi-sama, senang bertemu denganmu, aku Satou, seorang pedagang.”

Karena aku tidak tahu etika yang benar, aku turun dari kereta dan membungkuk.

>[Mendapatkan Skill Etiquette]

...apa etikaku sampai hari ini belum cukup, atau salah—Jangan terlalu memikirkan alasannya.

“Apa kamu melihat kereta mewah yang dikendarai oleh bangsawan? Atau apa kamu melihat seorang wanita cantik mengendarai kuda putih?”
“Aku datang dari wilayah earl Kuhanou, tapi aku tidak melihat apapun yang terlihat seperti kereta atau orang itu. Aku melihat kereta yang terlihat seperti habis digunakan oleh pedagang di padang rumput di seberang sana.”
“Kamu tidak berbohong kan?”
“Iya, tentu saja. Kepercayaan adalah hal paling penting untuk pedagang.”

Si ksatria mengancamku dengan memegang pegangan pedangnya, aku jawab dengan tenang. Ini tidak ada apa-apanya dengan tombaknya Liza.

“Baiklah, Bezz-kyou, Donoza-kyou, kalian lihat kereta itu dan berikan perintahnya pada penjaga di perbatasan untuk jaga-jaga. Kami akan melapor balik pada baron.” {TLN: Bezz-kyou = Sir Bezz = Tuan Bezz}

Para ksatria berangkat dalam dua grup dan pergi tanpa berterima kasih tentang infonya. Sepertinya pada pencuri menyerang para ksatria, mungkin mereka berpikir berkurangnya jumlah mereka sebagai kesempatan yang bagus.

Mereka bukan orang yang ingin aku selamatkan, tapi karena pencuri-pencurinya sudah terpancing keluar, aku manfaatkan kesempatan ini.