“Hey...siapa di situ?”
Allen memanggil sosok yang terbaring di tanah dengan hati-hati.
Tetapi sosok itu
tidak bergerak sama sekali.
Sambil berjalan
pelan-pelan, dia mendekati orang itu.
“....seorang
wanita?”
Tersembunyi di
antara rerumputan adalah seorang gadis muda.
Dia cantik dan
menggunakan gaun yang bagus – dia terlihat seperti seorang putri.
Tapi gaunnya compang-camping,
dan keadaan dia terlihat buruk.
Dia terlihat
sekarat, hanya nafas kecil yang melewati bibir pucatnya.
“Apa dia kabur
dari rumah...atau dia kabur dari tempat dia diculik?”
Saat dia
mengangkat gadis itu perlahan, alis panjangnya sedikit bergetar. Tapi dia tidak
terbangun. Kalau dibiarkan begitu saja, dia akan mati.
Allen sedikit
ragu...lalu dia menghela nafas sambil menyerahkan diri pada takdir dia.
“....mau
bagaimana lagi. Apa aku harus merawat dia sampai dia bangun?”
Allen mengangkat
si gadis di tangannya dan berjalan ke rumah.
Saat dia
melangkah di rerumputan—
“Haaaaa!!”
Tiba-tiba, suara
seorang pria terdengar di tengah
sunyinya hutan.
Di saat yang
sama, sebilah pedang berkilau di belakang Allen.
Pedang berkilau
itu membelah Allen menjadi dua tanpa meleset, tapi sosok dia menghilang seperti
kabut.
“Apa? Dia
menghilang...!”
“Sekali lagi,
maksudmu apa dengan sapaan kasar itu?”
“Eh!?”
Dari belakang si
bandit itu, Allen berkata dengan santai.
Orang yang
menatap balik tidak terlihat familiar. Tetapi, Allen tahu simbol yang ada di
armornya.
“Emblem dari
negara sebelah, dan juga pengawal keluarga kerajaan? Ada urusan apa orang
dengan pangkat setinggi itu di sini?”
“...”
Si prajurit tidak
menjawab.
Dia hanya memandang
Allen dan perlahan mengangkat pedangnya.
3 prajurit lain
muncul dari belakang pohon. Mereka semua bersenjata, memandang tajam ke arah
Allen.
Di tengah suasana
tegang ini, Allen hanya mengangkat bahu sambil membawa si gadis.
“Kerumunan yang
hebat! Kalian tepat waktu untuk berjualan dari pintu ke pintu.”
“Berikan gadis
itu!”
Tanpa
menghiraukan kata-kata Allen yang tidak sopan, prajurit dengan pedang terhunus
di tangannya memerintah dengan suara rendah.
“Gadis itu adalah
buronan yang mempermalukan dan mengotori negara kami. Kalau kamu mencoba
melindungi dia, kami tidak akan memberi ampun.”
“Buronan?”
Dia melihat ke
wajah si gadis.
Wajah yang cantik
dan lemah ini jelas jauh dari kata lelucon itu.
“Kami diperintahkan
membawa gadis itu hidup atau mati. Kalau kamu memberikan dia pada kami, ....kami
tidak akan melukaimu. Kami berjanji.”
“Hmm, ...begitu.”
Ada tanda-tanda
masalah akan muncul.
Allen...tersenyum
penuh makna.
“Kalau begitu...aku
menolak.”
“Apa!?”
Orang-orang
mencurigakan ini atau gadis lemah tidak berdaya.
Kalau dia ditanya
akan memilih di sisi siapa, tidak ragu lagi dia akan ada di sisi si gadis. Sudah
wajar.
Kalau dia memang
orang jahat, Allen cukup memberi si gadis pada mereka nanti.
Jadi, tidak ada
pilihan selain berkelahi.
“Apa kamu mau
melawan kami semua sendirian?”
“Harusnya aku
yang bilang begitu.”
Bibir Allen
tersenyum saat dia mengamati prajurit-prajurit yang mengepung dia.
Postur para
prajurit itu tidak goyah. Sudah jelas mereka sangat terlatih.
Di sisi lain, tangan
Allen sibuk menggendong si gadis. Kalau dilihat sekilas, dia pasti terlihat
seperti terpojok tanpa ada jalan keluar.
Itu...keadaan
merugikan yang menguntungkan.
“Cuma empat
prajurit elit... itu bukan tandinganku!”
“Argh?!”
Teriakan
terdengar dari sebelah kanan belakang dia.
Salah satu prajurit
yang berlari untuk menyerang Allen terjatuh saat kakinya diserimpung. Teriakan
yang mengikuti serangan sikut ke punggung si prajurit menjadi tanda awal
pertarungan.
Tiga prajurit
sisanya bergerak bersamaan. Tapi Allen lebih cepat.
“’Freezing Bind’!”
“Oh!”
Cahaya merambat
di tanah, dan dua prajurit jatuh tersungkur. Kaki mereka tersangkut di kristal
es yang keluar dari tanah.
Magic semacam ini
memanipulasi es. Walaupun potensi membunuhnya kecil, ini sangat efektif untuk
menangkap musuh.
Cuma prajurit
pertama yang masih berdiri.
“Magic tanpa
mantra?!”
Mata si prajurit
terbelalak kaget, tapi dia tetap tenang. Menyerang dari depan, dia berlari,
mengarah pada organ vital Allen.
Tetapi, Allen
menghindari ujung pedangnya dengan sedikit celah. Dengan momentum yang sama,
dia menendang si prajurit di rahangnya dan membuat dia terkapar.
“Sekali lagi! ‘Freezing
Bind’!”
“Shimatta...!”
{TLN: Oh tidak!}
Dan, penangkapannya
berhasil.
Sambil terbaring
di tanah, si prajurit melihat Allen dengan terbelalak.
“Rambut hitam dan
putih itu...! Tidak mungkin, kamu itu...”
“Aku tidak mau
bicara tidak jelas denganmu. ‘Phantom Illusion’.”
“Huh...ah...?”
Dengan menjentikkan
jari, cahaya di mata keempat prajurit itu memudar.
Allen bertanya
pada mereka yang memiliki tatapan kosong.
“Hey. Ada apa
tadi di sini? Katakan padaku.”
“...mencari
setiap sudut hutan.”
“...dan menemukan
bahwa jejak si gadis menghilang.”
“...menyimpulkan
bahwa dia dimakan binatang.”
“...dan kami
memutuskan untuk kembali untuk sekarang.”
“Bagus!”
Kalau Allen
membunuh mereka, kelompok prajurit berikutnya akan datang. Kalau begitu, lebih
mudah kalau mereka dibohongi kalau si gadis iNI sudah mati.
Allen melelehkan
esnya dan mereka bangun sempoyongan.
“Nah, pulang
sana. Jangan kembali lagi.”
Para prajurit
pergi dengan tatapan kosong, menuju ke arah yang Allen tunjuk dengan dagunya.
Tidak lama lagi,
mereka akan sadar dan ingatan mereka tentang Allen akan hilang. Setelah itu,
mereka akan kembali ke negara mereka untuk memberi laporan yang dikatakan
mereka barusan.
Untuk sementara,
masalahnya selesai.
“Tapi kamu buronan,
hmm... pasti ada alasannya.”
Melihat ke wajah
dia yang tertidur, Allen menghela nafas kecil sambil menggelengkan kepalanya.