Sunday 17 July 2022

KH Chapter 3 – Penyihir Pensiun Memungut Wanita Muda Jahat (2)

 “Hey...siapa di situ?”

Allen memanggil sosok yang terbaring di tanah dengan hati-hati.

Tetapi sosok itu tidak bergerak sama sekali.

Sambil berjalan pelan-pelan, dia mendekati orang itu.

“....seorang wanita?”

Tersembunyi di antara rerumputan adalah seorang gadis muda.

Dia cantik dan menggunakan gaun yang bagus – dia terlihat seperti seorang putri.

Tapi gaunnya compang-camping, dan keadaan dia terlihat buruk.

Dia terlihat sekarat, hanya nafas kecil yang melewati bibir pucatnya.

“Apa dia kabur dari rumah...atau dia kabur dari tempat dia diculik?”

Saat dia mengangkat gadis itu perlahan, alis panjangnya sedikit bergetar. Tapi dia tidak terbangun. Kalau dibiarkan begitu saja, dia akan mati.

Allen sedikit ragu...lalu dia menghela nafas sambil menyerahkan diri pada takdir dia.

“....mau bagaimana lagi. Apa aku harus merawat dia sampai dia bangun?”

Allen mengangkat si gadis di tangannya dan berjalan ke rumah.

Saat dia melangkah di rerumputan—

“Haaaaa!!”

Tiba-tiba, suara seorang pria terdengar di  tengah sunyinya hutan.

Di saat yang sama, sebilah pedang berkilau di belakang Allen.

Pedang berkilau itu membelah Allen menjadi dua tanpa meleset, tapi sosok dia menghilang seperti kabut.

“Apa? Dia menghilang...!”

“Sekali lagi, maksudmu apa dengan sapaan kasar itu?”

“Eh!?”

Dari belakang si bandit itu, Allen berkata dengan santai.

Orang yang menatap balik tidak terlihat familiar. Tetapi, Allen tahu simbol yang ada di armornya.

“Emblem dari negara sebelah, dan juga pengawal keluarga kerajaan? Ada urusan apa orang dengan pangkat setinggi itu di sini?”

“...”

Si prajurit tidak menjawab.

Dia hanya memandang Allen dan perlahan mengangkat pedangnya.

3 prajurit lain muncul dari belakang pohon. Mereka semua bersenjata, memandang tajam ke arah Allen.

Di tengah suasana tegang ini, Allen hanya mengangkat bahu sambil membawa si gadis.

“Kerumunan yang hebat! Kalian tepat waktu untuk berjualan dari pintu ke pintu.”

“Berikan gadis itu!”

Tanpa menghiraukan kata-kata Allen yang tidak sopan, prajurit dengan pedang terhunus di tangannya memerintah dengan suara rendah.

“Gadis itu adalah buronan yang mempermalukan dan mengotori negara kami. Kalau kamu mencoba melindungi dia, kami tidak akan memberi ampun.”

“Buronan?”

Dia melihat ke wajah si gadis.

Wajah yang cantik dan lemah ini jelas jauh dari kata lelucon itu.

“Kami diperintahkan membawa gadis itu hidup atau mati. Kalau kamu memberikan dia pada kami, ....kami tidak akan melukaimu. Kami berjanji.”

“Hmm, ...begitu.”

Ada tanda-tanda masalah akan muncul.

Allen...tersenyum penuh makna.

“Kalau begitu...aku menolak.”

“Apa!?”

Orang-orang mencurigakan ini atau gadis lemah tidak berdaya.

Kalau dia ditanya akan memilih di sisi siapa, tidak ragu lagi dia akan ada di sisi si gadis. Sudah wajar.

Kalau dia memang orang jahat, Allen cukup memberi si gadis pada mereka nanti.

Jadi, tidak ada pilihan selain berkelahi.

“Apa kamu mau melawan kami semua sendirian?”

“Harusnya aku yang bilang begitu.”

Bibir Allen tersenyum saat dia mengamati prajurit-prajurit yang mengepung dia.

Postur para prajurit itu tidak goyah. Sudah jelas mereka sangat terlatih.

Di sisi lain, tangan Allen sibuk menggendong si gadis. Kalau dilihat sekilas, dia pasti terlihat seperti terpojok tanpa ada jalan keluar.

Itu...keadaan merugikan yang menguntungkan.

“Cuma empat prajurit elit... itu bukan tandinganku!”

“Argh?!”

Teriakan terdengar dari sebelah kanan belakang dia.

Salah satu prajurit yang berlari untuk menyerang Allen terjatuh saat kakinya diserimpung. Teriakan yang mengikuti serangan sikut ke punggung si prajurit menjadi tanda awal pertarungan.

Tiga prajurit sisanya bergerak bersamaan. Tapi Allen lebih cepat.

“’Freezing Bind’!”

“Oh!”

Cahaya merambat di tanah, dan dua prajurit jatuh tersungkur. Kaki mereka tersangkut di kristal es yang keluar dari tanah.

Magic semacam ini memanipulasi es. Walaupun potensi membunuhnya kecil, ini sangat efektif untuk menangkap musuh.

Cuma prajurit pertama yang masih berdiri.

“Magic tanpa mantra?!”

Mata si prajurit terbelalak kaget, tapi dia tetap tenang. Menyerang dari depan, dia berlari, mengarah pada organ vital Allen.

Tetapi, Allen menghindari ujung pedangnya dengan sedikit celah. Dengan momentum yang sama, dia menendang si prajurit di rahangnya dan membuat dia terkapar.

“Sekali lagi! ‘Freezing Bind’!”

“Shimatta...!” {TLN: Oh tidak!}

Dan, penangkapannya berhasil.

Sambil terbaring di tanah, si prajurit melihat Allen dengan terbelalak.

“Rambut hitam dan putih itu...! Tidak mungkin, kamu itu...”

“Aku tidak mau bicara tidak jelas denganmu. ‘Phantom Illusion’.”

“Huh...ah...?”

Dengan menjentikkan jari, cahaya di mata keempat prajurit itu memudar.

Allen bertanya pada mereka yang memiliki tatapan kosong.

“Hey. Ada apa tadi di sini? Katakan padaku.”

“...mencari setiap sudut hutan.”

“...dan menemukan bahwa jejak si gadis menghilang.”

“...menyimpulkan bahwa dia dimakan binatang.”

“...dan kami memutuskan untuk kembali untuk sekarang.”

“Bagus!”

Kalau Allen membunuh mereka, kelompok prajurit berikutnya akan datang. Kalau begitu, lebih mudah kalau mereka dibohongi kalau si gadis iNI sudah mati.

Allen melelehkan esnya dan mereka bangun sempoyongan.

“Nah, pulang sana. Jangan kembali lagi.”

Para prajurit pergi dengan tatapan kosong, menuju ke arah yang Allen tunjuk dengan dagunya.

Tidak lama lagi, mereka akan sadar dan ingatan mereka tentang Allen akan hilang. Setelah itu, mereka akan kembali ke negara mereka untuk memberi laporan yang dikatakan mereka barusan.

Untuk sementara, masalahnya selesai.

“Tapi kamu buronan, hmm... pasti ada alasannya.”

Melihat ke wajah dia yang tertidur, Allen menghela nafas kecil sambil menggelengkan kepalanya.

PREV | TOC | NEXT